Semangat Berkorban
Oleh: M Riza Pahlevi
Hari Raya Idul Adha adalah hari raya yang penuh dengan pengorbanan. Sehingga masyarakat muslim pun menyebutnya dengan Hari Raya Kurban. Hal itu bisa dilihat dari sejarah Hari Raya Idul Adha ini, yang ada sejak zaman Nabi Ibrahim. Hingga kini, perayaan itu terus dilakukan, sebagai bagian dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Semuanya mungkin sudah tahu arti penting dari sejarah Idul Adha tersebut, di mana Nabi Ibrahim yang lama baru dikaruniai anak, diperintah Tuhan untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Tentu bukan karena Tuhan tidak berperikemanusian, tetapi menguji Nabi Ibrahim sampai sejauh mana keimanannya.
Dari sejarah itu, betapa pengorbanan Nabi Ibrahim yang begitu besar, terhadap apa yang dimiliki dan disayangi, harus rela demi melaksanakan perintah Tuhan. Sehingga Tuhan pun akhirnya menggantikan posisi Nabi Ismail dengan seekor domba. Dari kisah Nabi Ibrahim itu, kita bisa banyak belajar. Bahwa pengorbanan yang dilakukan seseorang, yang semata-mata karena Tuhan, akan mendapat ganjaran yang setimpal.
Pun bagi mereka yang menunaikan rukun Islam kelima, yakni dengan pergi haji ke Mekah, juga merupakan pengorbanan yang sangat besar. Selain harta dan benda yang sangat besar, juga tenaga dan pikiran turut dikorban selama proses ibadah haji berlangsung. Bagi yang mampu menjalankan dengan baik, menjadi haji yang mabrur, Tuhan pun langsung memberikan ganjaran dengan surga. Itu menunjukkan bahwa ibadah yang mengeluarkan pengorbanan yang besar, akan mendapat ganjaran yang besar pula.
Betapa menjalankan ibdah haji itu adalah pengorbanan yang besar, selain dilihat dari biaya yang sangat tinggi, juga membutuhkan kesabaran yang tinggi. Saat ini saja, mereka yang sudah memiliki harta yang cukup untuk menunaikan ibadah haji, tidak bisa langsung berangkat. Mereka harus antri hingga beberapa tahun ke depan untuk bisa berangkat. Tentu hal ini membutuhkan kesabaran yang luar biasa.
Belum lagi ketika di Tanah Suci, daerah yang berbeda dengan daerah asal, tentu akan menimbulkan persoalan tersendiri. Seperti cuaca dan suhu yang ekstrim, akan menjadi halangan bagi jamaah haji, untuk beribdaha. Karenanya, mereka yang mampu menjalankan ibadah dengan baik di sana, akan mendapatkan pahala yang besar juga. Sekali lagi, ini adalah ganjaran dari Tuhan, yang diberikan kepada ummatnya yang mau berkoban.
Bagi mereka yang belum bisa menunaikan ibadah haji pun bisa berkorban, yang pahalanya tidak kalah dengan iabdah haji. Berkoban dengan menyembelih hewan kurban, juga membutuhkan keikhlasan yang luar biasa. Betapa tidak, dengan semangat berkorban, di tengah kemampuan ekonomi yang pas-pasan, tetap bisa berbagi dengan mereka yang tidak memiliki apa-apa. Tentu, ganjaran dari Tuhan juga akan sangat besar.
Pengorbanan yang ikhlas, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Meski pada awalnya berat, namun jika dilakukan dengan ikhlas, pasti akan mendapat manfaat. Bukan hanya dalam bentuk barang dan materi saja, tapi juga dalam bentuk yang lain, seperti rasa nikmat yang luar biasa, keselamatan, kesehatan dan lainnya.
Semangat berkorban ini, bukan hanya sekedar berkurban dengan hewan kurban saja, seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan onta, tapi juga bisa dalam bentuk korban pikiran, tenaga dan waktu. Jika semunya dilakukan dengan niat ikhlas dan demi mendapat ridho Tuhan, niscaya ganjarannya pun tidak beda jauh dengan kurban hewan saat Idul Adha.
Tentunya, semangat berkorban ini tidak hanya berhenti usai perayaan Idul Adha berakhir. Namun semangat berkorban ini harus selalu muncul setiap saat. Ketika ada orang yang membutuhkan pertolongan, ketika ada teman yang minta bantuan, ketika ada tetangga yang membutuhkan uluran tangan, maka semangat berkorban itu harus muncul. Sama halnya ketika kita rela berkorban demi keluarga. Apa yang etrjadi, semunya dilakukan demi anak dan sitri. Itu semangat berkorban, yang ahrus ditunjukkan pula dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Seperti halnya saat kita berkuban di Hari Raya Idul Adha. Bukankah daging kurban yang kita sembelih bukan untuk kita semua, tetapi sebagian besar untuk orang lain, khususnya yang membutuhkan. Kalau begitu, ayo berkorban. (*)
Hari Raya Idul Adha adalah hari raya yang penuh dengan pengorbanan. Sehingga masyarakat muslim pun menyebutnya dengan Hari Raya Kurban. Hal itu bisa dilihat dari sejarah Hari Raya Idul Adha ini, yang ada sejak zaman Nabi Ibrahim. Hingga kini, perayaan itu terus dilakukan, sebagai bagian dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Semuanya mungkin sudah tahu arti penting dari sejarah Idul Adha tersebut, di mana Nabi Ibrahim yang lama baru dikaruniai anak, diperintah Tuhan untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Tentu bukan karena Tuhan tidak berperikemanusian, tetapi menguji Nabi Ibrahim sampai sejauh mana keimanannya.
