Loken Pan Kaya Kuwe Bae?
Loken pan
kaya kuwe bae? Itulah ungkapan orang tua kepada anaknya atau pun kepada orang
lain, yang kondisinya tidak berubah ke arah yang lebih baik. Harus ada
perubahan, aja kaya kuwe bae lah, melas oh anak bojo?! Pertanyaan itu tidak
memerlukan jawaban atau memang tidak bisa dijawab. Namun harus dilakukan dengan
aksi nyata untuk merubahnya.
Masa mau
seperti itu terus? Begitu artinya dalam bahasa Indoensia. Pertanyaan ini bisa
diajukan kepada siapa saja, namun biasanya disampaikan orang yang lebih tua
kepada yang lebih mudah. Biasanya, setelah pertanyaan itu muncul, dilanjutkan
dengan wejangan atau petuah.
Pertanyaan
itu muncul atas kondisi seseorang yang kurang baik atau tidak baik sama sekali.
Seperti saat seseorang yang sudah berkeluarga, tapi tetap saja menganggur. Atau
bisa saja perilaku generasi muda, yang cenderung seenaknya sendiri, suka
berhura-hura dan mengganggu lingkungan sekitar. Bisa juga pada perilaku
seseorang yang cenderung negatif, sementara dia berasal dari keluarga yang
baik.
Koen wis
gede, wis tua malah. Ora isin dideleng wong liya. Begitu biasanya wejangan yang
disampaikan, begitu melihat anak, keponakan atau siapa pun yang dianggap dekat.
Mengingatkan, agar yang bersangkutan bisa mengubah perilakunya. Mau berusaha
agar tidak berada di bawah terus. Mau bekerja keras, agar bisa berhasil.
Loken
bisa? Ya kudu bisa. Wong kuwe aja pesimis, kudu optimis. Bukankan Tuhan
berkata, tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang
mengubahnya. Sudah jelas kan? Bahwa berubah ke arah yang lebih baik, itu
perintah Tuhan. Apalagi jika perilaku yang negatif itu merupakan larangan
Tuhan, maka perintah Tuhan untuk mengubah perialku itu adalah kewajiban.
Pertanyaan
itu juga bisa ditujukan kepada suatu daerah, yang dari dulu sampai sekarang
tidak ada kemajuan yang berarti. Loken pan kaya kuwe bae? Nang kudu berubah
oh... Priben carane ngrubah, kudu sing bener. Bener, tapi dudu bener karepe
dewek. Kudu bener sakabehane, ora mung sing dikarepi dewek. Perubahan itu perlu
dan harus dilalui agar bisa menjadi lebih baik. Berubah bukan hanya sekedar
ganti wajah tok, tapi semunya. Kalau hanya ganti wajah, sementara perbuatan dan
kelakuannya sama saja, bukan perubahannya namanya.
Berubah,
berarti kudu ana semangat, semangat untuk berubah. Bukan hanya sekedar ucapan
apalagi janji, tetapi harus dengan tindakan nyata. Koen kuwe wis gede, wis bisa
mikir dewek. Bisa mbedakna antara sing apik karo sing ora apik. Ora usah
dikongkon, enyong tah mung ngelingna tok. Begitu ungkapan selanjutnya, kepada
mereka yang malas untuk berubah.
Angger
ning pemerintahan, mbuh sing ning desa, kecamatan, kabupaten hingga negara,
kabeh akeh sing ngelingna. Akeh sing ngontrol. Akeh yang takon kaya kuwe. DPR
sing salah siji tugase ngontrol, juga ndean ora bosen-bosen ngelingna. Durung
rakyate, sing saben dina demo, yang tujuannya ngelingna. Dudu sing anaskis, apa
maning sing gawe nangis.
Loken pan
kaya kuwe bae? Adalah satu pertanyaan yang tak perlu dijawab, tapi dilakukan.
Dilakukan dengan semangat, dengan hati yang ikhlas, dengan tujuan untuk
kebaikan. Loken pan kaya kuwe bae? Adalah ungkapan halus, agar yang ditegur itu
mau berubah. Bukan dengan cara menjelek-jelekan apalagi mencaci, tetapi
bertanya untuk direnungi dan ditindaklanjuti. Toli loken pan kaya kuwe bae
selawase? Ora! Kudu berubah, berubah sing luwih apik. Berubah eben aja kaya
kiye bae, tapi sing kaya kae, sing luwih apik. (*)
mantap...cocok dimuat di koran2
BalasHapus