Pemali, Oh Pemali

Jembatan Pemali di Kota Brebes tahun lalu baru saja diperbaiki. Harapannya, jembatan yang sudah berusia 30 tahun lebih itu bisa memperlancar lalu lintas di Kota Brebes. Ketika lalu lintas lancar, maka ekonomi masyarakat juga akan lancar. Makanya, ketika jembatan itu diperbaiki, yang memakan waktu beberapa bulan, masyarakat bisa memahami adanya kemacetan.
Namun yang tidak dibayangkan, bahwa kemacetan itu berlangsung selama berbulan-bulan, hingga membuat stress masyarakat. Perlu diketahui, jembatan Pemali itu merupakan satu-satunya jembatan yang melintasi Pemali di Kota Brebes. Tidak ada alternatif lain, selain harus melewati jembatan Pemali. Kalau pun ada, harus melewati Jatibarang, yang harus memutar puluhan kilometer. Sehingga jalur Jatibarang itu bukan jalur alternatif saat terjadi kemacetan di jembatan Pemali.
Namun kini, setelah jembatan yang telah diperbaiki dengan konstruksi plat baja, bukan kelancaran yang didapat. Tetapi tambal sulam dan kemacetan setiap saat yang terjadi. Bahkan beberapa kecelakaan terjadi akibat kemacetan yang diakibatkan rusaknya jembatan Pemali itu. Kerusakan itu pun sudah berulang kali terjadi, bahkan hingga puluhan kali.
Yah, sejak jembatan itu diperbaiki dan dinyatakan selesai, warga bernapas lega. Karena kemacetan selama berbulan-bulan itu akhirnya selesai juga. Saat itu pun sebenarnya belum selesai 100 persen, karena lapisan aspal di atas plat baja itu tak segera dilakukan. Hingga pada saat Lebaran tahun lalu, jembatan yang masih belum 100 persen itu dibuka dan digunakan bagi lalu lalang jutaan kendaraan yang mudik dari Jakarta. Licin, salah satu yang dialami para pengendara saat itu.
Setelah desakan masyarakat, akhirnya lapisan aspal di jembatan plat baj itu pun dilakukan. Namun ternyata, lapisan aspal itu tidak bertahan lama. Hanya dalam hitungan bulan, sudah kembali mengelupas. Alasan pemborong saat itu mengatakan, bahwa kualitas plat bajanya tidak baik. Sehingga sebaik apa pun aspal yang berada di atasnya pasti akan cepat rusak. Hingga akhirnya pemborong aspal pun beberapa kali melapisi ulang aspal yang mudah mengelupas tersebut.
Kini, setelah beberapa bulan mengelupas, lapisan aspal di badan jembatan plat baja itu dibiarkan mengelupas. Entah karena percuma diaspal, atau karena memang tidak ada anggarannya lagi. Selain tidak nyaman bagi pengendara, tiadanya lapisan aspal itu ternyata cepat merusak keberadaan plat baja itu. Plat yang disambung dengan las itu, mulai banyak yang lepas. Ada yang bergelombang, hingga akhirnya plat baja itu pun amblas. Bahkan di beberapa bagian plat baja itu sudah pecah.
Petugas Binamarga Provinsi Jawa Tengah pun cepat mengelas plat baja yang lepas. Namun, setelah petugas pulang, beberapa hari kemudian kerusakan terjadi lagi. Baik di lokasi yang sebelumnya rusak, atau di tempat lain. Hingga kini, hampir sebagian besar kondisi plat baja itu rusak. Khususnya yang sebelumnya sudah lepas las-lasannya. Bahkan baja yang berada di bawah lapsan plat baja itu sudah banyak yang amblas. Sehingga membuat lapisan plat baja yang ada juga turut amblas.
Kondisi jembatan itu diperparah dengan overloadnya angkutan yang melintasinya, khususnya truk-truk kontainer, yang membawa beban puluhan ton. Sehingga dipastikan, meski kerusakan cepat diperbaiki, namun akan kembali rusak. Ini terbukti dari beberapa kali perbaikan, jembatan Pemali kembali rusak. Akibatnya, kemacetan kembali terjadi.
Masyarakat pun bertanya, ada apa dengan Pemali? Adakah sesuatu yang dilanggar selama pengerjaan Pemali, hingga jembatan yang sudah berusia 30 tahun lebih itu selalu rusak? Ataukah terjadi kesalahan konstruksi, sehingga jembatan pemali harus dibongkar total dan dibangun jembatan baru. Jika ini terjadi, maka dipastikan Kota Brebes akan menjadi kota macet. Kemacetan yang terjadi, lebih parah dibandingkan dengan Kota jakarta. Apalagi sejumlah ruas jalan, seperti Jalan Ahmad Yani dan Jalan Gajahmada, juga akan mendapat perbaikan. (*)

Komentar

Postingan Populer