Mengganti BBM
Pada tahun 2012 ini pemerintah dikabarkan akan mengurangi jumlah subsidi bahan bakar minyak (BBM). Langkah itu dilakukan untuk mengurangi beban negara yang cukup tinggi dalam mensubsidi BBM. Sejumlah alternatif pun dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Kebijakan pemerintah itu pun membuat sebagian masyarakat bertanya-tanya. Bahkan sebagian merasa khawatir terhadap kebijakan tersebut, karena takut terjadi kelangkaan BBM.
Yang jelas, langkah pemerintah itu sudah dipertimbangkan matang-matang. Mulai dari sosialisasi penggunaan BBM nonsubsidi hingga beralih ke bahan bakar yang lain, seperti bahan bakar gas (BBG). Bahkan sudah ada beberapa bahan bakar bio, yang sudah disediakan di sejumlah SPBU. Termasuk juga memunculkan kendaraan listrik, yang tidak lagi menggunakan BBM.
Mungkin cukup susah untuk menggantikan BBM sebagai bahan bakar bagi kendaraan. Apalagi ketergantungan masyarakat terhadap BBM masih sangat kuat, seperti halnya saat konversi minyak tanah ke gas. Betapa sulit masyarakat untuk diajak mengikuti konversi. Bahkan kebijakan itu sempat mendapat tentangan dari sebagian masyarakat. Ditambah lagi dengan sering munculnya pemberitaan adanya kecelakaan penggunaan gas. Tentu kondisi ini menjadi kendala tersendiri saat konversi minyak tanah ke gas.
Namun kini, kebjakan pemerintah tersebut sudah mulai diterima masyarakat. Minyak tanah subsidi yang beredar di masyarakat sudah tidak ada lagi, sehingga mereka yang masih menggunakan minyak tanah, harus membeli minyak tanah nonsubsidi. Di mana harga minyak tanah itu lebih mahal beberapa kali lipat dibanding dengan minyak tanah subsidi.
Kini, pemerintah pun mewacanakan pengalihan penggunaan BBM ke BBG bagi kendaraan. Selain mengurangi subsidi pemerintah pada BBM, program tersebut juga merupakan bagian dari program penyelematan lingkungan. Di mana dengan penggunaan BBG, maka pencemaran lingkungan akan terkurangi. Begitu pula, dengan penggunaan BBG, maka subsidi pemerintah juga akan berkurang banyak.
Seperti diketahui, bahwa keberadaan BBM di dunia ini terus mengalami penyusutan. Padahal BBM itu merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Artinya keberadaan BBM itu lambat laun akan habis. Ketika kondisi ini tidak diantisipasi, dunia jelas akan terjadi gejolak yang luar biasa. Harga BBM akan selangit, sementara kebutuhan sangat banyak. Paling tidak, krisis ekonomi dunia akan terjadi. Dalam beberapa kasus di dunia, krisis ekonomi bisa dsebabkan karena naiknya harga BBM di tingkat dunia.
Lantas bagaimana dengan Indonesia, apakah kemungkinan bisa mengubah dari pengggunaan BBM menajdi BBG. Bagaimana dengan sikap masyarakat itu sendiri dalam membaca wacana tersebut. Tentunya banyak persoalan yang akan timbul saat pemberlakuan wacana tersebut. Saat ini saja, sejumlah kendaraan umum di Jakarta menggunakan BBG, seperti sejumlah bus dan taksi. Bahkan kini, sejumlah mobil pribadi pun sudah ada yang menggunakan BBG, seperti yang dicontohkan Wakil Menteri ESDM. Tentunya tidak cukup pada satu pejabat saja, tapi harus dicontohkan oleh semua pejabat yang ada.
Sehingga masyarakat pun tidak akan ragu untuk menggunakan BBG. Khususnya untuk jasa angkutan umum, yang jelas lebih menguntungkan dan member dampak positif bagi ekonomi dan lingkungan. Sejumlah persiapan yang dilakukan pemerintah harus serius, agar program itu bisa berjalan maksimal. Sehingga beban pemerintah terhadap subsidi BBM bisa dikurangi. Di mana subsidi itu bisa dilaihkan untuk program lain, yang bisa menyentuh masyarakat secara langsung. Khususnya masyarakat yang tidak mampu.
