Kuala Lumpur Fam Trip Bersama AirAsia (2-Habis)

*Kuala Lumpur Fam Trip Bersama AirAsia (2-Habis)
Tentang Wisata, Harus Banyak Belajar dengan Malaysia

Berwisata menjadi kebutuhan setiap orang. Makanya setiap negara pun berusaha untuk mengenalkan wisata yang ada. Apalagi saat ini jalur penerbangan sudah sangat mudah dan murah. Seperti yang dilakukan AirAsia, yang membuka jalur penerbangan Semarang-Kuala Lumpur. Seperti apa wisata di negeri Jiran tersebut?
LAPORAN: M RIZA PAHLEVI
Saat ini, kebutuhan berwisata bukan hanya kebutuhan mereka yang berduit saja. Tetapi menjadi kebutuhan hampir setiap orang, yang ingin melepas lelah setelah rutinitas sehari-hari. Mereka berusaha untuk mencari tempat wisata yang menarik dan murah. Itulah yang melatarbelakangi AirAsia membuka jalur penerbangan langsung dari Semarang ke Kuala Lumpur. Pembukaan jalur itu dilatarbelakangi fenomena tersebut dan dengan branding semua orang bisa terbang, AirAsia membuka akses wisata yang ada di Malaysia dan sebaliknya di Indonesia.
Namun dari perjalanan Kuala Lumpur Fam Trip Bersama AirAsia selama empat hari kemarin, pengembangan wisata di Indonesia masih harus banyak belajar dari Malyasia. Di mana masing-masing tempat wisata bersinergi satu sama lainnya, dengan akses transportasi yang mudah. Sehingga dengan waktu kunjungan yang cukup singkat, bisa menikmati beberapa tempat wisata sekaligus. Dan yang menjadi catatan penting, semunya bisa dijangkau dengan biaya yang murah. Hal itu didasari bahwa kebutuhan berwisata bukan hanya kebutuhan orang kaya saja, tetapi dibutuhkan oleh semua golongan.
"Banyak tempat wisata di Indonesia yang sangat potensial, namun belum dimaksimalkan potensinya," kata Baskoro Adiwiyono, Comunications PT Indonesia AirAsia.
Menurutnya, untuk pengembangan wisata di Indonesia harus banyak belajar dari Malaysia. Padahal potensi wisata yang ada di Indonesia lebih banyak dan lebih indah. Namun karena manajemen dan pengelolaannya yang kurang maksimal, menjadi kalah dengan negera lain. "Indonesia tidak kalah dari Malasyia, bahkan lebih punya banyak potensi yang bisa dikembangkan dan ditawarkan ke luar negeri, ke turis-turis asing untuk mengunjungi Indonesia," jelasnya.
Seperti contohnya, potensi wisata yang ada di Jawa Tengah, jangan hanya yang ada di Kota Semarang saja, tetapi juga daerah lain seperti Karimun Jawa, Dieng dan lainnya, yang bisa dijadikan beberapa paket wisata yang menarik. Selain potensi alam, sejumlah pasar tradisional juga bisa menjadi alternatif kunjungan yang bisa ditawarkan.
Selama di Malaysia, rombongan AirAsia dan wartawan pun didampingi pemandu wisata dan staf dari kementerian pariwisata setempat. Mereka dengan telaten mengantar rombongan wartawan untuk mengunjungi paket-paket wisata yang tidak akan membuat kecewa yang mengunjunginya. Di hari pertama, rombongan wartawan begitu tiba di bandara, langsung diajak mengunjungi Kuala Lumpur City Center (KLCC) dan Aquaria. Dilanjutkan dengan mengunjungi Kuala LumpurTower. Semuanya ditempuh dalam perjalanan yang cukup singkat dan jalan yang kondisinya baik serta tidak ada kemacetan.
Di hari berikutnya, rombongan menuju Genting Highlands, satu pusat wisata yang penuh dengan hiburan, bahkan ada casinonya. Selain itu, juga kawasan The Chateau, suatu kawasan yang bertemakan Perancis. Juga ada wisata religi bagi yang beragama Hindu, yakni Batu Cave dengan patung Murughanya, serta Masjid Jamek, yang merupakan masjid pertama di Kuala Lumpur. Namun demikian, dari sekian tempat wisata itu, ada tempat tradisional yang juga ramai dikunjungi wisatawan, yakni Central Market. Yang merupakan pasar tradisional yang ada sejak 1888 namun hingga kini tetap dipertahankan.
Vinnie, pemandu wisata yang setia menemani rombongan wartawan tidak bosan-bosannya menerangkan setiap tempat yang dikunjungi. Menurutnya, informasi itu diberikan sebagai gambaran awal selama rombongan berada dalam perjalanan menuju tempat yang dituju. Dengan demikian, peserta Fam Trip ini tahu betul sejarah maupun fungsi dari tempat yang dikunjunginya.
Menurutnya, masing-masing komunitas yang ada di Malaysia hingga kini masih dipertahankan. Hal-hal itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Malaysia. Masing-masing komunitas itu tetap dipertahankan hingga sekarang. Meski hal itu dulunya merupakan keputusan dismkirminatif dari penjajah. Namun itu hingga kini ternyata memperkaya khazanah Malaysia.
Harus diakui, untuk masalah wisata ini Indonesia harus banyak belajar dari Malaysia. Belajar manajemen dan pengelolaan wisata. Bukan hanya tugas pemerintah saja, tetapi juga perna swasta dan masyarakat untuk ikut mengembangkannya. (*)

Komentar

Postingan Populer