Kecelakaan, Salah Siapa?
Bermain api, pasti kena panas. Bermain air, pasti basah. Itu adalah pepatah yang sering didengar, terkait dengan segala sesuatu yang dilakukan seseorang. Namun bukan berati orang yang bermain dengan api harus terbakar, dan yang bermain air harus basah. Itu semua adalah resiko suatu pekerjaan dan setiap pekerjaan pasti memiliki resiko. Dan resiko itu harus disadari, bagaimana agar tidak terjadi atau meminimalisir terjadinya resiko tersebut.
Seperti dalam peristiwa kecelakaan tragis di Mojokerto, Jawa Timur. 20 orang tewas seketika saat terjadi tabrakan antara sebuah travel dengan sebuah bus. Bahwa resiko dalam setiap transportasi itu ada. Mereka yang menggunakan pesawat, resikonya jatuh. Yang berlayar dengan kapal atau perahu, resikonya adalah tenggelam. Dan mereka yang melakukan perjalanan darat, resikonya adalah kecelakaan, baik kecelakaan tunggal maupun yang melibatkan beberapa kendaraan.
Namun demikian, peristiwa itu bukan hal yang lumrah dan wajar. Apalagi menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak. Dan peristiwa di Mojokerto itu bukan yang pertama kalinya terjadi, sejumlah peristiswa kecelakaan lalu lintas dengan korban cukup banyak sering terjadi. Sebelumnya di Tol Cipularang, sebuah kecelakaan travel juga menewaskan 6 orang. Bahkan selama arus mudik dan balik Lebaran tahun ini, jumlah korban kecelakaan yang meninggal dunia mencapai ratusan orang. Berdasarkan data, lebih dari 400 orang tewas di jalan akibat kecelakaan. Belum lagi yang mengalami luka-luka, baik yang berat maupun ringan, mencapai ribuan orang.
Siapa pun pasti tak ingin mengalami kecelakaan saat di jalan raya, termasuk juga mereka yang menggunakan pesawat, kapal dan juga kereta api. Mereka berangkat dengan transportasi yang ada untuk kembali bekerja atau pulang kampung untuk menjenguk keluarga. Tidak ada yang bertujuan berangkat untuk celaka di jalan. Namun tetap saja, kecelakaan itu ada dan pasti ada korban jiwanya.
Lantas, kecelakaan ini salah siapa? Pengemudinya atau sarana infrastrukturnya, atau kendaraannya yang tidak layak? Kalau mau mencari kesalahan, pasti banyak dan semuanya bisa salah. Pengemudinya bisa dianggap lalai, tidak menaati rambu-rambu lalu lintas yang ada, atau ngantuk saat mengemudikan kendaraan, sehingga terjadi kecelakaan. Human error, begitu istilah yang sering dimuat media terkait dengan kesalahan yang dilakukan pengemudi kendaraan tersebut.
Pengemudi yang dianggap lalai dalam kecelakaan itu, bisa dijadikan tersangka. Seperti yang menimpa Saipul Jamil, yang juga mengalami kecelakaan di Tol Cipularang, yang menewaskan istirnya. Tentu dia tidak ingin terjadi peristiwa itu, apalagi sampai menewaskan istri tercintanya. Itulah hukum yang berlaku di Indonesia, yang harus dijalankan oleh seluruh warga negara.
Begitu pula dengan kondisi kelayakan kendaraan yang dipakainya. Apakah masih layak jalan atau tidak, peralatannya masih berfungsi semua atau tidak. Semuanya harus dicek sebelum melakukan perjalanan, apalagi perjalanan panjang seperti saat mudik dan balik kemarin. Sementara kondisi sarana infrastruktur jalan, menjadi pilihan terakhir terjadi kecelakaan. Seperti jalan berlubang, bergelombang dan tidak rata, serta jalan yang gelap saat malam hari. Atau juga cuaca saat terjadi peristiwa kecelakaan tersebut terjadi. Hujan deras, angin kencang atau pun bencana alam lainnya yang tiba-tiba saja terjadi, sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Yang terakhir mungkin takdir, suratan Ilahi. Setiap orang memiliki takdirnya masing-masing. Ada yang mengalami kecelakaan sangat hebat, tapi ternyata tidak meninggal. Namun ada karena kecelakaan ringan, bisa menyebabkan orang meninggal dunia. Bahkan jatuh dari sepeda ontel akibat ditendang orang yang iseng, tapi keterlaluan itu, pun bisa menyebabkan orang lain meninggal dunia. Itulah takdir, yang tidak bisa ditebak oleh siapa pun. Termasuk oleh para penegak hukum, yang menangani kasus kecelakaan tersebut.
Namun dari itu semua, ada satu hal yang wajib dilakukan. Yakni berusaha, berusaha untuk tidak celaka. Ketika harus bermain api, bagaimana caranya tidak terbakar. Ketika bermain air, sebisa mungkin agar tidak basah. Begitu pula, ketika berkendara, bagaimana semuanya layak untuk jalan. Semuanya siap, baik pengemudinya, kendaraannya serta waspada dan hati-hati. Dalam setiap tragedi kecelakaan, yang utama bukan mencari siapa yang salah. Tapi dari awal, harus bagaimana agar tidak celaka. (*)
Komentar
Posting Komentar