Belajar Menulis Berita
Pengantar
Saat ini, dunia jurnalistik sudah bukan barang asing bagi masyarakat Indonesia. Hampir setiap jam, kita selalu disuguhi berita, baik melalui televisi, radio, maupun internet. Termasuk media cetak, baik koran maupun majalah. Di mana setiap informasi maupun berita yang besar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, bisa selalu di-up date, diikuti setiap saat. Itulah salah satu dampak kemajuan teknologi, termasuk di sini adalah teknologi informasi.
Teknologi informasi itu begitu penting saat ini. Bahkan sebagian orang, menganggap berita di pagi hari itu lebih penting dari sarapan pagi. Seperti orang yang sudah kencanduan minum kopi dan rokok, bangun tidur tanpa kopi dan rokok, hidup ini sepertinya hampa,. Itulah yang terjadi saat ini dengan dunia teknologi informasi. Apalagi dengan adanya hand phone, seperti blackberry, dan komputer tablet yang bisa akses internet, setiap saat dan kapan pun bisa melihat perkembangan informasi dari seluruh penjuru dunia.
Karenanya, tidak ada seorang pun yang bisa menghindar dari kemajuan teknologi tersebut. Betapa pun harus diakui, selain dampak positif dari kemajuan teknologi itu, juga ada dampak negatifnya. Itulah kenapa, sebagai orang tua, yang lebih dewasa, harus menjadi contoh bagi anak-anaknya maupun keluarga yang lain agar tidak terkena dampak negatif kemajuan teknologi tersebut.
Salah satu caranya adalah dengan mengatahui fungsi dan peran dari media informasi itu. Karena tadi, tidak seorang pun bisa menghindari dampak kemajuan teknologi. Di sinilah perlunya masyarakat, mengetahui seluk beluk dunia informasi, dalam hal ini adalah dunia jurnalistik. Dunia yang mengantarkan masyarakat mendapakan informasi melalui media yang ada, baik koran, televisi, maupun internet. Bahkan tidak menutup kemungkinan, sebagian dari kita menjadi narasumber atau pun mungkin menjadi praktisi jurnalistik atau yang dikenal sebagai wartawan. Apalagi sekarang, banyak media yang sudah mengikutkan masyarakat dalam penyampaian berita, yakni citizen journalist, pemberitaan langsung dari masyarakat.
Bagi sebagian orang, yang hanya mengenal dunia jurnalistik secara sepihak, artinya tidak langsung dari praktisi yang bersangkutan, akan menimbulkan bias dan salah pengertian terhadap profesi wartawan.
Wartawan, pers atau ada yang menyebutnya jurnalis, adalah salah satu profesi yang diakui. Karenanya ada kode etik yang mengatur kinerja wartawan, yakni Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI). Yang semua wartawan harus mematuhi kode etik tersebut dan bagi yang melanggarnya, bisa mendapatkan sanksi, baik dari perusahaannya maupun dari Dewan Pers, sebagai lembaga yang mengawasi kinerja wartawan dan lembaga pers.
Pengertian Jurnalistik
Secara singkat, istilah jurnalistik (journalistic) berasal dari kata du jour atau journal (Perancis) yang artinya hari atau catatan harian. Jurnalistik adalah proses penulisan dan penyebaran informasi berupa berita, feature, dan opini melalui media massa.
Informasi adalah keterangan, pesan, gagasan, atau pemberitahuan tentang suatu masalah atau peristiwa. Dalam definisi jurnalistik yang dimaksud dengan informasi adalah news (berita), views (pandangan atau opini), dan karangan khas yang disebut feature (berisikan fakta dan opini).
Penulisan informasi adalah aktivitas penulisan atau penyusunan berita, opini, dan feature untuk dipublikasikan atau dimuat di media massa. Pelakunya adalah wartawan (jurnalis) dan penulis (writer).
Bahasa jurnalistik bersifat komunikatif dan spesifik. Karakteristik bahasa jurnalistik pada umumnya antara lain: jelas, sederhana, hemat kata, menghindarkan penggunaan kata mubazir, singkat, dinamis dan tidak monoton, membatasi singkatan atau akronim, penulisan kalimat lead dan isi tetap menaati kaidah bahasa. Sebaiknya menggunakan kalimat aktif untuk memunculkan kesan hidup dan kuat.
