Akrobat Politik
Menjelang even politik, baik Pilbup, Pilgub maupun Pilpres, sering kali kita dipertontonkan akrobat politik. Bagi pengamat politik, akrobat politik ini mungkin satu tontonan yang menarik. Seperti halnya rakyat awam saat menonton aksi akrobatik dari seorang pemain sirkus atau pun pemain ketangkasan. Akrobat politik adalah langkah-langkah politik yang tidak bisa dilakukan orang biasa. Akrobat politik itu hanya bisa dilakukan oleh politisi-politisi handal yang sudah malang melintang pengalamannya.
Bagaimana dengan rakyat yang melihat akrobat politik yang ditunjukkan para pemain politik atau politisi? Mungkin bagi sebagian orang bisa menjadi tontonan yang menarik. Tapi bagi sebagian yang lain, akrobat politik itu sesutu yang menjemukan, mendebarkan dan membuat orang tidak simpati. Meski jumlah yang simpati dan tidak simpati tidak bisa dipastikan, bisa fifty-fifty, atau salah satunya lebih banyak.
Seperti contohnya seorang pemain sirkus yang berdiri di ujung pedang yang runcing tanpa alas kaki. Bagi sebagian orang pertunjukkan itu membuat hati berdebar, jangan-jangan dia jatuh dan terkena pedangnya sendiri. Tentu peristiwa itu bisa saja terjadi, meski sebagian besar berhasil dengan sukses. Bagi yang lain, aksi itu bisa juga menjadi tontonan yang menarik. Terjatuh atau tidak, dia sudah menyaksikan sebuah atraksi, yang sangat menarik, yang dia sendiri tidak bisa melakukannya.
Begitu pula dengan politik, seorang politisi, bisa saja melakukan akrobat politik, dengan mempermainkan pertunjukkan yang jarang atau tak lazim dilihat. Namun dengan kelihaiannya dan kemampuannya membaca politik, dia bisa sukses menjalankan akrobat politiknya. Namun ada juga seorang politisi, yang mencoba melakukan akrobat politik, namun di tengah jalan ternyata dia jatuh. Maka dia bisa menanggung malu karena kegagalannya tersebut. Tapi bagi politisi yang ulung, kegagalannya itu tentu bukan akhir dari usahanya. Masih ada kesempatan lain, setiap saat yang dia bisa tunjukkan kepada penontonnya, kepada rakyat.
Banyak peristiswa politik, yang menunjukkan seorang politisi melakukan akrobat politik. Kadang akrobat yang ditunjukkan itu berhasil dengan gemilang, namun kadang akrobat itu gagal. Ada banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dari akrobat politik itu. Namun semuanya tergantung dari jalinan komunikasi dan koalisi yang dilakukan politisi tersebut. Jika jalinan komunikasi dan koalisi itu berjalan dengan baik, maka kemungkinan keberhasilan akrobat itu sangat besar. Begitu sebaliknya, jika komunikasi dan koalisi yang dibangun lemah, maka akrobat yang dilakukan bisa gagal.
Lantas, bagaimana agar suatu akrobat politik itu bisa berhasil? Perlu latihan yang serius dan berulang-ulang, tidak langsung tiba-tiba bisa dan kemudian mahir. Seperti halnya pemain sirkus tadi, dia juga harus melakukan latihan yang serius dan berulang-ulang untuk melakukan atraksi tertentu. Meskipun sudah latihan dan dinyatakan mahir, seorang pemain sirkus saja kadang gagal dan jatuh saat berakrobat. Sehingga memang sangat dibutuhkan betul kehati-hatian saat berakrobat, karena banyak faktor lain yang bisa mengganggalkan akrobat tersebut.
