Sentilan SBY

Sentilan SBY
Oleh: M Riza Pahlevi

Presiden SBY beberapa kali mengkritik bawahannya, mulai dari bupati/walikota, gubernur, termasuk menteri-menterinya. Kritikan terakhir ditujukan kepada menterinya, yang dianggap sibuk mengurusi partainya daripada ngurusi negara. Kritikan SBY pun mendapat tanggapan dari berbagai pihak, mulai dari partai pengusungnya, Partai Demokrat hingga partai lain yang kadernya menjadi menteri dalam kabinet SBY tersebut.
Bukan hanya menteri dari partai politik saja yang disinggung, menteri dari luar partai pun juga ikut kena singgung juga. Ada yang mengatakan, menteri-menteri itu lebih sibuk mengurus pencitraan dirinya sendiri. Sementara yang dari partai politik, juga sibuk dengan partainya sendiri. SBY dengan tegas menyatakan, bahwa menteri yang tidak konsen lagi pada tugasnya, lebih baik mundur saja. Di sini SBY memang tidak tegas, siapa menteri yang dimaksud.
Apa yang dikatakan SBY, mungkin ada maksud yang tersebunyi. Ada udang dibalik batu, begitu pepatah atas ungkapan yang dikeluarkan SBY tersebut. Kritik atau sentilan SBY ini, kadang memang membuat kontroversi. Apakah hanya kritik atau sentilan biasa, atau ada maksud-maksud tertentu di balik pernyataannya tersebut. Atau justru para juru warta sendiri yang mengartikan berbeda apa yang disampaikan SBY tersebut. Maklum, SBY saat ini sedang menjadi sorotan, khususnya terkait dengan kader-kader partainya yang banyak terkena kasus korupsi.
Apa yang disampaikan SBY, secara normatif memang sangat keras. Karena sebagai presiden, mungkin banyak dari para menteri itu yang sudah tidak konsen lagi bekerja untuk membantu presiden. Sehingga seolah-olah, semua pekerjaan kenegaraan itu hanya dia sendiri yang menanggungnya. Sementara menteri, yang membawahi departemennya masing-masing, seolah tidak menanggung resiko atas apa yang dikerjakannya. Semuanya menjadi tanggung jawab presiden yang telah mengangkatnya.
Semuanya kembali kepada masing-masing menteri itu, apakah sentilan SBY itu hanya sekedar sentilan atau hanya ditujukan kepada menteri tertentu. Sehingga tidak perlu bersikap atas apa yang disampaikan SBY tersebut. Atau justru curhat SBY saja terkait dengan perilaku menterinya, yang lebih banyak pada kesibukannya sendiri sebagai seorang kader partai atau bahkan sebagai seorang calon presiden sekalipun.
Begitu pula dengan sentilan yang disampaikan kepada gubernur, bupati/walikota sebagai kepala daerah. Di mana tujuannya tentu mengingatkan pada para kepala daerah itu untuk bekerja mengurus daerahnya masing-masing dengan serius. Tidak terbagi dengan kegiatan lainnya, seperti pencalonannya sebagai calon kepala daerah di daerah lain. Seperti Jokowi, Walikota Solo yang mencalonkan diri sebagai calon gubernur di DKI Jakarta. Sentilan itu cukup beralasan, karena banyak kepala daerah, yang lebih mementingkan kegiatan pribadinya dibandingkan dengan mementingkan pembangunan daerahnya masing-masing.
Bagi seorang kepala daerah, termasuk juga menteri, sentilan SBY itu adalah peringatan. Peringatan untuk bekerja sebagai seorang pejabat publik, yang harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya kepada rakyatnya. Hal-hal inilah yang masih sering dilupakan seorang kepala daerah. Lupa menjadi pemimpin, lupa akan tanggung jawab dan kewajibannya sebagai pemimpin rakyat. (

Komentar

Postingan Populer