Berita
Tidak ada definisi baku yang menjelaskan tentang definisi berita. Menurut Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka.
Dari definisi tersebut ada empat unsur yang haus dipenuhi oleh sebuah peristiwa sehingga layak menjadi berita. Unsur tersebut adalah: aktual, faktual, penting, dan menarik.
1. Aktual, artinya terkini, terbaru, terhangat (up to date), baru saja atau bahkan sedang terjadi. Pengertian terbaru bisa merupakan fakta terbaru yang ditemukan dari suatu peristiwa lama.
2. Faktual, artinya kejadiannya benar-benar merupakan suatu kenyataan (fact) bukan fiksi (rekaan, hayalan, dan karangan). Fakta muncul dari sebuah kejadian nyata (real even), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement).
3. Penting, ada dua hal suatu berita dinilai penting. Pertama: tokoh yang terlibat dalam pemberitaan adalah tokoh penting; Kedua, materi berita menyangkut kepentingan orang banyak dan mempengaruhi masyarakat.
4. Menarik, artinya menimbulkan rasa ingin tahu dan ketertarikan untuk menyimak isi berita. Peristiwa yang menarik selain ketiga hal di atas biasanya bersifat menghibur, mengandung keganjilan, memiliki unsur kedekatan, mengandung human interest, mengandung unsur seks, kriminalitas, konflik.
Nilai kelayakan suatu peristiwa menjadi sebuah berita tidak berlaku secara universal. Suatu peristiwa dipandang bernilai berita oleh suatu media namun tidak bernilai berita oleh media lain.
Ada beberapa jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik, yaitu:
1. Berita langsung (straight news) yaitu jenis berita yang ditulis singkat, padat, lugas, dan apa adanya. Penulisannya menggunakan gaya pemaparan, yakni memaparkan peristiwa apa adanya tanpa disertai penjelasan apalagi interpretasi. Struktur penulisannya mengacu pada struktur piramida terbalik (inverted pyramid), yaitu diawali dengan mengemukakan hal-hal paling penting, diikuti bagian yang dianggap agak penting, tidak penting, dan seterusnya.
2. Berita opini (opinion news) yaitu berita mengenai pendapat, pernyataan, atau gagasan seseorang. Biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh masyarakat, ahli, atau pejabat mengenai suatu masalah atau peristiwa.
3. Berita Interpretatif (Interpretative News) adalah berita yang dikembangkan dengan komentar atau penilaian wartawan atau narasumber yang kompeten atas berita yang muncul sebelumnya, sehingga merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi.
4. Berita Mendalam (Depth News) yaitu berita yang merupakan pengembangan dari berita yang sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. Pendalaman dilakukan denga mencari informasi tambahan dari narasumber atau berita terkait.
5. Berita Penjelasan (Explanatory News) yaitu berita yang sifatnya menjelaskan dengan menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap penuh data. Fakta dijelaskan secara rinci dengan beberapa argumentasi atau pendapat penulisnya.
6. Berita Penyelidikan (Investigative News) yaitu berita yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan penelitian atu penyelidikan dari berbagai sumber.
Dalam menulis berita, wartawan harus mematuhi kode etik jurnalistik. Yakni aturan-aturan yang terkait dengan etika menulis. Beberapa kode etik jurnalistik itu antara lain berita hrus berimbang, bukan berita bohong, tidak menulis fitnah, tidak boleh vulgar dan jorok serta lainnya.
Ruang Lingkup Berita
Ruang lingkup sumber berita meliputi hal-berikut ini:
1. Objek liputan, mencakup: a. Peristiwa terencana (seminar, perayaan keagamaan, ulang tahun, dll.) b. Peristiwa tidak terencana (kecelakaan, bencana alam, dll.) c. Wawancara ekslusif dengan tokoh tertentu.
2. Sudut Pandang (Angle): a. Pernyataan paling menarik dari pembicara atau peserta (topik). b. Suasana acara. c. Tema yang diangkat dalam sebuah acara.