Tulisan ini bukan bermaksud mengajak seseorang untuk berakrobat, tetapi lebih pada memberi tahu, bahwa dalam dunia politik bisa terjadi apa saja. Termasuk adanya akrobat politik. Akrobat politik ini tidak perlu disikpai dengan serius, apalagi dijadikan sebagai pegangan dalam pengambilan sikap dalam berpolitik, khususnya bagi rakyat. Akrobat politik adalah bagian dari strategi politik, yang tujuannya memenangkan suatu pertarungan politik. Yang berhasil memainkan akrobat politik dengan baik, maka dialah yang bakal menjadi pemenang dalam pertarungan politik yang sedang dilakoni. Namun demikian, akrobat politik yang dilakukan itu, harus tetap mengacu pada etika politik. Etika sebagai seorang politisi yang memegang teguh adat dan budaya Indonesia tentunya. (*)
Bagaimana dengan rakyat yang melihat akrobat politik yang ditunjukkan para pemain politik atau politisi? Mungkin bagi sebagian orang bisa menjadi tontonan yang menarik. Tapi bagi sebagian yang lain, akrobat politik itu sesutu yang menjemukan, mendebarkan dan membuat orang tidak simpati. Meski jumlah yang simpati dan tidak simpati tidak bisa dipastikan, bisa fifty-fifty, atau salah satunya lebih banyak.
Seperti contohnya seorang pemain sirkus yang berdiri di ujung pedang yang runcing tanpa alas kaki. Bagi sebagian orang pertunjukkan itu membuat hati berdebar, jangan-jangan dia jatuh dan terkena pedangnya sendiri. Tentu peristiwa itu bisa saja terjadi, meski sebagian besar berhasil dengan sukses. Bagi yang lain, aksi itu bisa juga menjadi tontonan yang menarik. Terjatuh atau tidak, dia sudah menyaksikan sebuah atraksi, yang sangat menarik, yang dia sendiri tidak bisa melakukannya.
Begitu pula dengan politik, seorang politisi, bisa saja melakukan akrobat politik, dengan mempermainkan pertunjukkan yang jarang atau tak lazim dilihat. Namun dengan kelihaiannya dan kemampuannya membaca politik, dia bisa sukses menjalankan akrobat politiknya. Namun ada juga seorang politisi, yang mencoba melakukan akrobat politik, namun di tengah jalan ternyata dia jatuh. Maka dia bisa menanggung malu karena kegagalannya tersebut. Tapi bagi politisi yang ulung, kegagalannya itu tentu bukan akhir dari usahanya. Masih ada kesempatan lain, setiap saat yang dia bisa tunjukkan kepada penontonnya, kepada rakyat.
Banyak peristiswa politik, yang menunjukkan seorang politisi melakukan akrobat politik. Kadang akrobat yang ditunjukkan itu berhasil dengan gemilang, namun kadang akrobat itu gagal. Ada banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dari akrobat politik itu. Namun semuanya tergantung dari jalinan komunikasi dan koalisi yang dilakukan politisi tersebut. Jika jalinan komunikasi dan koalisi itu berjalan dengan baik, maka kemungkinan keberhasilan akrobat itu sangat besar. Begitu sebaliknya, jika komunikasi dan koalisi yang dibangun lemah, maka akrobat yang dilakukan bisa gagal.
Lantas, bagaimana agar suatu akrobat politik itu bisa berhasil? Perlu latihan yang serius dan berulang-ulang, tidak langsung tiba-tiba bisa dan kemudian mahir. Seperti halnya pemain sirkus tadi, dia juga harus melakukan latihan yang serius dan berulang-ulang untuk melakukan atraksi tertentu. Meskipun sudah latihan dan dinyatakan mahir, seorang pemain sirkus saja kadang gagal dan jatuh saat berakrobat. Sehingga memang sangat dibutuhkan betul kehati-hatian saat berakrobat, karena banyak faktor lain yang bisa mengganggalkan akrobat tersebut.
Tulisan ini bukan bermaksud mengajak seseorang untuk berakrobat, tetapi lebih pada memberi tahu, bahwa dalam dunia politik bisa terjadi apa saja. Termasuk adanya akrobat politik. Akrobat politik ini tidak perlu disikpai dengan serius, apalagi dijadikan sebagai pegangan dalam pengambilan sikap dalam berpolitik, khususnya bagi rakyat. Akrobat politik adalah bagian dari strategi politik, yang tujuannya memenangkan suatu pertarungan politik. Yang berhasil memainkan akrobat politik dengan baik, maka dialah yang bakal menjadi pemenang dalam pertarungan politik yang sedang dilakoni. Namun demikian, akrobat politik yang dilakukan itu, harus tetap mengacu pada etika politik. Etika sebagai seorang politisi yang memegang teguh adat dan budaya Indonesia tentunya. (*)
Komentar
Posting Komentar