Selamat Berpuasa
Ramadan telah tiba. Tidak perlu ribut atau bingung, kapan mulai berpuasa. Yang sudah niat berpuasa sesuai dengan metode hisab, dipersilahkan. Bagi niat puasa setelah hilal terlihat, dipersilahkan juga. Yang belum niat puasa, segeralah niat untuk puasa. Karena puasa adalah kewajiban bagi setiap umat yang beriman. Dengan berpuasa, selain gugur kewajiban, juga banyak nilai positif yang bisa diambil.
Puasa itu ibadah personal, yang tidak semua orang tahu, apakah diri kita ini berpuasa atau tidak. Hanya kita sendiri dan Tuhan saja yang tahu, kita berpuasa atau tidak. Karena sifatnya personalnya tersebut, Tuhan pun langsung memberikan pahala kepada umat-Nya tersebut.
Ibadah puasa memang ibadah yang paling berat. Betapa tidak, semenjak imsak hingga matahari terbenam, harus menahan nafsu makan dan minum. Padahal makan dan minum adalah kebutuhan utama setiap manusia. Ketika Tuhan memaksa umatnya yang beriman untuk berpuasa, maka mau tak mau harus dijalankan. Makanya, di sinilah keimanan seseorang, yang mengaku beriman diuji. Mampukah dia menjalankan ibadah yang bersifat fisik ini atau tidak?
Orang yang berpuasa, pasti akan merasakan lapar dan haus. Tentu secara fisik, seseorang yang berpuasa akan berkurang. Menjadi sedikit lemah, pikiran juga kadang kurang fokus karena lapar. Makanya, dalam istilah Jawa ada ungkapan, angger wareg, pikirane jejeg (jika kenyang, pikirannya jadi tenang). Artinya, dengan berpuasa, maka lapar dan kemungkinan pikiran tidak tenang juga ada.
Di sinilah ujian seorang yang berpuasa. Mampukah di tengah perut yang kosong, pikirannya bisa tenang? Mampu menjaga dari hal-hal yang negatif. Karenanya, orang yang berpuasa dituntut untuk selalu bersabar, menjaga hal-hal yang tidak baik, yang mengundang amarah diri sendiri maupun orang lain. Menjaga hal-hal mengundang maksiat, sifat-sifat jahat, menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi sesat. Semuanya harus taat, taat pada aturan Tuhan dan Nabinya, sehingga puasa yang dijalani menjadi puasa yang sehat.
Selain ibadah personal, puasa juga memiliki sisi sosial. Di mana sisi sosial itu sangat terkait dengan kondisi fisik orang yang sedang berpuasa. Bahwa puasa itu lapar, haus dan tidak mengenakkan. Harus diakui, setiap orang yang berpuasa itu mengalami hal-hal itu. Perasaan yang dirasakan secara fisik itu, hendaknya mampu menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi. Perasaan bahwa lapar dan haus itu tidak enak, sehingga timbul rasa sosial.
Kita lihat lingkungan sosial kita, ada banyak warga miskin, yang kadang untuk mencari makan saja susah. Kadang sehari makan, kadang sehari tidak. Mereka harus menahan lapar jika tidak mendapatkan makanan. Dari berpuasa, kita mestinya merasakan penderitaan mereka yang tidak bisa makan setiap hari itu. Sehingga akan muncul rasa sosial, rasa ingin membantu mereka yang susah mendapatkan makan. Itu sisi sosial dari ibadah berpuasa.
Apalagi saat ini, cuaca di Indonesia sedang memasuki musim kemarau. Suhu pada siang hari sangat panas, sementara aktivitas harus dijalankan. Sementara pada malam hari suhu sangat dingin, sementara menjelang subuh, harus bangun untuk makan sahur. Tentu semuanya itu menjadi tantangan dan halangan seseorang untuk berpuasa. Tetapi, sekalai lagi, sebagai seorang yang mengaku beriman, puasa itu tetap harus dilakukan. Tidak peduli apakah suhu panas atau dingin, itu adalah kewajiban.
Lantas, apakah kita mesti bingung mau berpuasa kapan? Kapan pun sudah niat untuk berpuasa, berpuasalah. Selain puasa Ramadan, ada banyak puasa yang bisa dilakukan seorang muslim. Ada puasa Senin-Kamis, apada pula pusa Daud, sehari puasa, sehari tidak puasa. Bagi yang berniat puasa sepanjang tahun, juga tidak ada yang melarang, kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.