Teknik Penulisan Berita
Sebuah berita harus mencakup fakta dan data sebuah peristiwa yang mengandung enam unsur yang menjadi rumus umum penulisan berita, yakni 5W+1H. Dari segi isi berita umumnya penulisan berita mengacu pada struktur penulisan berita piramida terbalik. Bagian paling penting dituangkan pada lead. Tetapi pada Grup Jawa Pos, ditambah satu lagi, yakni What Next, apa selanjutnya dari suatu berita?
Menulis Berita
Dalam menulis berita, ada beberapa tahapan. Yang pertama adalah teras berita atau lead berita. Di mana inti pokok sebuah berita ini yang ditulis terlebih dahulu. Baru dilanjutkan dengan tubuh berita, berisi penjelasan dan kronologi suatu berita. Dan terakhir penutup berita atas suatu peristiwa.
Teras berita adalah bagian berita yang terletak di alinea atau paragraf pertama, setelah head dan dateline sebelum badan atau isi berita. Biasanya berisi fakta paling penting dengan mengedepankan unsur 5W+1H (what, who, when, where, why, dan how).
Tubuh berita berisi penjelasan atau uraian rinci unsur 5W+1H, baik yang sudah dikemukakan dalam teras maupun yang belum diungkapkan. Penulisan tubuh berita relatif tidak sesulit menulis lead. Penulisan tubuh berita hanya melanjutkan apa yang sudah tertuang dalam teras yang mencerminkan pokok-pokok terpenting isi berita.
Secara umum, menulis berita di media cetak, menggunakan system pirmaida terbalik. Yakni hal-hal penting dalam suatu berita, di tempatkan paling atas atau pada lead berita. Selanjutnya baru body berita dan alinea berikutnya penjelasan atau pun keterangan terkait dengan peristiwa yang ditulis tersebut.
Metode pirmida terbalik ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya pemotongan berita akibat terbatasnya ruang atau space halaman berita. Sehingga ketika terpaksa berita dipotong, tidak mengurangi bobot dan nilai berita tersebut. Karena isi pokok atau lead berita tetap ada, karena ditulis terlebih dahulu. Metode piramida terbalik ini khusus untuk media cetak, yang memang dibatasi oleh jumlah halaman.
Berbeda dengan media internet, yang tidak dibatasi oleh halaman. Dari sudut mana pun bisa dimulai penulisan. Karena tidak ada batas halaman, tidak perlu ada pemotongan berita. Bahkan dalam emdia on line atau internet, biasanya berita pendek-pendek. Karena mereka bekerja dengan kecepatan informasi, meski informasi yang didapat belum lengkap. Namun itu diantisipasi dengan penerbitan berikut selanjutnya, yang dilengkapi dengan data-data terbaru.
Wawancara (interview)
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan berita, data, dan fakta. Wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau orang yang diwawancarai.
Pelaksanaan wawancara bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu: secara langsung bertatap muka dengan orang yang diwawancarai. Dan secara tidak langsung, seperti melalui telepon, email, atau surat (wawancara tertulis).
Tahapan wawancara meliputi, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan wawancara. Tahap persiapan wawancara, menentukan topik, menguasai masalah, rumuskan pertanyaan dan menjalin hubungan. Selanjutnya, dari hasil wawancara itu ditulis menjadi suatu berita. Bahkan bisa diterbitkan dalam format wawancara langsung berupa tanya jawab.
Penerbitan Berita
Suatu berita sebelum diterbitkan, harus melalui beberapa tahap atau editing. Karena tidak semua tulisan wartawan itu layak untuk diterbitkan semua. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seorang wartawan dalam menulis berita. Semuanya sudah diatur dalam Kode etik Jurnalistik, yang terdiri dari 11 pasal. Pemilihan atau pemilihan suatu berita itu layak atau tidak diterbitkan dilakukan oleh editor atau redaktur.
Fungsi redaktur ini, yang pertama memilih berita-berita yang layak untuk ditayangkan. Redaktur menilai, apakah berita tersebut sudah berimbang atau tidak. Sudah ada konfirmasi dengan narasumber yang layak atau belum. Jika belum berimbang, maka berita tersebut ditunda atau dipending. Dan kewajiban wartawan untuk melengkapi berita tersebut keesokan harinya.
