Perbedaan Itu Indah
KH Subhan Makmun, pengasuh Pondok Pesantren As Salafiyah Luwungragi mengatakan bahwa perbedaan itu indah. Karenanya, perbedaan itu perlu ditoleransi, khususnya dalam kehidupan umat beragama. Meskipun diakui oleh Kiai Subhan, bahwa Islam adalah agama yang haq dan benar. Namun Islam tidak pernah mengajarkan untuk berbuat anarki atau menyakiti kaum yang lain. Karenanya umat Islam wajib untuk selalu menjaga kerukunan beragama dengan penganut keyakinan lain.
Dalam beberapa hari ini, kita dikejutkan dengan adanya teror bom, yang ditujukan kepada sejumlah tokoh yang berbeda. Entah apa motifnya, yang jelas teror itu ditujukan karena mereka berbeda, antara pelaku dengan yang dituju. Berbeda keyakinan, berbeda tujuan dan berbeda pendapat. Sungguh sangat disayangkan, apalagi sampai menimbulkan korban luka-luka, yang tentunya sangat mendalam.
Sebelumnya, aksi kekerasan dengan kekerasan dan perusakan juga terjadi terhadap kaum yang dianggap berbeda. Mereka dikejar, dan mereka dianggap sesat dan menyesatkan. Sehingga ahrus dibubarkan dan dienyahkan dari bumi Indonesia. Anak-anak yang tak tahu apa-apa, juga bangunan yang tak tahu apa-apa pun jadi sasaran perusakan. Tanpa merusak dan mengancam, tidak bisakah mengahapi perbedaan yang terjadi ini? Tak bisakah disampaikan dengan cara yang halus dan memikat hingga mereka tidak terancam? Sungguhkah itu karena perbedaan?
Bagi pelaku, mungkin teror dan upaya pembunuhan itu merupakan cara yang ampuh untuk mengalahkan orang-orang yang dianggap menjadi penghalangnya. Mereka yang berbeda, dianggap musuh yang harus dihancurkan, sebelum menghacurkan musuh yang lain yang dianggap lebih besar. Atau paling tidak, pelaku berharap agar mereka yang berbeda perjuangan, berbeda keyakinan itu ciut nyalinya. Sehingga tidak melakukan apa yang menjadi kepercayaannya dan keyakinannya.
Lantas kenapa harus teror, kenapa harus dengan bom dan kekerasan? Apa hanya karena perbedaan itu mereka berkewajiban menebar teror, menebar bom dan permusuhan? Dengan siapa mereka bermusuhan? Sementara yang menjadi korban, belum tentu memusuhi para pelaku teror tersebut. Sungguh pemikiran yang sempit bagi pelaku teror, yang hanya menganggap bahwa perbedaan itu harus dimusnahkan. Apalagi perbedaan itu hanya karena perbedaan keyakinan, yang merupakan hak setiap umat manusia.
Tuhan sendiri tidak pernah memaksakan keyakinan umatnya, sebagaimana Tuhan menjadikan malaikat yang tunduk dan patuh serta beribadah hanya kepada Tuhan. Begitu juga dengan setan dan iblis, yang dipersilahkan untuk mendustakan-Nya. Namun dalam kehidupan umat manusia, Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih, jalan yang benar dan jalan yang salah. Manusia bebas untuk memilih keyakinan yang dianutnya, sementara Tuhan sendiri telah memberikan rambu-rambu dan peringatan agar manusia tetap berada di jalan-Nya.
Itulah manusia, yang diciptakan dengan banyak warna dan corak. Ada yang merah, kuning, hitam, putih, hijau, biru dan lainnya. Semua warna itu, memberikan gambar yang indah. Tidak bisa dibayangkan, jika dunia ini warna hanya hitam atau putih saja. Siapa memilih warna apa, siapa memilih jalan mana, tak bisa dipaksakan. Hanya saja, Tuhan sendiri telah memberikan rambu dan marka jalan agar manusia bisa menjalani kehidupan yang indah, baik dunia ini maupun di dunia lain.
Jalan yang telah diambil orang lain, mungkin saja berbeda dengan jalan yang kita ambil. Kita tidak bisa memaksa mereka mengikuti jalan yang kita ikuti, pun sebaliknya mereka tak bisa memaksa kita untuk mengikutinya. Mereka yang berbeda, tak perlu yang mencari perbedaannya itu untuk menyombongkan dirinya. Justru yang sama, hendaknya menjadi pemersatu dan memperkuat jalinan kehidupan manusia.
