Proyek Mobnas

Setelah pemberintaan mobil buatan pelajar SMK jadi topik pembicaraan yang hangat, kini muncul wacana pembuatan mobil nasional (mobnas). Wacana itu dikemukan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan. Diakui oleh Bos Jawa Pos Group itu memang memanfaatkan wacana yang sedang berkembang di media, pasca munculnya pemberitaan mobil Esemka tersebut.
Sejumlah BUMN pun diajak untuk membuat proyek tersebut, yakni PT INKA, PT Dirgantara Indonesia (PT DI), PT Boma Bisma Indra, dan PT Barata diharapkan akan mendukung produksi mobil nasional, apakah itu Esemka atau produk lainnya. Dahlan Iskan bahkan mewacanakan penggabungan keempat BUMN tersebut, yang menurutnya akan menjadi BUMN yang sangat kuat, dengan aset yang luar biasa.
Namun dia pun tidak gegabah mewacanakan hala tersebut. Jangan hanya karena awu anget pemberitaan mobil Esemka, lantas wacana mobnas juga ikut hilang pasca hilangnya wacana mobil Esemka tersebut. Banyak pertimbangan yang harus dilihat untuk memunculkan wacana tersebut. Jangan memunculkan wacana karena hanya emosi sesaat, tanpa mempertimbangkan sisi bisnis dan masa depannya. Dahlan menegaskan produk ini harus diperhitungkan secara komersial dan tidak hanya bersifat emosional saja.
Dahlan Iskan menyatakan pihaknya perlu memperdalam proyek produksi mobil Esemka sebagai mobil nasional. Pasalnya, jangan sampai produksi mobil ini sangat bergantung pada Penyertaan Modal Negara (PMN) sehingga nantinya justru merugikan negara. Dahlan Iskan mewanti-wanti jangan sampai mobil Esemka setelah diproduksi besar-besaran tetapi tidak ada yang beli dan merugikan negara. Seperti motor China (mocin) yang tak laku meskipun harganya murah. Namun demikian, sepertinya Dahlan Iskan memilih untuk menggagas wacana itu melalui BUMN yang ada di bawah kementeriannya.
Berbeda dengan Menteri Perindustrian MS Hidayat mengaku sangat mengapresiasi dan mendukung mobil Esemka. Namun dia sendiri tidak latah, dengan langsung membeli mobil Esemka tersebut. Meski demikian, dia mengaku akan memberikan support jika memang nantinya mobil buatan anak-anak SMK itu akan diproduksi massal untuk tujuan komersial. Namun dia sendiri khawatir produk itu nanti malah melanggar WTO.
Terlepas dari wacana itu, beberapa tahun lalu memang sempat muncul wacana mobil nasional, namun ternyata tidak jalan. Meski harganya saat itu memang sangat murah, namun ternyata hanya mobil impor saja, tanpa bea pajak masuk. Sehingga menimbulkan persoalan di WTO. Bahkan saat itu, ada dua pengusaha yang masih saudara, yang juga anak-anak kesayangan Presiden Soeharto, Tomi Soeharto yang memproduksi mobil Timor dan Hutomo Mandala Putra yang memproduksi mobil Bimantara. Keduanya gagal, meski mendapat perlakukan istimewa dari pemerintah.
Kekhawatiran semacam itu juga dialami dalam wacana sekarang sekarang ini. Di mana jangan-jangan, setelah mobil nasional itu diproduksi banyak, malah tidak laku. Tidak laku mungkin karena kualitasnya jelek atau memang ada gengsi di antara pemakainya. Padahal bisa saja kualitas mobas itu bisa lebih baik dari mbil-mobil rakitan asal Jepang.
Semangat nasionalisme rakyat Indonesia yang sedang kuat, memang perlu dimanfaatkan untuk menunjang produk-produk nasional, termasuk mobil nasional. Semangat nasionalisme ini, tentunya harus ditunjukkan dari para elite di negeri ini lebih dulu. Jangan hanya mereka bisanya ngomong saja, tanpa bisa melaksanakannya. Contoh saja, untuk sepatu mereka lebih memilik merk aluar negeri, daripada merk Cibaduyut. Itu untuk ukuran sepatu, yang tidak terlihat secara jelas oleh rakyat, bagaimana dengan mobil, yang selalu terlihat berseliweran saat dipakai.
Cita-cita mempunyai mobnas, hanyakah sekeda rcita-cita, atau hanya emosinal sesaat saja? Yang jelas, mobnas, yang benar-benar mobnas, sangat ditunggu kehadirannya. Untuk membuktikan sampai sejauh mana nasionalisme bangsanya sendiri. (*)

Komentar

Postingan Populer