Menghadapi Bencana
Dalam beberapa pekan terakhir, wilayah Kabupaten Brebes, khususnya di wilayah selatan tengah diliputi kecemasan. Betapa tidak, ketika hujan deras mengguyur, bisa saja terjadi longsor atau banjir bandang yang bisa menghanyutkan apa yang ada di dekatnya. Meski hingga saat ini belum menimbulkan korban jiwa, namun bencana itu patut diwaspadai. Namun kejadian bencana sebelumnya, yang sempat menimbulkan korban jiwa harus tetap menajdi pembelajaran kita smeua untuk bersiap menghadapi bencana.
Berdasarkan data dari Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Brebes, selama tahun 2010 telah terjadi 283 bencana, dengan kerugian mencapai Rp 6 miliar. Bencana alam yang terjadi itu antara lain berupa tanah longsor, banjir bandang, tanah bergerak dan puting beliung. Menurut data yang ada, yang paling sering adalah tanah longsor dan tanah bergerak.
Berdasarkan data itu, kita patut berupaya untuk menekan terjadi kerugian maupun bencana yang ada. Tanah longsor, selain karena faktor alam, juga bisa disebabkan karena ulah manusia. Yakni karena perilakunya yang merusak hutan, tanpa diimbangi dengan penanaman pohon kembali. Akibatnya alam yang rusak, akan mudah rusak ketika musim hujan tiba. Longsordan tanah bergerak itu salah satu akibatnya.
Berdasarkan pengalaman, seperti yang diungkapkan Camat Bantarkawung Edy Sudarmanto SIP, bencana alam seperti tanah longsor dan tanah bergerak itu terjadi dalam beberapa tahun terakhir saja. Sebelumnya, yakni sebelum tahun 2000 bencana alam itu masih jarang, bahkan hampir tidak ada. Menurutnya, itu terjadi karena kerusakan alam di sekitar wilayahnya.
Begitu juga dengan banjir bandang, yang sering menimpa wilayah selatan Brebes. Juga tidak menutup kemungkinan karena kerusakan alam di atasnya. Di mana saat hujan, air tidak terserap ke dalam tanah dengan baik, namun langsung meluncur deras ke bawah melalui sungai-sungai yang juga rusak oleh ulang manusia.
Terjadinya bencana ini memang banyak sebabnya. Ada yang mengatakan bahwa bencana yang terjadi ini karena letak geografis dan geologisnya. Sehingga sangat wajar terjadinya bencana. Longsor terjadi di daerah yang berbukit, tak mungkin terjadi daerah yang datar. Banjir bandang bisa saja terjadi di daerah aliran sungai, baik yang berbukit maupun yang landai. Tetapi itu semua ada penyebabnya, bukan karena faktor kodnisi geofrafis alamnya saja.
Yang jelas, bahwa bencana itu bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Bukan hanya di daerah berbukit atau pegunungan, tapi juga di daerah lainnya. Meskipun jenis bencana yang terjadi berbeda-beda.
Bahwa bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, perlu sebuah penanggulangan yang terencana dan sistematis. Mulai dari tanggap darurat hingga pasca bencana. Namun jangan sampai penanganan bencana ini justru menjadi bencana, dalam arti bencana bagi mereka yang menyelewengkan bantuan penanganan bencana. Karena dikorupsi dan diselewengkan, hingga akhirnya yang bersangkutan berhadapan dengan aparat penegak hukum. Kita tidak ingin bencana ini menjadi bencana susulan.
Karenanya, dalam menghadapi becana ini harus disikapi secara serius dan pemerintah sebagai pelindung dan pengayom masyarakat pun harus sigap. Meski pemerintah sendiri, seperti yang disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes Drs HM Supriyono telah sigap dengan kejadian bencana alam yang melanda di Kabupaten Brebes.
Kesigapan tersebut tentunya bukan hanya dengan persiapan pemberian bantuan pasca bencana saja. Tapi sedari awal harus bisa mengantisipasi terjadinya bencana yang lebih berat. Tanah longsor, salah satunya terjadi karena penggundulan hutan. Karenanya, pemerintah harus serius menjalankan program penanaman pohon. Jangan hanya sekedar program, tapi realisasinya tidak ada. Begitu juga dengan kekeringan, juga karena hutan gundul. Banjir juga sama.
Intinya, bahwa dalam menghadapi bencana betap pentinya prioritas pengendalian lingkungan hidup. Seperti yang diungkapkan Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Brebes Drs Mayang SHB, yang menyatakan pentingnya proritas dalam pengendalian lingkungan hidup. Gerakan menanam pohon, harus benar-benar menjadi gerakan yang massif dan mengena. Bukan sekedar program yang melangit, tidak membumi. Menanam satu milair pohon, tapi realisasi nihil, sama juga bohong. tetapi bagaimana bisa menanam satu pohon, tapi bisa dilakukan banyak orang.