Dari berita-berita yang layak tayang tersebut, selanjutnya dipilih berita mana yang dianggap terbaik, untuk dijadikan head line atau berita utama, atau opening/pembuka berita. Berita-berita yang terbaiklah yang dijadikan head line, karena koran yang dijual adalah beritanya, bukan kertasnya. Sehingga di sini redaktur harus pandai-pandai menentukan mana berita yang layak jual dan laku di pasaran, disukai para pembaca.
Untuk koran-koran besar, biasanya ada redaktur khusus bahasa. Tujuannya adalah agar dalam pemberitaan yang dtiulis dan diterbitkan tidak ada pengertian yang bias. Itu sangat penting dilakukan, agar jangan sampai salah persepsi di kalangan pembaca. Jika terjadi salah persepsi, maka informasi yang disampaikan kepada pembaca gagal, bahkan bias terjadi komplain dan redaksi harus menindaklanjuti dengan pembetulan atas maksud tulisan atau berita tersebut.
Sebelum dicetak, tentunya berita itu dipasang oleh lay out. Mereka bertugas memasang sesuai dengan tata letak yang paling menarik. Komposisi antara gambar/foto dengan tulisan dipasang agar terlihat artistik. Karena komposisi berita dan gambar ini juga mempengaruhi minat pembaca untuk membeli dan membaca koran tersebut.
Sebelum naik cetak, menjadi tugas Pemimpin Redaksi atau Redaktur Pelaksana untuk kembali mengecek berita dan komposisi antara gambar dan berita. Pemimpin Redaksi ini memang bertanggung jawab penuh atas berita-berita yang diterbitkan di medianya. Termasuk ketika ada kasus hokum, maka Pemimpin Redaksi adalah orang pertama yang harus bertanggung jawab.
Setelah semuanya dinyatakan beres dan siap dicetak, baru bagian percetakan mencetak sesuai dengan jumlah yang diinginkan. (*)
Saat ini, dunia jurnalistik sudah bukan barang asing bagi masyarakat Indonesia. Hampir setiap jam, kita selalu disuguhi berita, baik melalui televisi, radio, maupun internet. Termasuk media cetak, baik koran maupun majalah. Di mana setiap informasi maupun berita yang besar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, bisa selalu di-up date, diikuti setiap saat. Itulah salah satu dampak kemajuan teknologi, termasuk di sini adalah teknologi informasi.
Teknologi informasi itu begitu penting saat ini. Bahkan sebagian orang, menganggap berita di pagi hari itu lebih penting dari sarapan pagi. Seperti orang yang sudah kencanduan minum kopi dan rokok, bangun tidur tanpa kopi dan rokok, hidup ini sepertinya hampa,. Itulah yang terjadi saat ini dengan dunia teknologi informasi. Apalagi dengan adanya hand phone, seperti blackberry, dan komputer tablet yang bisa akses internet, setiap saat dan kapan pun bisa melihat perkembangan informasi dari seluruh penjuru dunia.
Karenanya, tidak ada seorang pun yang bisa menghindar dari kemajuan teknologi tersebut. Betapa pun harus diakui, selain dampak positif dari kemajuan teknologi itu, juga ada dampak negatifnya. Itulah kenapa, sebagai orang tua, yang lebih dewasa, harus menjadi contoh bagi anak-anaknya maupun keluarga yang lain agar tidak terkena dampak negatif kemajuan teknologi tersebut.
Salah satu caranya adalah dengan mengatahui fungsi dan peran dari media informasi itu. Karena tadi, tidak seorang pun bisa menghindari dampak kemajuan teknologi. Di sinilah perlunya masyarakat, mengetahui seluk beluk dunia informasi, dalam hal ini adalah dunia jurnalistik. Dunia yang mengantarkan masyarakat mendapakan informasi melalui media yang ada, baik koran, televisi, maupun internet. Bahkan tidak menutup kemungkinan, sebagian dari kita menjadi narasumber atau pun mungkin menjadi praktisi jurnalistik atau yang dikenal sebagai wartawan. Apalagi sekarang, banyak media yang sudah mengikutkan masyarakat dalam penyampaian berita, yakni citizen journalist, pemberitaan langsung dari masyarakat.
