Lagi-Lagi Bom

Sering kita mendengar istilah bom waktu, yang bisa meledak sewaktu-waktu. Tetapi yang dimkasud bom waktu di sini bukan bom sungguhan, yang bisa meledak dengan menghasilkan daya ledak yang hebat. tetapi lebih pada istilah saja, yakni suatu kasus yang jika suatu saat pasti akan muncul, meskti ditutup rapat sekarang ini. Seperti kasus korupsi, yang ditutup rapat oleh oknum-oknum pelakunya. Suatu saat pasti akan meledak, seperti bom waktu. Korbannya, tentu mereka yang melakukan aksi korupsi tersebut. Namun Minggu (25/9) kemarin, kita dikagetkan dengan ledakan bom di Solo. Kali ini benar-benar bom yang meledak. Satu orang diberitakan tewas, yang diduga adalah pelaku pengebom tersebut. Istilah yang populer digunakan, peristiswa itu diduga bom bunuh diri. Sejumlah analisis pun bemunculan. Bahkan SBY pun langsung bereaksi, dengan meminta sejumlah pihak melakukan evaluasi kinerjanya. Yang jelas, bom bunuh diri itu biadab. Karena tujuannya bukan hanya bunuh diri saja, tapi juga mencelakai orang lain. Kalau mau bunuh diri, kenapa harus mengajak orang lain yang tak tahu apa yang dia inginkan. Kenapa tidak bunuh diri saja sendiri. Itu pikiran orang awam, ketika mendengar adanya aksi bom bunuh diri. Namun sepertinya tak segampang itu. Pelaku yang diduga bom bunuh diri itu, tak hanya ingin bunuh diri saja, tapi juga mengajak orang lain di sekitarnya untuk mati. Namun tak selamanya usahanya itu berhasil, meski banyak juga yang mengalami luka-luka, baik yang berat maupun ringan. Lantas apa tujuan pelaku bom bunuh diri itu? Sepert kita tahu, aksi bom bunuh diri itu bukan kali ini saja. Sudah ada beberapa kasus bom bunuh diri, termasuk bom Bali, yang banyak menimbulkan korban jiwa, juga termasuk kasus bom bunuh diri. Bom bunuh diri, bukan hanya menyerang warga sipil saja, anggota kepolisian pun menjadi sasaran pelaku ini. Seperti yang terjadi di Mapolres Kota Cirebon beberapa waktu lalu, pelaku juga melakukan aksi bom bunuh diri di masjid Mapolres, yang saat itu akan menggelar salat Jumat. Berdasarkan laporan pihak kepolisian, bom Cirebon dan bom Solo ini ada keterkaitan jaringan di antara pelakunya. Kesimpulan yang bisa diambil, bahwa peristiwa bom bunuh diri ini bukan karena sentimen keagamaan atau pun karena perbedaan agama. Karena korbannya bukan dari agama tertentu saja, tetapi banyak. Tetapi peristiwa ini cenderung merupakan aksi teror murni, yang ditujukan kepada masyarakat Indonesia dan pemerintah. Tak diketahui secara pasti, apa maksud dan tujuan dari para pelaku itu. Selain kekecewaan, mungkin ada faham yang keliru yang mereka anut. Sehingga siapa pun yang berbeda dengan kelompok mereka wajib diperangi, meskipun harus melakukan aksi bunuh diri. Terlepas dari paham dan tujuan mereka, aksi itu adalah aksi biadab. Yang ditentang oleh masyarakat mana pun, agama apa pun. Tidak ada satu pun negara yang membenarkan aksi terorisme itu, tidak ada satu pun agama yang membenarkan aksi keji itu. Mereka yang mengklaim melakukan tindakan akrena atas nama agama tertentu, jelas memahami secara sepotong, tidak penuh dan hanya disalahartikan oleh segelintir orang, yang pemahamannya dan pemikirannya sempit. Mereka hanya ingin diperhatikan, ingin suaranya didengar, meski dengan jalan yang salah. Dan tentu saja, langkahnya itu jelas merepotkan banyak pihak, juga membuat banyak orang panik. Bom, lagi-lagi bom. Bom bukan cara untuk menyampaikan kebenaran. Bukan langkah yang bijak, bukan pula solusi atas suatu persoalan. Bom, bukan pengeras suara agar yang duduk di kekuasaan mendengar. Bom, bukan alat untuk protes atas satu kebijakan. Bom, bukan alat perjuangan yang halal. Bom, hanya bisa melukai dan membunuh. Bom tak pernah akan menyelesaikan persoalan. Bom bukan alat untuk menyelesaikan bom itu sendiri. Bom itu pembunuh, dan pembunuh itu biadap. Siapa pun itu! (*)

Komentar

Postingan Populer