Dengan bencana, kita menjadi sadar. Bahwa bencana bisa disebabkan banyak hal, karena diri sendiri, karena lingkungan dan bisa juga karena orang lain. Bencana juga seharusnya membuat kita bijak, dan semestinya membuat kita siap menghadapinya. (*)
Berdasarkan data dari Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Brebes, selama tahun 2010 telah terjadi 283 bencana, dengan kerugian mencapai Rp 6 miliar. Bencana alam yang terjadi itu antara lain berupa tanah longsor, banjir bandang, tanah bergerak dan puting beliung. Menurut data yang ada, yang paling sering adalah tanah longsor dan tanah bergerak.
Berdasarkan data itu, kita patut berupaya untuk menekan terjadi kerugian maupun bencana yang ada. Tanah longsor, selain karena faktor alam, juga bisa disebabkan karena ulah manusia. Yakni karena perilakunya yang merusak hutan, tanpa diimbangi dengan penanaman pohon kembali. Akibatnya alam yang rusak, akan mudah rusak ketika musim hujan tiba. Longsordan tanah bergerak itu salah satu akibatnya.
Berdasarkan pengalaman, seperti yang diungkapkan Camat Bantarkawung Edy Sudarmanto SIP, bencana alam seperti tanah longsor dan tanah bergerak itu terjadi dalam beberapa tahun terakhir saja. Sebelumnya, yakni sebelum tahun 2000 bencana alam itu masih jarang, bahkan hampir tidak ada. Menurutnya, itu terjadi karena kerusakan alam di sekitar wilayahnya.
Begitu juga dengan banjir bandang, yang sering menimpa wilayah selatan Brebes. Juga tidak menutup kemungkinan karena kerusakan alam di atasnya. Di mana saat hujan, air tidak terserap ke dalam tanah dengan baik, namun langsung meluncur deras ke bawah melalui sungai-sungai yang juga rusak oleh ulang manusia.
Terjadinya bencana ini memang banyak sebabnya. Ada yang mengatakan bahwa bencana yang terjadi ini karena letak geografis dan geologisnya. Sehingga sangat wajar terjadinya bencana. Longsor terjadi di daerah yang berbukit, tak mungkin terjadi daerah yang datar. Banjir bandang bisa saja terjadi di daerah aliran sungai, baik yang berbukit maupun yang landai. Tetapi itu semua ada penyebabnya, bukan karena faktor kodnisi geofrafis alamnya saja.
Yang jelas, bahwa bencana itu bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Bukan hanya di daerah berbukit atau pegunungan, tapi juga di daerah lainnya. Meskipun jenis bencana yang terjadi berbeda-beda.
Bahwa bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, perlu sebuah penanggulangan yang terencana dan sistematis. Mulai dari tanggap darurat hingga pasca bencana. Namun jangan sampai penanganan bencana ini justru menjadi bencana, dalam arti bencana bagi mereka yang menyelewengkan bantuan penanganan bencana. Karena dikorupsi dan diselewengkan, hingga akhirnya yang bersangkutan berhadapan dengan aparat penegak hukum. Kita tidak ingin bencana ini menjadi bencana susulan.
Karenanya, dalam menghadapi becana ini harus disikapi secara serius dan pemerintah sebagai pelindung dan pengayom masyarakat pun harus sigap. Meski pemerintah sendiri, seperti yang disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes Drs HM Supriyono telah sigap dengan kejadian bencana alam yang melanda di Kabupaten Brebes.
Kesigapan tersebut tentunya bukan hanya dengan persiapan pemberian bantuan pasca bencana saja. Tapi sedari awal harus bisa mengantisipasi terjadinya bencana yang lebih berat. Tanah longsor, salah satunya terjadi karena penggundulan hutan. Karenanya, pemerintah harus serius menjalankan program penanaman pohon. Jangan hanya sekedar program, tapi realisasinya tidak ada. Begitu juga dengan kekeringan, juga karena hutan gundul. Banjir juga sama.
Intinya, bahwa dalam menghadapi bencana betap pentinya prioritas pengendalian lingkungan hidup. Seperti yang diungkapkan Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Brebes Drs Mayang SHB, yang menyatakan pentingnya proritas dalam pengendalian lingkungan hidup. Gerakan menanam pohon, harus benar-benar menjadi gerakan yang massif dan mengena. Bukan sekedar program yang melangit, tidak membumi. Menanam satu milair pohon, tapi realisasi nihil, sama juga bohong. tetapi bagaimana bisa menanam satu pohon, tapi bisa dilakukan banyak orang.
Dengan bencana, kita menjadi sadar. Bahwa bencana bisa disebabkan banyak hal, karena diri sendiri, karena lingkungan dan bisa juga karena orang lain. Bencana juga seharusnya membuat kita bijak, dan semestinya membuat kita siap menghadapinya. (*)
Komentar
Posting Komentar