Terima Kasih Guru


Sebagian orang saat ini bisa membaca dan menulis, termasuk berhitung. Bukan hanya itu, dari bisa membaca dan menulis itu, sekarang bisa bekerja, bisa meraih cita-citanya. Bekerja untuk menafkahi keluarga, dan juga untuk mendidik anak-anaknya kelak. Itu semua tidak lepas dari peran guru. Untuk itu semua, terima kasih guru.
Guru yang telah mengajarkan membaca dan menulis, serta berhitung. Guru pula yang telah mengajarkan etika dan tata krama. Hingga akhirnya bisa menjadi manusia yang berguna. Tanpa guru, entah seperti apa keadaan suatu bangsa. Tanpa guru, tak ada yang mau belajar menulis dan membaca, apalagi berhitung.
Seorang presiden, tidak lepas dari jasa seorang guru. Seorang menteri, juga tidak lepas dari pendidikan yang diberikan guru. Gubenur, bupati, walikota, juga pernah belajar pada guru. Guru memang banyak berjasa kepada orang-orang hebat yang pernah ada. Harus diakui, itu adalah keberhasilan guru. Meski seorang guru, tetap saja menjadi guru sepanjang hidupnya.
Bagi seorang guru sejati, pendidikan adalah pengabdian yang tak ada batasnya. Tidak pernah menuntut balasan atas apa yang telah diberikan kepada murid-muridnya. Guru tidak pernah meminta untuk dihormati, tidak pernah pula minta untuk disanjung. Guru hanya mengajarkan bagaimana murid bisa menghormati orang lain, bagaimana bersikap terhadap orang yang lebih tua.
Guru juga tidak pernah mengajarkan anak-anak didiknya berbuat curang, mencontek, dan berlaku tidak adil. Guru juga tidak pernah mengajarkan anak didiknya untuk korupsi, mengambil hak orang lain, juga tidak pernah meminta anak didiknya menyuap. Nilai yang diberikan, berdasarkan kemampuan siswa yang bersangkutan. Yang belum baik dan berhasil, pasti akan diminta tinggal di kelas, agar kemampuannya bertambah baik.
Guru tidak pernah memperolok siswanya, tidak pula mengajarkan untuk memperolok orang lain. Guru juga tidak mengajarkan anak menjadi anak yang berandal, tidak pernah mengajarkan kekerasan. Yang diajarkan adalah kebaikan, kebersamaan, dan kejujuran.
Jika ada seseorang yang mengaku sebagai guru, tetapi tidak mengajarkan kebaikan, kebersamaan, dan kejujuran, itu bukan guru. Guru, bukan hanya sekedar digugu dan ditiru, tetapi lebih dari itu. Digugu berarti diikuti, tentunya yang diikuti adalah hal-hal yang baik saja. Dan guru jelas mengajarkan hal-hal yang baik saja. Ditiru, kelakuan seorang guru menjadi contoh semua muridnya.
Makanya ada pepatah, jika guru kencing berdiri, maka murid kencing sambil berlari. Ini menunjukkan bahwa kelakukan atau sikap seorang guru berperan terhadap kelakukan murid-muridnya. Ketika seorang guru melakukan perbuatan yang tidak baik dan diketahui muridnya, maka muridnya akan melakukan perbuatan yang lebih tidak baik dari gurunya tersebut. Karenanya, guru memang dituntut untuk menjadi teladan yang sempurna bagi murid-muridnya. Jangan sampai seorang guru melakukan perbuatan yang tidak diajarkan kepada murid-muridnya.
Seorang guru, bukan hanya yang ada di dalam kelas saja, guru bukan pula yang hanya berseragam PGRI saja. Tetapi mereka yang memiliki pengetahuan dan mau memberikannya kepada orang lain. Memberikan ajaran kebaikan, kejujuran dan keadilan.
Di Hari Guru ini, semoga jasa dan pengabdianmu tak akan pudar. Tidak pula mengendur, hanya karena belum menjadi PNS. Tidak ada kata menyerah menjadi seorang guru. Terima kasih guru, atas semua jasa yang tekah engkau berikan. Dan tentu saja, terima kasih juga kepada pemerintah yang telah memperhatikan guru, dengan kesejahteraannya. Sekali lagi, terima kasih guru. (*)

Komentar

Postingan Populer