Waspada Bencana
Musim
hujan saat ini sudah mulai membahasi wilayah Indonesia, termasuk di wilayah
Tegal dan Brebes. Sebelum musim hujan benar-benar datang, sebelumnya ada musim
pancaroba. Pada musim pancaroba itu, bencana angin puting beliung melanda
sejumlah daerah. Paling tidak, akibat bencana itu beberapa rumah mengalami
kerusakan, bahkan ada yang rata dengan dengan.
Kini,
setelah musim hujan datang, petani menyambutnya dengan riang gembira. Mereka
berlomba-lomba untuk menanam pada maupun bawang merah. Namun di tengah
keceriaan para petani itu, muncul kekhawatiran di antara mereka, termasuk juga
masyarakat umum. Yakni datangnya banjir, yang setiap saat mengancam ribuan
hektar lahan dan juga pemukiman.
Banjir
tidak hanya datang di wilayah dataran rendah saja, tetapi juga bisa terjadi di
wilayah dataran tinggi. Justru banjir di wilayah dataran tinggi ini kadang
datang secara tiba-tiba atau dikenal dengan istilah banjir bandang. Banjir
bandang yang datang tiba-tiba itu kadang dengan membawa potongan dan batangan
pohon yang hanyut terbawa banjir. Bahkan bongkahan batu dan tanah ikut serta
dalam datangnya banjir itu.
Tidak
hanya itu, peristiswa yang diawali dengan hujan lebat itu, juga bisa menyebakan
terjadinya bancana tanah longsor dan tanah bergerak. Jika tanah longsor melanda
wilayah yang padat dengan penduduk, dipastikan akan muncul korban jiwa. Belum
lagi bencana lain, seperti sambaran petir, yang bisa saja terjadi dan
menimbulkan korban jiwa.
Bencana-bencana
itu, selain karena kehendak yang Maha Kuasa, juga bisa disebabkan ulah manusia
itu sendiri. Tuhan mungkin marah dengan ulah manusia, yang merusak buminya
sendiri, sehingga akhirnya ditimpakan bencana, yang kadang menelan korban jiwa
yang sangat banyak.
Seperti
tanah longsor, bisa disebabkan karena aksi penggundulan hutan oleh masyarakat
maupun oknum yang tidak bertanggung jawab. Pohon-pohon yang seharusnya mampu
menahan tanah dari gerusan longsor, hilang karena penebangan liar. Hingga
akhirnya tanah di dataran tinggi, yang dijaga oleh akar-akar pohon itu tidak
kuat saat hujan datang mengguyur.
Sementara
banjir di daerah dataran rendah, selain disebabkan karena limpasan air hujan
yang sangat luar biasa, juga bisa disebabkan ulah manusia. Yakni dengan
membuang sampah sembarangan, menutup saluran air atau mempersempit saluran air
yang ada. Sehingga saat hujan datang, dengan waktu beberapa jam, air tidak bisa
langsung mengalir ke sungai dan dibuang ke laut.
Banjir
yang bisa terjadi kapan saja itu, selain merendam pemukiman penduduk, juga bisa
merendam ratusan hektar lahan sawah. Tanaman yang baru saja disemai, atau
justru malah menjelang panen, bisa rusak berantakan saat diterjang banjir.
Akibat banjir itu, selain bisa menimbulkan korban jiwa, juga menimbulkan
kerugian ekonomi ratusan juta hingga miliaran. Bahkan bisa juga terjadi bencana
sosial, seperti kelaparan dan lainnya. Sarana ekonomi, seperti jalan dan
fasilitas umum lainnya bisa rusak diterjang banjir.
Kalau
sudah begi, siapa yang harus bertanggung jawab dan berusaha untuk dicegahnya?
Tentunya kalau bukan kita sendiri, siapa lagi? Semua elemen masyarakat, bersama
pemerintah bahu-membahu untuk mengatasi masalah itu, yakni dengan peduli
lingkungan. Mulai dari gerakan menanam pohon, hingga bersih-bersih lingkungan.
Tidak merusak apa yang sudah ada, dan tidak melakukan langkah-langkah yang bisa
menyebabkan lingkungan menjadi rusak.
Contoh
kecil, yakni dengan menanam pohon di sekitar rumah. Minimal memelihara bunga
dengan pot dan tanaman-tanaman kecil yang bisa ditanam di rumah. Lingkungan
rumah jangan semuanya disemen, tetapi beri ruang agar air hujan bisa meresap ke
tanah. Kemudian saluran-saluran di sekitar rumah, setaip saat dibersihkan.
selain untuk kebersihan lingkungan dan juga untuk kesehatan bersama, juga untuk
mencegah terjadinya banjir.
Peduli
lingkungan? Kenapa tidak! (*)
Komentar
Posting Komentar