Bagi sebagian orang, yang hanya mengenal dunia jurnalistik secara sepihak, artinya tidak langsung dari praktisi yang bersangkutan, akan menimbulkan bias dan salah pengertian terhadap profesi wartawan.
Wartawan, pers atau ada yang menyebutnya jurnalis, adalah salah satu profesi yang diakui. Karenanya ada kode etik yang mengatur kinerja wartawan, yakni Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI). Yang semua wartawan harus mematuhi kode etik tersebut dan bagi yang melanggarnya, bisa mendapatkan sanksi, baik dari perusahaannya maupun dari Dewan Pers, sebagai lembaga yang mengawasi kinerja wartawan dan lembaga pers.
Pengertian Jurnalistik
Secara singkat, istilah jurnalistik (journalistic) berasal dari kata du jour atau journal (Perancis) yang artinya hari atau catatan harian. Jurnalistik adalah proses penulisan dan penyebaran informasi berupa berita, feature, dan opini melalui media massa.
Informasi adalah keterangan, pesan, gagasan, atau pemberitahuan tentang suatu masalah atau peristiwa. Dalam definisi jurnalistik yang dimaksud dengan informasi adalah news (berita), views (pandangan atau opini), dan karangan khas yang disebut feature (berisikan fakta dan opini).
Penulisan informasi adalah aktivitas penulisan atau penyusunan berita, opini, dan feature untuk dipublikasikan atau dimuat di media massa. Pelakunya adalah wartawan (jurnalis) dan penulis (writer).
Bahasa jurnalistik bersifat komunikatif dan spesifik. Karakteristik bahasa jurnalistik pada umumnya antara lain: jelas, sederhana, hemat kata, menghindarkan penggunaan kata mubazir, singkat, dinamis dan tidak monoton, membatasi singkatan atau akronim, penulisan kalimat lead dan isi tetap menaati kaidah bahasa. Sebaiknya menggunakan kalimat aktif untuk memunculkan kesan hidup dan kuat.
Berita
Tidak ada definisi baku yang menjelaskan tentang definisi berita. Menurut Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka.
Dari definisi tersebut ada empat unsur yang haus dipenuhi oleh sebuah peristiwa sehingga layak menjadi berita. Unsur tersebut adalah: aktual, faktual, penting, dan menarik.
1. Aktual, artinya terkini, terbaru, terhangat (up to date), baru saja atau bahkan sedang terjadi. Pengertian terbaru bisa merupakan fakta terbaru yang ditemukan dari suatu peristiwa lama.
2. Faktual, artinya kejadiannya benar-benar merupakan suatu kenyataan (fact) bukan fiksi (rekaan, hayalan, dan karangan). Fakta muncul dari sebuah kejadian nyata (real even), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement).
3. Penting, ada dua hal suatu berita dinilai penting. Pertama: tokoh yang terlibat dalam pemberitaan adalah tokoh penting; Kedua, materi berita menyangkut kepentingan orang banyak dan mempengaruhi masyarakat.
4. Menarik, artinya menimbulkan rasa ingin tahu dan ketertarikan untuk menyimak isi berita. Peristiwa yang menarik selain ketiga hal di atas biasanya bersifat menghibur, mengandung keganjilan, memiliki unsur kedekatan, mengandung human interest, mengandung unsur seks, kriminalitas, konflik.
Nilai kelayakan suatu peristiwa menjadi sebuah berita tidak berlaku secara universal. Suatu peristiwa dipandang bernilai berita oleh suatu media namun tidak bernilai berita oleh media lain.
Ada beberapa jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik, yaitu:
1. Berita langsung (straight news) yaitu jenis berita yang ditulis singkat, padat, lugas, dan apa adanya. Penulisannya menggunakan gaya pemaparan, yakni memaparkan peristiwa apa adanya tanpa disertai penjelasan apalagi interpretasi. Struktur penulisannya mengacu pada struktur piramida terbalik (inverted pyramid), yaitu diawali dengan mengemukakan hal-hal paling penting, diikuti bagian yang dianggap agak penting, tidak penting, dan seterusnya.
