Teganya, Teganya...

Urusan potong memotong, sepertinya menjadi keahlian sebagian orang dari bangsa ini. Di mana setiap proyek atau pun program dari pemerintah, selalu ada dugaan pemotongan oleh oknum tertentu. Pemotongan itu pun berdalih dengan beragam istilah. Ada yang menggunakan istilah iuran sukarela, ada yang menyebutnya uang transport, ada yang mengklaim uang lelah, ada yang mengatakan sukses fee, bahkan ada yang memotongnya tanpa alasan apa pun. Untuk proyek yang bernilai miliaran rupiah, potongannya pun mencapai miliaran juga. Yang ketahuan pasti berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi, seperti yang dialami Nazarudin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat. Potongan dana proyek pemerintah itu, dengan beragam istilah itu termasuk dalam kategori korupsi. Karena diperoleh dengan cara yang tidak benar dan merugikan negara. Selain harus mengembalikan, pelakunya pun harus mempertanggungjawabkannya di balik jeruji penjara. Itu untuk proyek dan program yang nilainya besar. Untuk proyek yang nilainya kecil pun, ternyata ada juga perilaku oknum tertentu yang memotong dana tersebut. Meskipun dana itu masuk dalam kategori bantuan sosial dan sejenisnya. Seperti dulu, ada Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan sekarang dana Program Keluarga Harapan (PKH). Di bidang pendidikan pun ada Beasiswa Siswa Miskin (BSM). Semuanya itu diberikan kepada warga yang tidak mampu, yang tujuannya agar mereka bisa mememenuhi kebutuhan hidup. Namun tetap saja ada dugaan pemotongan di setiap pemberian bantuan sosial tersebut. Seperti yang terjadi pada beberapa hari terakhir ini, dan BSM yang diserahkan Bupati Brebes secara langsung kepada siswa-siswi SD, ada saja oknum yang diduga melakukan potongan bantuan tersebut. Dalihnya pun bermacam-macam, seperti iuran sukarela, uang transport, sumbangan pembangunan dan sebagainya. Jumlahnya mungkin tak seberapa, karena memang bantuan yang diberikan juga tak terlalu besar, hanya Rp 360 ribu. Namun bagi mereka, yang membutuhkan bantuan itu, jumlah tersebut jelas sangat besar. Jika dipotong Rp 100 ribu saja, dengan beragam dalih tadi, itu sangat terasa bagi mereka. Mungkin ada yang beranggapan, jika mereka yang mendapatkan bantuan sosial itu seperti ketiban rejeki nomplok. Tidak perlu bersusah payah, tak perlu bekerja keras, tiba-tiba saja dapat uang tunai cukup besar. Maknya jika rejeki nomplok itu dipotong sebagian, tidak mengurangi adanya rejeki tersebut. Toh mereka tak perlu bersusah payah, seperti membuat proposal, mengurus administrasi dan sebagainya. Saat dipotong pun, biasanya mereka yang menerima tak keberatan. Selain tak repot-repot melakukan sesuatu, jika tak mau dipotong takut tidak mendapat bagian, karena diancam dialihkan kepada yang lain. Akhirnya, ya sudah lah, silakan dipotong, asal masih mendapat bagian yang cukup. Namun jika kita cermati, bahwa bantuan itu diberikan kepada mereka yang tidak mampu, dan memang tujuan dari bantuan itu untuk meringankan beban mereka yang tidak mampu, maka lagu Megi Z lah yang akan akan berkumandang. Teganya, teganya... Yah, penggalan syair lagu itu layak didendangkan ketika terdengar adanya dugaan pemotongan pada setiap pencairan bantuan sosial, seperti BSM tadi. Tega! Bukannya memberikan bantuan, malah memotong bantuan yang ada. Tak memotongnya saja sudah langkah yang sangat mulia, karena menyalurkan bantuan kepada mereka yang berhak. Apalagi jika memberikan tambahan atau pun menyarankan pembelajaan uang bantuan itu agar bisa bermanfaat secara maksimal. Bukan dengan memotongnya, meski dengan dalih dan alasan yang bermacam-macam. Kalau bukan tega, apalagi...? Sungguh teganya, teganya, teganya... Mau lapor KPK, halah.... itu urusan kecil. Lapor polisi, jadi kasihan semuanya. Lapor kejaksaan, nanti jadi bahan ejekan. Lantas, enaknya diapakan? Ya sudah lah, begini saja. Kembalikan saja semua potongan itu tanpa kecuali. Dan jangan sekali-sekali lagi melakukan aksi yang tak terpuji itu. Jika ada yang ngeyel, ya bupati harus tega... tega untuk memberikan sanksi. kalau perlu copot dari jabatannya. Kok tega sekali? Ya, karena mereka juga tega! (*)

Komentar

Postingan Populer