Dari sejarah itu, betapa pengorbanan Nabi Ibrahim yang begitu besar, terhadap apa yang dimiliki dan disayangi, harus rela demi melaksanakan perintah Tuhan. Sehingga Tuhan pun akhirnya menggantikan posisi Nabi Ismail dengan seekor domba. Dari kisah Nabi Ibrahim itu, kita bisa banyak belajar. Bahwa pengorbanan yang dilakukan seseorang, yang semata-mata karena Tuhan, akan mendapat ganjaran yang setimpal.
Pun bagi mereka yang menunaikan rukun Islam kelima, yakni dengan pergi haji ke Mekah, juga merupakan pengorbanan yang sangat besar. Selain harta dan benda yang sangat besar, juga tenaga dan pikiran turut dikorban selama proses ibadah haji berlangsung. Bagi yang mampu menjalankan dengan baik, menjadi haji yang mabrur, Tuhan pun langsung memberikan ganjaran dengan surga. Itu menunjukkan bahwa ibadah yang mengeluarkan pengorbanan yang besar, akan mendapat ganjaran yang besar pula.
Betapa menjalankan ibdah haji itu adalah pengorbanan yang besar, selain dilihat dari biaya yang sangat tinggi, juga membutuhkan kesabaran yang tinggi. Saat ini saja, mereka yang sudah memiliki harta yang cukup untuk menunaikan ibadah haji, tidak bisa langsung berangkat. Mereka harus antri hingga beberapa tahun ke depan untuk bisa berangkat. Tentu hal ini membutuhkan kesabaran yang luar biasa.
Belum lagi ketika di Tanah Suci, daerah yang berbeda dengan daerah asal, tentu akan menimbulkan persoalan tersendiri. Seperti cuaca dan suhu yang ekstrim, akan menjadi halangan bagi jamaah haji, untuk beribdaha. Karenanya, mereka yang mampu menjalankan ibadah dengan baik di sana, akan mendapatkan pahala yang besar juga. Sekali lagi, ini adalah ganjaran dari Tuhan, yang diberikan kepada ummatnya yang mau berkoban.
Bagi mereka yang belum bisa menunaikan ibadah haji pun bisa berkorban, yang pahalanya tidak kalah dengan iabdah haji. Berkoban dengan menyembelih hewan kurban, juga membutuhkan keikhlasan yang luar biasa. Betapa tidak, dengan semangat berkorban, di tengah kemampuan ekonomi yang pas-pasan, tetap bisa berbagi dengan mereka yang tidak memiliki apa-apa. Tentu, ganjaran dari Tuhan juga akan sangat besar.
Pengorbanan yang ikhlas, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Meski pada awalnya berat, namun jika dilakukan dengan ikhlas, pasti akan mendapat manfaat. Bukan hanya dalam bentuk barang dan materi saja, tapi juga dalam bentuk yang lain, seperti rasa nikmat yang luar biasa, keselamatan, kesehatan dan lainnya.
Semangat berkorban ini, bukan hanya sekedar berkurban dengan hewan kurban saja, seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan onta, tapi juga bisa dalam bentuk korban pikiran, tenaga dan waktu. Jika semunya dilakukan dengan niat ikhlas dan demi mendapat ridho Tuhan, niscaya ganjarannya pun tidak beda jauh dengan kurban hewan saat Idul Adha.
Tentunya, semangat berkorban ini tidak hanya berhenti usai perayaan Idul Adha berakhir. Namun semangat berkorban ini harus selalu muncul setiap saat. Ketika ada orang yang membutuhkan pertolongan, ketika ada teman yang minta bantuan, ketika ada tetangga yang membutuhkan uluran tangan, maka semangat berkorban itu harus muncul. Sama halnya ketika kita rela berkorban demi keluarga. Apa yang etrjadi, semunya dilakukan demi anak dan sitri. Itu semangat berkorban, yang ahrus ditunjukkan pula dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Seperti halnya saat kita berkuban di Hari Raya Idul Adha. Bukankah daging kurban yang kita sembelih bukan untuk kita semua, tetapi sebagian besar untuk orang lain, khususnya yang membutuhkan. Kalau begitu, ayo berkorban. (*)
Komentar
Posting Komentar