2. Berita opini (opinion news) yaitu berita mengenai pendapat, pernyataan, atau gagasan seseorang. Biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh masyarakat, ahli, atau pejabat mengenai suatu masalah atau peristiwa.
3. Berita Interpretatif (Interpretative News) adalah berita yang dikembangkan dengan komentar atau penilaian wartawan atau narasumber yang kompeten atas berita yang muncul sebelumnya, sehingga merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi.
4. Berita Mendalam (Depth News) yaitu berita yang merupakan pengembangan dari berita yang sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. Pendalaman dilakukan denga mencari informasi tambahan dari narasumber atau berita terkait.
5. Berita Penjelasan (Explanatory News) yaitu berita yang sifatnya menjelaskan dengan menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap penuh data. Fakta dijelaskan secara rinci dengan beberapa argumentasi atau pendapat penulisnya.
6. Berita Penyelidikan (Investigative News) yaitu berita yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan penelitian atu penyelidikan dari berbagai sumber.
Dalam menulis berita, wartawan harus mematuhi kode etik jurnalistik. Yakni aturan-aturan yang terkait dengan etika menulis. Beberapa kode etik jurnalistik itu antara lain berita hrus berimbang, bukan berita bohong, tidak menulis fitnah, tidak boleh vulgar dan jorok serta lainnya.
Ruang Lingkup Berita
Ruang lingkup sumber berita meliputi hal-berikut ini:
1. Objek liputan, mencakup: a. Peristiwa terencana (seminar, perayaan keagamaan, ulang tahun, dll.) b. Peristiwa tidak terencana (kecelakaan, bencana alam, dll.) c. Wawancara ekslusif dengan tokoh tertentu.
2. Sudut Pandang (Angle): a. Pernyataan paling menarik dari pembicara atau peserta (topik). b. Suasana acara. c. Tema yang diangkat dalam sebuah acara.
Teknik Penulisan Berita
Sebuah berita harus mencakup fakta dan data sebuah peristiwa yang mengandung enam unsur yang menjadi rumus umum penulisan berita, yakni 5W+1H. Dari segi isi berita umumnya penulisan berita mengacu pada struktur penulisan berita piramida terbalik. Bagian paling penting dituangkan pada lead. Tetapi pada Grup Jawa Pos, ditambah satu lagi, yakni What Next, apa selanjutnya dari suatu berita?
Menulis Berita
Dalam menulis berita, ada beberapa tahapan. Yang pertama adalah teras berita atau lead berita. Di mana inti pokok sebuah berita ini yang ditulis terlebih dahulu. Baru dilanjutkan dengan tubuh berita, berisi penjelasan dan kronologi suatu berita. Dan terakhir penutup berita atas suatu peristiwa.
Teras berita adalah bagian berita yang terletak di alinea atau paragraf pertama, setelah head dan dateline sebelum badan atau isi berita. Biasanya berisi fakta paling penting dengan mengedepankan unsur 5W+1H (what, who, when, where, why, dan how).
Tubuh berita berisi penjelasan atau uraian rinci unsur 5W+1H, baik yang sudah dikemukakan dalam teras maupun yang belum diungkapkan. Penulisan tubuh berita relatif tidak sesulit menulis lead. Penulisan tubuh berita hanya melanjutkan apa yang sudah tertuang dalam teras yang mencerminkan pokok-pokok terpenting isi berita.
Secara umum, menulis berita di media cetak, menggunakan system pirmaida terbalik. Yakni hal-hal penting dalam suatu berita, di tempatkan paling atas atau pada lead berita. Selanjutnya baru body berita dan alinea berikutnya penjelasan atau pun keterangan terkait dengan peristiwa yang ditulis tersebut.
Metode pirmida terbalik ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya pemotongan berita akibat terbatasnya ruang atau space halaman berita. Sehingga ketika terpaksa berita dipotong, tidak mengurangi bobot dan nilai berita tersebut. Karena isi pokok atau lead berita tetap ada, karena ditulis terlebih dahulu. Metode piramida terbalik ini khusus untuk media cetak, yang memang dibatasi oleh jumlah halaman.
