Kenapa Harus Berbohong

Oleh: M Riza Pahlevi

Pemerintahan Presiden SBY saat ini sedang dituduh berbohong. Berbohong dalam hasil-hasil pembangunan yang dijalankan selama tujuh tahun ini. Tak tanggung-tanggung, ada sembilan tuduhan kebohongan yang dilakukan pemerintahan SBY. Sejumlah elemen masyarakat pun merasa kecewa dengan adanya kebohongan tersebut. Bahkan sejumlah tokoh yang tergabung dalam Forum Lintas Agama pun bersikap keras atas kebohongan yang dilakukan pemerintahan SBY tersebut.
Kondisi ini jika terus dibiarkan, tentu tidak akan baik, khususnya bagi bangsa Indonesia. Di mana seorang presiden, yakni SBY dianggap berbohong. Padahal berbohong atau suatu kebohongan ini adalah sebuah kesalahan yang sangat besar. Betapa tidak, jika suatu kebohongan terbongkar, pasti akan berusaha ditutupi dengan kebohongan-kebohongan yang lain.
Dalam hal ini, presiden atau pemerintah yang dianggap berbohong ini akan terkena imbasnya. Di mana kredibilitas dan tingkat kepercayaan masyarakat akan turun. Meskipun periode ini merupakan periode kedua SBY, yang mungkin tidak berpangruh terhadap elektabilitas SBY berikutnya. Karena SBY hampir tidak mungkin mencalonkan diri lagi sebagai presiden, untuk yang ketiga kalinya. UU sudah membatasi masa jabatan presiden maksimal dua kali periode. Namun jelas SBY jelas tidak ingin di akhir masa jabatannya mempunyai citra yang negatif, apalagi jelek.
Bagi Partai Demokrat, partai yang didirkannya tentunya akan berpengaruh. Karena bagaimana pun juga, SBY identik dengan Partai Demokrat, partai yang telah mengantarkan dirinya menjadi presiden. Karena bagaimana juga, tuduhan kebohongan yang dialamatkan kepada SBY tidak lepas dari kepentingan-kepentingan politik. Meskipun pemilu 2014 masih cukup lama dan terlalu dini jika mengaitkan dengan rencana pencalonan presiden. Namun kemungkinan itu tetap saja menajdi kemungkinan yang terbesar dari kasus ini.
Kepentingan politik ini, tidak bisa dilepaskan dari apa yang dilakukan tokoh-tokoh yang akan maju dalam pemilu maupun pemilu presiden dan wakil presiden yang akan datang. Sehingga saat ini sudah muncul sejumlah atraksi atau pun strategi politik untuk saling menjatuhkan, atau paling tidak mendapat simpati dan dukungan masyarakat.
Terkait dengan tuduhan kebohongan atau dianggap berbohong itu, sebenarnya merupakan bagiand ari strategi politik yang dilakukan lawan-lawan atau pesaing-pesaing politik SBY. Atau justru jangan-jangan isu itu dimunculkan oleh SBY sendiri, untuk melihat reaksi masyarakat serta tokoh-tokoh politik, baik yang menjadi lawan atau kawan. Sehingga SBY akan tahu, siapa sebenarnya lawan dan siapa yang sebenarnya kawan. Dalam politik, lawan dan kawan ebdanya snagat tipis, bahkan tidak kendtara sama sekali. Setipis penulisan kata itu, yang hanya membedekan hanya huruf k dan l. Itulah politik, yang kadang suka menggelitik dan mengotak-atik, sehingga menjadi kain layaknya batik.
Terlepas dari semua itu, berbohong adalah perbuatan yang tidak baik. Jangan sekali-kali seorang pemimpin, pejabat melakukan suatu kebohongan. Apalagi jika kebohongan itu terbongkar, pasti akan menutupinya dengan kebohongan pula. Yang muncul nantinya hanya mafia, mafia kasus, atau justru malah mafia kebohongan.
Tuduhan kebohongan atau dianggap berbohong itu atau istilah apa pun, seperti kegagalan atau belum berhasil sesuai dengan harapan, rakyat sepertinya tidak terlalu peduli. Yang diharapkan tentunya dari rakyat bukan kebohongan atau pun kepalsuan. Rakyat hanya butuh perhatian dari pemerintah, perhatian akan kesejahteraan, perhatian akan keamanan dan kenyamanan. Rakyat mendapat peluang kerja yang banyak, sehingga tidak ada pengangguran. Rakyat butuh sembako yang murah, sehingga tidak sampai terjadi kelaparan.
Rakyat hanya membutuhkan kejujuran, kejujuran untuk peduli terhadap rakyat. Kejujuran untuk membantu rakyat yang menderita, membantu mengatasi kemiskinan dan kesenjangan. Jangan ajari rakyat dengan kebohongan. (*)

Komentar

Postingan Populer