Pedasnya Cabe, Sesedap Harganya
Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah pemberitaan memuat mahalnya harga cabe. Cabe yang di pasaran biasanya hanya mencapai Rp 20 ribu perkilogram, kini bahkan mencapai Rp 80 ribu perkilogram. Kenaikan yang terjadi sekitar empat kali lipat, bahkan bisa lebih. Dengan harga yang mencapai Rp 80 ribu, itu berarti di atas harga daging sapi, yang berkisar Rp 70 ribu perkilogramnya.
Dulu mungkin orang akan berpikir untuk membeli daging, karena harganya yang cukup tinggi tersebut. Sebagai gantinya, orang lebih memilih daging ayam, yang harga perkilonya berkisar Rp 25 ribu. Lantas bagaimana dengan cabe, apakah orang akan meninggalkannya? Karenanya harganya yang tinggi? Atau mengalihkan ke sayuran yang lain, yang memiliki rasa pedas sebagai pengganti cabe.
Seperti tidak, justru semakin mahal semakin dicari. Karena cabe ini tak bisa digantikan dalam setiap masak-memasak, meskipun semua jenis masakan membutuhkan cabe. Tetapi bagi orang Indonesia, cabe sepertinya menjadi bahan pokok yang ke sepuluh, setelah sembilan bahan pokok yang ada itu. Tak ada cabe, makanan seperti hambar, tak ada rasanya.
Dalam Wikipedia, disebutkan bahwa cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabe yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Dalam masakan Padang, sangat sulit dibuat tanpa cabe.
Meski memiliki rasa pedas, yang kadang membuat orang sakit perut, tapi tak akan pernah ditinggalkan. Suatu saat pasti akan kembali makan cabe, meski bisa saja terjadi sakit perut lagi. tapi sepertinya ancaman itu hanya dianggap angin lalau saja. Bahkan ada pepatah yang menyebutkan, tobat sambel. Seperti diketahui, sambel adalah bumbu yang bahan dasarnya cabe. Rasanya pedas, dan itu hampir selalu ada di setiap jenis masakan, apalagi masakan yang menyediakan lalab.
Orang yang dianggap tobat sambel, itu karena dia mengaku sudah bertobat tidak akan melakukan kesalahan lagi, tetapi ternyata dia melakukan hal sama. Dan itu terus dilakukan berulang-ulang. Itu sama seperti orang yang sakit akibat makan sambel, mengaku tidak akan makan sambel lagi. Tapi hanya selang beberapa saat saja, dia sudah makan sambel lagi dan kepedasan lagi, tapi tidak pernah kapok. Sambel ini benar-benar tidak bisa membuat orang untuk tobat atau kapok.
Selain rasanya yang pedas, dalam Wikipedia juga disebutkan bahwa cabe mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Sun et al. (2007) melaporkan cabe mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980). Cabe (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan, yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker.
Sebagai produk pertanian, cabe juga menjadi sumber daya yang patut dicermati. Jangan hanya karena harganya yang melebihi harga daging sapi, lantas semua orang buru-buru menanam cabe. Yang justru akan merusak harga pasaran cabe, yang kadang sampai dibiarkan kering di sawah, lantaran harganya yang sangat rendah. Dengan harga cabe yang tinggi ini, tentunya memberi harapan bagi para petani cabe. Mereka bisa menikmati harga jual yang tinggi, sehingga mendapatkan keuntungan yang cukup luamayan untuk kebutuhan ekonomi keluarganya.
Harga cabe yang cukup mahal ini, yang saat ini dikeluhkan ibu-ibu, sepertinya belum bisa diprediksi sampai kapan. Yang jelas, pedasnya cabe tak bisa digantikan yang lain, untuk mencari kesedapan masakan di rumah. Lagian pemerintah juga seperti tidak mungkin menggelar operasi pasar cabe. Sehingga cabe pun tetap pedas rasanya, tetap pedas harganya di kantong, tetap sedap rasanya di lidah. (*)
Dulu mungkin orang akan berpikir untuk membeli daging, karena harganya yang cukup tinggi tersebut. Sebagai gantinya, orang lebih memilih daging ayam, yang harga perkilonya berkisar Rp 25 ribu. Lantas bagaimana dengan cabe, apakah orang akan meninggalkannya? Karenanya harganya yang tinggi? Atau mengalihkan ke sayuran yang lain, yang memiliki rasa pedas sebagai pengganti cabe.
Seperti tidak, justru semakin mahal semakin dicari. Karena cabe ini tak bisa digantikan dalam setiap masak-memasak, meskipun semua jenis masakan membutuhkan cabe. Tetapi bagi orang Indonesia, cabe sepertinya menjadi bahan pokok yang ke sepuluh, setelah sembilan bahan pokok yang ada itu. Tak ada cabe, makanan seperti hambar, tak ada rasanya.
Dalam Wikipedia, disebutkan bahwa cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabe yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Dalam masakan Padang, sangat sulit dibuat tanpa cabe.
Meski memiliki rasa pedas, yang kadang membuat orang sakit perut, tapi tak akan pernah ditinggalkan. Suatu saat pasti akan kembali makan cabe, meski bisa saja terjadi sakit perut lagi. tapi sepertinya ancaman itu hanya dianggap angin lalau saja. Bahkan ada pepatah yang menyebutkan, tobat sambel. Seperti diketahui, sambel adalah bumbu yang bahan dasarnya cabe. Rasanya pedas, dan itu hampir selalu ada di setiap jenis masakan, apalagi masakan yang menyediakan lalab.
Orang yang dianggap tobat sambel, itu karena dia mengaku sudah bertobat tidak akan melakukan kesalahan lagi, tetapi ternyata dia melakukan hal sama. Dan itu terus dilakukan berulang-ulang. Itu sama seperti orang yang sakit akibat makan sambel, mengaku tidak akan makan sambel lagi. Tapi hanya selang beberapa saat saja, dia sudah makan sambel lagi dan kepedasan lagi, tapi tidak pernah kapok. Sambel ini benar-benar tidak bisa membuat orang untuk tobat atau kapok.
Selain rasanya yang pedas, dalam Wikipedia juga disebutkan bahwa cabe mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Sun et al. (2007) melaporkan cabe mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980). Cabe (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan, yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker.
Sebagai produk pertanian, cabe juga menjadi sumber daya yang patut dicermati. Jangan hanya karena harganya yang melebihi harga daging sapi, lantas semua orang buru-buru menanam cabe. Yang justru akan merusak harga pasaran cabe, yang kadang sampai dibiarkan kering di sawah, lantaran harganya yang sangat rendah. Dengan harga cabe yang tinggi ini, tentunya memberi harapan bagi para petani cabe. Mereka bisa menikmati harga jual yang tinggi, sehingga mendapatkan keuntungan yang cukup luamayan untuk kebutuhan ekonomi keluarganya.
Harga cabe yang cukup mahal ini, yang saat ini dikeluhkan ibu-ibu, sepertinya belum bisa diprediksi sampai kapan. Yang jelas, pedasnya cabe tak bisa digantikan yang lain, untuk mencari kesedapan masakan di rumah. Lagian pemerintah juga seperti tidak mungkin menggelar operasi pasar cabe. Sehingga cabe pun tetap pedas rasanya, tetap pedas harganya di kantong, tetap sedap rasanya di lidah. (*)
Komentar
Posting Komentar