Berbeda dengan media internet, yang tidak dibatasi oleh halaman. Dari sudut mana pun bisa dimulai penulisan. Karena tidak ada batas halaman, tidak perlu ada pemotongan berita. Bahkan dalam emdia on line atau internet, biasanya berita pendek-pendek. Karena mereka bekerja dengan kecepatan informasi, meski informasi yang didapat belum lengkap. Namun itu diantisipasi dengan penerbitan berikut selanjutnya, yang dilengkapi dengan data-data terbaru.
Wawancara (interview)
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan berita, data, dan fakta. Wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau orang yang diwawancarai.
Pelaksanaan wawancara bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu: secara langsung bertatap muka dengan orang yang diwawancarai. Dan secara tidak langsung, seperti melalui telepon, email, atau surat (wawancara tertulis).
Tahapan wawancara meliputi, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan wawancara. Tahap persiapan wawancara, menentukan topik, menguasai masalah, rumuskan pertanyaan dan menjalin hubungan. Selanjutnya, dari hasil wawancara itu ditulis menjadi suatu berita. Bahkan bisa diterbitkan dalam format wawancara langsung berupa tanya jawab.
Penerbitan Berita
Suatu berita sebelum diterbitkan, harus melalui beberapa tahap atau editing. Karena tidak semua tulisan wartawan itu layak untuk diterbitkan semua. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seorang wartawan dalam menulis berita. Semuanya sudah diatur dalam Kode etik Jurnalistik, yang terdiri dari 11 pasal. Pemilihan atau pemilihan suatu berita itu layak atau tidak diterbitkan dilakukan oleh editor atau redaktur.
Fungsi redaktur ini, yang pertama memilih berita-berita yang layak untuk ditayangkan. Redaktur menilai, apakah berita tersebut sudah berimbang atau tidak. Sudah ada konfirmasi dengan narasumber yang layak atau belum. Jika belum berimbang, maka berita tersebut ditunda atau dipending. Dan kewajiban wartawan untuk melengkapi berita tersebut keesokan harinya.
Dari berita-berita yang layak tayang tersebut, selanjutnya dipilih berita mana yang dianggap terbaik, untuk dijadikan head line atau berita utama, atau opening/pembuka berita. Berita-berita yang terbaiklah yang dijadikan head line, karena koran yang dijual adalah beritanya, bukan kertasnya. Sehingga di sini redaktur harus pandai-pandai menentukan mana berita yang layak jual dan laku di pasaran, disukai para pembaca.
Untuk koran-koran besar, biasanya ada redaktur khusus bahasa. Tujuannya adalah agar dalam pemberitaan yang dtiulis dan diterbitkan tidak ada pengertian yang bias. Itu sangat penting dilakukan, agar jangan sampai salah persepsi di kalangan pembaca. Jika terjadi salah persepsi, maka informasi yang disampaikan kepada pembaca gagal, bahkan bias terjadi komplain dan redaksi harus menindaklanjuti dengan pembetulan atas maksud tulisan atau berita tersebut.
Sebelum dicetak, tentunya berita itu dipasang oleh lay out. Mereka bertugas memasang sesuai dengan tata letak yang paling menarik. Komposisi antara gambar/foto dengan tulisan dipasang agar terlihat artistik. Karena komposisi berita dan gambar ini juga mempengaruhi minat pembaca untuk membeli dan membaca koran tersebut.
Sebelum naik cetak, menjadi tugas Pemimpin Redaksi atau Redaktur Pelaksana untuk kembali mengecek berita dan komposisi antara gambar dan berita. Pemimpin Redaksi ini memang bertanggung jawab penuh atas berita-berita yang diterbitkan di medianya. Termasuk ketika ada kasus hokum, maka Pemimpin Redaksi adalah orang pertama yang harus bertanggung jawab.
Setelah semuanya dinyatakan beres dan siap dicetak, baru bagian percetakan mencetak sesuai dengan jumlah yang diinginkan. (*)
Komentar
Posting Komentar