Kalau tidak sekarang, kapan lagi program ini bisa dijalankan? Namun itu tadi, pemerintah harus melakukan sosialisasi yang terus menerus, agar program ini bisa dipahami masyarakat dengan baik. Tanpa ada masalah dan kendala. (*)
Yang jelas, langkah pemerintah itu sudah dipertimbangkan matang-matang. Mulai dari sosialisasi penggunaan BBM nonsubsidi hingga beralih ke bahan bakar yang lain, seperti bahan bakar gas (BBG). Bahkan sudah ada beberapa bahan bakar bio, yang sudah disediakan di sejumlah SPBU. Termasuk juga memunculkan kendaraan listrik, yang tidak lagi menggunakan BBM.
Mungkin cukup susah untuk menggantikan BBM sebagai bahan bakar bagi kendaraan. Apalagi ketergantungan masyarakat terhadap BBM masih sangat kuat, seperti halnya saat konversi minyak tanah ke gas. Betapa sulit masyarakat untuk diajak mengikuti konversi. Bahkan kebijakan itu sempat mendapat tentangan dari sebagian masyarakat. Ditambah lagi dengan sering munculnya pemberitaan adanya kecelakaan penggunaan gas. Tentu kondisi ini menjadi kendala tersendiri saat konversi minyak tanah ke gas.
Namun kini, kebjakan pemerintah tersebut sudah mulai diterima masyarakat. Minyak tanah subsidi yang beredar di masyarakat sudah tidak ada lagi, sehingga mereka yang masih menggunakan minyak tanah, harus membeli minyak tanah nonsubsidi. Di mana harga minyak tanah itu lebih mahal beberapa kali lipat dibanding dengan minyak tanah subsidi.
Kini, pemerintah pun mewacanakan pengalihan penggunaan BBM ke BBG bagi kendaraan. Selain mengurangi subsidi pemerintah pada BBM, program tersebut juga merupakan bagian dari program penyelematan lingkungan. Di mana dengan penggunaan BBG, maka pencemaran lingkungan akan terkurangi. Begitu pula, dengan penggunaan BBG, maka subsidi pemerintah juga akan berkurang banyak.
Seperti diketahui, bahwa keberadaan BBM di dunia ini terus mengalami penyusutan. Padahal BBM itu merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Artinya keberadaan BBM itu lambat laun akan habis. Ketika kondisi ini tidak diantisipasi, dunia jelas akan terjadi gejolak yang luar biasa. Harga BBM akan selangit, sementara kebutuhan sangat banyak. Paling tidak, krisis ekonomi dunia akan terjadi. Dalam beberapa kasus di dunia, krisis ekonomi bisa dsebabkan karena naiknya harga BBM di tingkat dunia.
Lantas bagaimana dengan Indonesia, apakah kemungkinan bisa mengubah dari pengggunaan BBM menajdi BBG. Bagaimana dengan sikap masyarakat itu sendiri dalam membaca wacana tersebut. Tentunya banyak persoalan yang akan timbul saat pemberlakuan wacana tersebut. Saat ini saja, sejumlah kendaraan umum di Jakarta menggunakan BBG, seperti sejumlah bus dan taksi. Bahkan kini, sejumlah mobil pribadi pun sudah ada yang menggunakan BBG, seperti yang dicontohkan Wakil Menteri ESDM. Tentunya tidak cukup pada satu pejabat saja, tapi harus dicontohkan oleh semua pejabat yang ada.
Sehingga masyarakat pun tidak akan ragu untuk menggunakan BBG. Khususnya untuk jasa angkutan umum, yang jelas lebih menguntungkan dan member dampak positif bagi ekonomi dan lingkungan. Sejumlah persiapan yang dilakukan pemerintah harus serius, agar program itu bisa berjalan maksimal. Sehingga beban pemerintah terhadap subsidi BBM bisa dikurangi. Di mana subsidi itu bisa dilaihkan untuk program lain, yang bisa menyentuh masyarakat secara langsung. Khususnya masyarakat yang tidak mampu.
Kalau tidak sekarang, kapan lagi program ini bisa dijalankan? Namun itu tadi, pemerintah harus melakukan sosialisasi yang terus menerus, agar program ini bisa dipahami masyarakat dengan baik. Tanpa ada masalah dan kendala. (*)
Komentar
Posting Komentar