Piala Adipura

Piala Adipura merupakan penghargaan terhadap kota terbersih dan asri. Dengan kriteria tertentu, sebuah tim yang dibentuk Kementerian Lingkungan Hidup melakukan penilaian terhadap kebersihan kota dan keasriannya. Beberapa titik selalu dijadikan sample dalam penilaian tersebut. Jika ada satu titik saja yang kotor dan tidak terawat, dipastikan akan gagal mendapatkan piala tersebut.
Karenanya, menjelang penilaian Adipura, pemerintah daerah setempat terus berupaya untuk mewujudkan harapannya mendapatkan Piala Adipura. Mulai dari kerja bakti, penanaman pohon penghijauan hingga penyediaan sejumlah fasilitas yang memadai. Karena bagaimana pun juga, keberhasilan meraih Piala Adipura adalah sebuah kebanggaan atau gengsi. Dengan Piala Adipura, maka kota tersebut diakui secara nasional sebagai kota yang bersih.
Namun, apakah lantas semangat kebersihan itu hanya untuk meraih Piala Adipura atau hanya sebagai penyemangat saja? Semoga saja, kota-kota yang meraih Piala Adipura tidak menjadikan piala itu sebagain tujuan akhir. Namun sebagai tujuan antara, sebagai ajakan kepada masyarakat untuk berperilaku bersih dan sehat. Bahwa slogan kebersihan sebagian dari iman, yang saat ini banyak dipasang sebagai papan himbauan, itu memang harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
Kebersihan sebagai bagian dari iman, selain sebagai ajaran agama, juga memiliki makna yang luas. Bukan hanya sekedar kebersihan semata, tetapi juga memiliki makna kebersamaan di dalamnya. Bahwa untuk mendapatkan kebersihan, tidak hanya dilakukan satu individu saja. Tetapi harus melibatkan banyak individu. Satu individu yang berbuat satu kebersihan, akan tertutupi oleh banyak individu yang membuat kekotoran. Hingga upaya kebersihan yang dilakukan satu individu itu akan percuma dan sia-sia.
Karenanya, gerakan kebersihan itu harus dilakukan bersama-sama, oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah sendiri, tidak hanya menghimbau atau memasang plang saja di sudut-sudut strategis, tetapi juga harus melakukan aksi nyata. Mulai dari mengajak seluruh staf pemerintahan untuk melakukan gerakan bersih-bersih, hingga memenuhi fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung kebersihan.
Memberi contoh, memang bukan pekerjaan yang mudah. Tetapi memang harus dilakukan dari atas. Bahwa untuk berbuat kebaikan, dengan menerapkan kebersihan, seorang pemimpin harus memberi contoh kepada bawahannya. Hingga tanpa disuruh pun, seorang staf pasti akan menjaga kebersihan lingkungan kantornya masing-masing. Tanpa pengumuman atau pun iming-iming hadiah, pasti bagi mereka yang sadar, akan melakukan ajaran agama yang paling mudah tersebut. Begitu pula di keluarga, orang tua harus memberikan contoh kepada anak-anaknya.
Niat pemerintah memberikan Piala Adipura sendiri, bukan bermaksud untuk membedakan antara satu kota dengan kota yang lainnya. Namun menjadi penyemangat bagi kota-kota tersebut untuk berbuat lebih dalam bidang kebersihan. Ada semangat agar kotanya, bisa meriah predikat terbersih. Tentunya, langkah pemerintah ini tidak bisa meninggalkan masyarakat. Masyarakat harus diajak serta untuk aktif dalam upaya meraih Pila Adipura tersebut.
Keberhasilan kota-kota yang mendapat Piala Adipura, tentu keberhasilan seluruh masyarakat kota tersebut. Pemerintah berhasil mengajak masyarakat untuk berperilaku bersih, tidak hanya saat menjelang penilaian Adipura, tetapi seharusnya menjadi perilaku sehari-hari. Semoga saja, Piala Adipura yang sudah diperoleh itu, bukan untuk gensi saja, tetapi menjadi budaya dan jatidiri setiap warga. (*)

Komentar

Postingan Populer