Lagi, Menggagas Wisata Baca

Oleh: M Riza Pahlevi

Seperti yang ditulis sebelumnya, wisata baca adalah sebuah gagasan. Gagasan untuk menciptakan sebuah perpustakaan sebagai tempat wisata alternatif, setelah wisata alam dan wisata kuliner merebak. Kini, gagasan wisata baca bisa diwujudkan, paling tidak dengan digerakannya pembangunan perpustakaan di sekolah-sekolah oleh pemerintah.
Pengelola perpustakaan dituntut harus bisa kreatif, dengan menggelar berbagai kegiatan yang mampu mengundnag pengunjung, khususnya pelajar. Sementara para pengajar, juga dituntut mampu mengajak siswa-siswinya menjadi seorang wisatawan membaca. Bukan hanya sekedar mengajak anak-anak didiknya piknik ke lokasi-lokasi wisata biasa, tetapi juga harus bisa mengajak anak-anak didiknya ke lokasi wisata baca, yakni perpustakaan.
Menggagas wisata baca, bukan hanya sekedar menjadikan perpustakaan sebagai tempat tujuan. Namun juga mengajak setiap orang, untuk berburu buku bacaan, bukan hanya sekedar komik maupun cerpen, tetapi buku-buku fiksi dan non-fiksi yang beragam jumlahnya. Menjadikan toko buku sebagai bagian tujuan wisata atau menjadikan pameran buku sebagai ajang festival buku, yang bisa digelar setiap saat, laiknya festival musik atau konser.
Lantas, mungkinkah mewujudkan wisata baca ini? Dalam sebuah gagasan, sepertinya tidak ada yang tidak mungkin. Apalagi sarana dan prasarana yang dibutuhkan sudah terpenuhi semua. Tinggal semangat dan politicall will saja dari para pengambil kebijakan, khususnya dari Dinas Pendidikan untuk menjadikan gagasan ini menjadi kenyataan. Kalau selama ini ada gagasan belajar di luar kelas, maka perpustakaan juga bisa menjadi alternatif.
Sebagai contoh, kalau selama ini setiap tahun atau setiap semester sekolah mengadakan studi wisata, tidakkah memungkinkan mengajak anak didiknya mengunjungi perpustakaan satu kali saja dalam setiap semester. Paling tidak, kalau tidak untuk membaca, wisata baca ini mengajak siswa tahu, di mana keberadaan perpustakaan kabupaten atau kota. Karena di tengah teknologi yang semakin canggih ini, sepertinya makin banyak anak-anak yang keranjingan komputer dan internet. Segal sesuatu cukup dicari melalui internet saja, sementra buku-buku diperpustakaan hanya menjadi pengisi rak-rak buku saja.
Menjadikan perpustakaan sebagai bagian dari kehidupan pelajar, sepertinya butuh ajakan yang terus menerus. Tidak cukup sekali saja mengajak siswa ke perpustakaan, tapi sepertinya harus terus-menerus. Sehingga kebutuhan perpustakaan, laiknya seseorang yang sedang membutuhkan sarana refreshing ke tempat wisata. Perpustakaan bukannya menjadi tempat yang membuat stress, tapi membuat pikiran fresh, dengan pengetahuan dan ilmu baru yang didapatnya.
Menjadikan wisata baca sebagai gagasan, sepertinya harus mengenal lebih dekat dengan Atmo Tan Sidik, seorang budayawan Pantura asal Brebes, yang kini menjabat Kabag Humas dan Protokol Setda Brebes. Bukan bermaksud menyanjung atau pun memuji, tapi ini adalah sebuah potret atau sosok seorang wisatawan baca yang luar biasa. Siapa saja yang mengenal Atmo Tan Sidik, yang pernah bertandang ke rumah atau ke kantornya, pasti menemui banyak buku yang "berserakan". Bagi seorang penikmat wisata baca, kondisi ini pasti sangat menyenangkan dan mengasyikkan. Ada banyak pemandangan buku, mulai dari ekonomi, sosial, politik, seni, budaya dan hankam, semuanya ada.
Menjadi seorang wisatawan baca, tidaklah mahal. Untuk masuk perpustakaan tidak ada biayanya, meminjam buku pun tidak dikenakan biaya. Tidak semahal ketika melakukan wisata alam maupun wisata kuliner, yang harus mengeluarkan biaya cukup besar. Untuk masuk tempat wisata saja, harus mengeluarkan uang cukup besar. Semakin banyak fasilitas yang ada, semakin mahal biaya masuk. Belum lagi untuk menikmati wisata kulinernya, yang jelas harus merogoh kantungnya lebih dalam lagi.
Sepertinya, gagasan wisata baca ini akan semakin menarik, ketika para pengambil kebijakan, seperti para pengelola perpustakaan dan dinas terkait menjadikan sebuah wacana untuk mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan. Ketika wisata alam dan kuliner yang digali, maka akan meningkatkan PAD yang berasal dari Sumber Daya Alam (SDA)-nya, sementara ketika menggali wisata baca, yang yang digali adalah Sumber Daya Manusia (SDM)-nya. Ketika SDM digali, maka SDA yang ada pun bisa digali lebih dalam dan lebih banyak lagi. Jadi, siapa yang mau berwisata baca? (*)

Komentar

Postingan Populer