Dengan berbeda, justru menjadikan kehidupan itu indah. Ada laki-laki, ada perempuan. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang hitam, ada yang putih. Ada atas, ada yang di bawah. Jika disatukan, bukankah itu indah? Jadi, siapa takut berbeda? Termasuk berbeda pilihan kan? (*)
Dalam beberapa hari ini, kita dikejutkan dengan adanya teror bom, yang ditujukan kepada sejumlah tokoh yang berbeda. Entah apa motifnya, yang jelas teror itu ditujukan karena mereka berbeda, antara pelaku dengan yang dituju. Berbeda keyakinan, berbeda tujuan dan berbeda pendapat. Sungguh sangat disayangkan, apalagi sampai menimbulkan korban luka-luka, yang tentunya sangat mendalam.
Sebelumnya, aksi kekerasan dengan kekerasan dan perusakan juga terjadi terhadap kaum yang dianggap berbeda. Mereka dikejar, dan mereka dianggap sesat dan menyesatkan. Sehingga ahrus dibubarkan dan dienyahkan dari bumi Indonesia. Anak-anak yang tak tahu apa-apa, juga bangunan yang tak tahu apa-apa pun jadi sasaran perusakan. Tanpa merusak dan mengancam, tidak bisakah mengahapi perbedaan yang terjadi ini? Tak bisakah disampaikan dengan cara yang halus dan memikat hingga mereka tidak terancam? Sungguhkah itu karena perbedaan?
Bagi pelaku, mungkin teror dan upaya pembunuhan itu merupakan cara yang ampuh untuk mengalahkan orang-orang yang dianggap menjadi penghalangnya. Mereka yang berbeda, dianggap musuh yang harus dihancurkan, sebelum menghacurkan musuh yang lain yang dianggap lebih besar. Atau paling tidak, pelaku berharap agar mereka yang berbeda perjuangan, berbeda keyakinan itu ciut nyalinya. Sehingga tidak melakukan apa yang menjadi kepercayaannya dan keyakinannya.
Lantas kenapa harus teror, kenapa harus dengan bom dan kekerasan? Apa hanya karena perbedaan itu mereka berkewajiban menebar teror, menebar bom dan permusuhan? Dengan siapa mereka bermusuhan? Sementara yang menjadi korban, belum tentu memusuhi para pelaku teror tersebut. Sungguh pemikiran yang sempit bagi pelaku teror, yang hanya menganggap bahwa perbedaan itu harus dimusnahkan. Apalagi perbedaan itu hanya karena perbedaan keyakinan, yang merupakan hak setiap umat manusia.
Tuhan sendiri tidak pernah memaksakan keyakinan umatnya, sebagaimana Tuhan menjadikan malaikat yang tunduk dan patuh serta beribadah hanya kepada Tuhan. Begitu juga dengan setan dan iblis, yang dipersilahkan untuk mendustakan-Nya. Namun dalam kehidupan umat manusia, Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih, jalan yang benar dan jalan yang salah. Manusia bebas untuk memilih keyakinan yang dianutnya, sementara Tuhan sendiri telah memberikan rambu-rambu dan peringatan agar manusia tetap berada di jalan-Nya.
Itulah manusia, yang diciptakan dengan banyak warna dan corak. Ada yang merah, kuning, hitam, putih, hijau, biru dan lainnya. Semua warna itu, memberikan gambar yang indah. Tidak bisa dibayangkan, jika dunia ini warna hanya hitam atau putih saja. Siapa memilih warna apa, siapa memilih jalan mana, tak bisa dipaksakan. Hanya saja, Tuhan sendiri telah memberikan rambu dan marka jalan agar manusia bisa menjalani kehidupan yang indah, baik dunia ini maupun di dunia lain.
Jalan yang telah diambil orang lain, mungkin saja berbeda dengan jalan yang kita ambil. Kita tidak bisa memaksa mereka mengikuti jalan yang kita ikuti, pun sebaliknya mereka tak bisa memaksa kita untuk mengikutinya. Mereka yang berbeda, tak perlu yang mencari perbedaannya itu untuk menyombongkan dirinya. Justru yang sama, hendaknya menjadi pemersatu dan memperkuat jalinan kehidupan manusia.
Dengan berbeda, justru menjadikan kehidupan itu indah. Ada laki-laki, ada perempuan. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang hitam, ada yang putih. Ada atas, ada yang di bawah. Jika disatukan, bukankah itu indah? Jadi, siapa takut berbeda? Termasuk berbeda pilihan kan? (*)
Komentar
Posting Komentar