Kini, saatnya kita berpuasa, dan selamat berpuasa. (*)
Puasa itu ibadah personal, yang tidak semua orang tahu, apakah diri kita ini berpuasa atau tidak. Hanya kita sendiri dan Tuhan saja yang tahu, kita berpuasa atau tidak. Karena sifatnya personalnya tersebut, Tuhan pun langsung memberikan pahala kepada umat-Nya tersebut.
Ibadah puasa memang ibadah yang paling berat. Betapa tidak, semenjak imsak hingga matahari terbenam, harus menahan nafsu makan dan minum. Padahal makan dan minum adalah kebutuhan utama setiap manusia. Ketika Tuhan memaksa umatnya yang beriman untuk berpuasa, maka mau tak mau harus dijalankan. Makanya, di sinilah keimanan seseorang, yang mengaku beriman diuji. Mampukah dia menjalankan ibadah yang bersifat fisik ini atau tidak?
Orang yang berpuasa, pasti akan merasakan lapar dan haus. Tentu secara fisik, seseorang yang berpuasa akan berkurang. Menjadi sedikit lemah, pikiran juga kadang kurang fokus karena lapar. Makanya, dalam istilah Jawa ada ungkapan, angger wareg, pikirane jejeg (jika kenyang, pikirannya jadi tenang). Artinya, dengan berpuasa, maka lapar dan kemungkinan pikiran tidak tenang juga ada.
Di sinilah ujian seorang yang berpuasa. Mampukah di tengah perut yang kosong, pikirannya bisa tenang? Mampu menjaga dari hal-hal yang negatif. Karenanya, orang yang berpuasa dituntut untuk selalu bersabar, menjaga hal-hal yang tidak baik, yang mengundang amarah diri sendiri maupun orang lain. Menjaga hal-hal mengundang maksiat, sifat-sifat jahat, menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi sesat. Semuanya harus taat, taat pada aturan Tuhan dan Nabinya, sehingga puasa yang dijalani menjadi puasa yang sehat.
Selain ibadah personal, puasa juga memiliki sisi sosial. Di mana sisi sosial itu sangat terkait dengan kondisi fisik orang yang sedang berpuasa. Bahwa puasa itu lapar, haus dan tidak mengenakkan. Harus diakui, setiap orang yang berpuasa itu mengalami hal-hal itu. Perasaan yang dirasakan secara fisik itu, hendaknya mampu menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi. Perasaan bahwa lapar dan haus itu tidak enak, sehingga timbul rasa sosial.
Kita lihat lingkungan sosial kita, ada banyak warga miskin, yang kadang untuk mencari makan saja susah. Kadang sehari makan, kadang sehari tidak. Mereka harus menahan lapar jika tidak mendapatkan makanan. Dari berpuasa, kita mestinya merasakan penderitaan mereka yang tidak bisa makan setiap hari itu. Sehingga akan muncul rasa sosial, rasa ingin membantu mereka yang susah mendapatkan makan. Itu sisi sosial dari ibadah berpuasa.
Apalagi saat ini, cuaca di Indonesia sedang memasuki musim kemarau. Suhu pada siang hari sangat panas, sementara aktivitas harus dijalankan. Sementara pada malam hari suhu sangat dingin, sementara menjelang subuh, harus bangun untuk makan sahur. Tentu semuanya itu menjadi tantangan dan halangan seseorang untuk berpuasa. Tetapi, sekalai lagi, sebagai seorang yang mengaku beriman, puasa itu tetap harus dilakukan. Tidak peduli apakah suhu panas atau dingin, itu adalah kewajiban.
Lantas, apakah kita mesti bingung mau berpuasa kapan? Kapan pun sudah niat untuk berpuasa, berpuasalah. Selain puasa Ramadan, ada banyak puasa yang bisa dilakukan seorang muslim. Ada puasa Senin-Kamis, apada pula pusa Daud, sehari puasa, sehari tidak puasa. Bagi yang berniat puasa sepanjang tahun, juga tidak ada yang melarang, kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.
Kini, saatnya kita berpuasa, dan selamat berpuasa. (*)
Komentar
Posting Komentar