Puting Beliung

Dalam beberapa hari ini, sejumlah daerah dilanda angin puting beliung. Seperti di Kabupaten Brebes, puting beliung melanda Desa Bulusari, kecamatan Bulakamba. ratusan rumah rusak dan kerugian mencapai ratusan juta. Terakhir melanda Kota Tegal, puluhan rumah di Kelurahan Slerok juga mengalami kerusakan akibat puting beliung.
Memang, musim hujan yang disertai angin kencang ini menjadi salah satu bencana yang melanda sejumlah wilayah, termasuk Kabupaten Brebes dan Kota Tegal. Tak menutup kemungkinan juga daerah-daerah lain, bisa terkena bencana tersebut. Bencana ini, memang disebabkan cuaca, yang biasanya diawali dengan cuaca panas sekali, kemudian tiba-tiba mendung dan turun hujan. Sehingga akhirnya memunculkan angin yang kencang atau angin puting beliung.
Pemerintah sendiri, sebelumnya sudah mengingatkan bencana ini. Karena memang bencana puting beliung sering terjadi di bulan-bulan antara peralhian musim kemarau dengan musim penghujan. Namun karena itu terkait dengan faktor cuaca, siapa pun tidak dapat memprediksi, di mana dan kapan puting beliung itu akan datang. Sehingga daerah-daerah yang terkena bencana ini juga tidak dapat diprediksi.
Meski jarang menimbulkan korban jiwa, namun bencana ini cukup mengkhawatirkan warga. Angin yang tiba-tiba datang dengan kencang itu, bisa menghamburkan apa saja yang dilewatinya. Bahkan juga bisa merobohkan rumah-rumah warga, khususnya yang dibangun semi permanen. Tentunya, mereka yang memiliki rumah semi permanen, tidak mungkin bisa mengantisipasi datangnya puting beliung itu dengan rumah yang permanen dan tahan terhadap puting beliung.
Yang pasti, puting beliung ini bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Bisa juga merusak apa saja dan milik siapa saja. Tidak pandang bulu, apakah milik warga yang tidak mampu atau pun yang kaya. Ketika musibah ini datang, tentu saja mereka yang berasal dari golongan tidak mampu yang paling banyak menderita. Selain rumahnya rusak porak poranda, mereka tidak bisa langsung memperbaiki. Terpaksa mengungi ke tempat yang aman dan tentu saja mereka juga membutuhkan bantuan, khususnya untuk kebutuhan makan sehari-hari.
Seperti yang terjadi di Bulusari, puluhan rumah roboh akibat puting beliung tersebut. Sehingga mereka terpaksa mengungsi, sambil menunggu rencana perbaikan rumah mereka. Selama dalam pengungsian itu, bantuan pun muncul dari sejumlah elemen masyarakat, termasuk pemerintah daerah. Namun dalam pemberian bantuan, juga harus dilihat kondisi barangnya, apakah layak atau tidak. Jika tidak layak, apakah pantas bantuan itu disalurkan.
Meski para korban bencana itu butuh bantuan, namun mereka juga manusia, yang harus diperlakukan selayaknya manusia. Bukan ala kadarnya saja, apalagi jika hanya melihat, yang penting ada bantuan. Bukan semata-mata seperti itu, tapi bagaimana mereka juga berhak mendapatkan bantuan yang layak. Namun demikian, dinas terkait yang mengirimkan bantuan tersebut bersedia untuk menariknya dan menggantikannya dengan yang layak.
Yang patut dicermati oleh dinas, terkait dengan penyimpanan barang, khususnya pangan, harus diperhatikan. Sehingga tidak sampai ketika barang itu disalurkan, justru menjadi bumerang dalam penyalurannya. Seperti dalam kasus penyaluran beras ini, karena peyimpanan di gudang, yang tidak sesuai dengan prosedur pergudangan beras, bisa menyebabkan rusaknya beras tersebut. Mestinya, beras bantuan seperti itu bisa dititipkan pada lembaga yang mempunyai keahlian, seperti Bulog. Sehingga beras itu bisa tetap terawat dengan baik. Dan ketika disalurkan kepada yang membutuhkan, masih dalam kondisi bagus dan bisa diterima dengan baik.
Yang pasti, niat dan semangat untuk membantu korban bencana, seperti puting beliung ini harus tetap ditumbuhkan di kalangan masyarakat. Semangat gotong royong masyarakat pasca bencana, ahrus tetap dijaga. Sehingga warga yang membutuhkan bantuan, bisa terobati dengan banyaknya bantuan, meski hanya bantuan tenaga. (*)

Komentar

Postingan Populer