Aids Terus Mengacam
Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
masih menjadi ancaman bagi manusia. Penyakit yang belum ditemukan obatnya ini,
hingga kini terus bertambah jumlahnya. Di Indonesia, jumlah penderita HIV/AIDS
juga terus bertambah, bahkan di daerah Tegal dan Brebes serta sekitarnya,
penderita ini semakin bertambah banyak saja.
Penyakit
mematikan ini, ternyata bukan hanya milik warga ibukota saja, tapi juga sudah
hingga di sejumlah pelosok desa. Sejumlah anak kecil, yang tak tahu apa-apa pun
bisa mengidap penyakit mematikan ini. Bukan karena tertular dari orang lain,
tetapi dari orang tuanya sendiri. Khusunya sang ibu, yang telah mengandung dan
melahirkannya. Sementara sang ibu sendiri, kadang tidak menyadari penyakit yang
menghinggapinya. Karena memang dia menganggap aman dari penyakit tersebut.
Ibu dan
anak yang tidak tahu apa-apa itu, ternyata bisa tertular penyakit yang
disebabkan karena hubungan bebas itu serta pemakaian narkoba. Dari data yang
ada, ternyata jumlah penderita HIV/Aids kebanyakan terjadi pada kaum ibu.
Mereka tertular dari suaminya, yang ternyata suka jajan di luar. Secara tidak
langsung, suami nakal itu pun menularkan penyakit ke istrinya dan kepada
anak-anaknya. Ketika itu sudah terjadi, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan
ada yang nekat, berniat menyebarkan penyakit itu kepada orang lain.
Bahkan
sempat beredar isu, ada pederita HIV/Aids yang mau menyebarkan penyakitnya itu
lewat tusuk gigi yang dipakainya. Seolah belum dipakai, tusuk gigi yang sudah
dicemari dengan darah dari gusinya itu, akan dipakai ornag lain hingga
menularkannya. Meski tidak ada pembuktian masalah itu, namun sebagian
masyarakat sempat cemas atas isu itu. Hal itu jelas menunjukkan, bahwa penyakit
HIV/Aids itu masih dianggap penyakit yang menakutkan dan penderitanya harus
dihindari.
Penderita
HIV/Aids bukan untuk dihindari, yang dihindari adalah penyakitnya. penyakit itu
tidak akan menular hanya dengan bersinggungan atau pun lewat udara. Penyakit
itu bisa menular lewat hubungan intim, transfusi darah dan penggunaan alat
suntik yang tidak steril. Kondisi ini yang kadang kurang dipahami oleh
masyarakat, sehingga ketika ada penderita Aids, mereka langsung menghindari.
Kembali
kepada bahaya penyakit HIV/Aids ini. Betapa sampai sekarang, sejumlah ilmuwan
maupun dokter berupaya menemukan obatnya, namun belum juga ada anti virusnya.
Yang bisa dilakukan hanya memperkuat kesehatan sang penderita saja, hingga ajal
tidak cepat menjemputnya. Namun jika yang tidak diobati, jelas penyakit ini
akan segera menjemputnya.
Betapa
berbahayanya penyakit ini, pemerintah melalui dinas terkait sudah berulangkali
melakukan sosialiasi. Agar jangan sampai melakukan perilaku yang beresiko
tertularnya penyakit ini. Antara lain tidak berhubungan dengan orang lain, selain
pasangannya sendiri. Tidak menggunakan narkoba, yang juga menjadi salah satu
sarana penyebaran HIV/Aids.
Meski
sosialisasi ini terus dilakukan, namun tetap saja banyak dari mereka, yang
hanya mengejar kesenangan duniawi saja, tetap berperilaku seperti itu. Yang
dekat dengan terjangkitinya penyakit setan, begitu kata orang menyebutnya. Tak
kalah, kaum agamawan juga sudah mengingatkan, bahwa perilaku yang menyebabkan
penularan virus itu adalah dosa besar. Yang jika tidak segera ditinggalkan,
maka pelakunya termasuk dalam keadaan orang-orang yang merugi. Sudah
diingatkan, tapi tetap saja bandel. Bahkan ada sebagian yang menantang, tidak
akan tertular penyakit itu, karena sudah menggunakan alat pengaman.
Ketika
sudah terkena, baru sadar. Namun ada pula yang tidak sadar, tapi malah semakin
menjadi. Bahkan berniat menyebarkannya kepada orang lain. Ketika sudah
berkubang lumpur, sekalian gupak dan mengotori semuanya. Itulah sikap manusia.
Ada yang baru sadar setelah terkena, ada pula yang tidak sadar, tapi makin
menjadi. Kalau tidak ingin mendapat ancaman penyakit itu, maka, sekali lagi,
hindari perilaku yang menyebabkan tertularnya penyakit itu. (*)
Komentar
Posting Komentar