Yakin Bisa
Oleh: M Riza Pahlevi
Pekan kemarin siswa-siswi SMA, SMK dan MA telah merampungkan Ujian Nasional (UN). Senin pekan ini giliran siswa-siswi SMP dan MTs yang harus mengikuti UN. Tak sedikit yang merasa tegang dengan pelaksanaan UN ini. Mereka kuatir, tak bisa mengerjakan soal dengan baik,yang akibatnya dinyatakan tidak lulus. Bukan itu saja, mereka juga harus mengulang tahun depan, karena tidak ada jadwal UN ulangan. Alternatif bagi yang tidak lulus UN kali ini mungkin adalah mengikuti ujian Kejar Paket.
Perlu diketahui, ada sedikit perbedaan dalam pelaksanaan UN pada tahun 2011 ini. Selain tidak ada Tim Pengawas Independen (TPI), soal-soal yang diujikan juga dibagi dalam lima macam soal yang berbeda. Hasil UN ini juga bukan satu-satu-satunya penentu kelulusan siswa, meski batas minimal nilai UN adalah 4. Jadi dalam pelaksanaan UN kali ini, siswa tidak perlu kuatir dengan tampang pengawas yang galak, yang selalu memelototi setiap gerak-gerik siswa. Atau takut ketahuan jika ada contekan, baik yang diberikan teman atau dari oknum guru.
Hal-hal itu sepertinya sudah diminimalisir atau dicegah. Meski tidak ada TPI, yang bertampang sangar tersebut. Karena masing-masing siswa, menerima soal yang berbeda satu sama lainnya. Jadi, kalau siswa contek-contekan, dipastikan jawabannya salah. Karena antara satu soal dengan soal lainnya berbeda, baik jenis soal dan jawabannya. Oknum guru yang mencoba membantu memberikan jawaban pun cukup kesulitan, karena dia harus mengerjakan lima jenis soal sekaligus. Selain membutuhkan waktu yang lama, juga kesulitan untuk memberikan jawaban kepada siswa-siswinya.
Logikanya memang begitu, sulit untuk melakukan kecurangan dalam pelaksanaan UN kali ini. Namun bagi oknum yang nakal, meski sudah diantisipasi seperti itu, kalau ada niat bisa saja dilakukan. Tentunya dengan beragam cara, beragam medote dan mungkin juga sandi-sandi tertentu. Bahkan bisa saja bekerja sama dengan oknum pengawas, supaya tidak terlalu ketat dalam menjalankan tugasnya itu. Pokoknya, kalau niat jelek itu dilakukan, semuanya bisa diatur. Kata sebuah iklan di televisi, yang penting “Wani Pira?” Ini bukan menuduh, cuma suudhon saja. Suudhon kan boleh-boleh saja, asalkan tidak menuduh pihak-pihak tertentu.
Bagi siswa-siswi sendiri, tentunya sudah mempersiapkan diri sejak awal. Tanpa diminta pun, mestinya seorang siswa itu belajar, karena memang itu kewajibannya. Entah ada ujian atau tidak, seorang siswa wajib belajar. Selain mempersiapkan pelajaran yang akan dihadapi besok, bisanya juga ada pekerjaan rumah (PR).
Dalam menghadapi ujian sendiri, seorang siswa juga mestinya tidak perlu tegang. Karena soal-soal yang ada dalam ujian, pasti pernah disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas oleh sang guru. Tidak mungkin soal-soal yang diberikan itu tidak pernah diajarkan di kelas. Kalau pun itu terjadi, mungkin sang guru agak sedikit lalai atau lupa mengajarkan materi itu. Toh itu pun sudah diantisipasinya, yakni dengan mengadakan les pada sore harinya. Baik dengan penambahan materi di kelas-kelas sebelumnya, atau pun pengayaan soal-soal yang bervariasi.
Seorang guru pun mestinya siap dengan pelaksanaan Ujian Nasional maupun ujian lainnya. Karena dari hasil ujian tersebut, juga menjadi tolok ukur keberhasilan dirinya dalam menyampaikan materi selama selama ini. Apakah materi yang disampaikan itu dapat diterima dengan baik atau tidak oleh siswa-siswinya. Ketika dia yakin, bahwa siswa-siswinya mampu menangkap pelajaran dengan baik, maka saat menghadapi ujian pun akan bersikap santai. Karena dia telah bertugas dengan semaksimal mungkin dan dia yakin siswa-siswinya pasti akan lulus. Adalah wajar, dalam satu kelas ada satu atau dua siswa yang agak tertinggal dalam mengikuti pelajaran. Begitu pula, ketika mengikuti ujian, wajar ada yang tidak lulus. Adalah kebanggan tersendiri siswa-siswinya bisa lulus semua mengikuti ujian nasional. Apalagi jika itu dikerjakan berdasarkan kemampuan sendiri, tanpa ada kecurangan sedikit pun.
Selain itu, seorang guru juga mestinya memberikan kepercayaan diri yang tinggi kepada siswa-siswinya, khususnya saat akan menghadapi ujian, termasuk ujian nasional. Bahwa apa yang telah disampaikan, tidak akan berbeda jauh dengan soal-soal yang akan dihadapi saat ujian. Kepercayaan diri, bahwa guru telah menyampaikan semua materi yang ada dan siswanya juga percaya diri, bahwa dia bisa menjawab semua soal itu. Jadi, guru dan siswa yang menghadapi ujian nasional, yakin bisa! (*)
Pekan kemarin siswa-siswi SMA, SMK dan MA telah merampungkan Ujian Nasional (UN). Senin pekan ini giliran siswa-siswi SMP dan MTs yang harus mengikuti UN. Tak sedikit yang merasa tegang dengan pelaksanaan UN ini. Mereka kuatir, tak bisa mengerjakan soal dengan baik,yang akibatnya dinyatakan tidak lulus. Bukan itu saja, mereka juga harus mengulang tahun depan, karena tidak ada jadwal UN ulangan. Alternatif bagi yang tidak lulus UN kali ini mungkin adalah mengikuti ujian Kejar Paket.
Perlu diketahui, ada sedikit perbedaan dalam pelaksanaan UN pada tahun 2011 ini. Selain tidak ada Tim Pengawas Independen (TPI), soal-soal yang diujikan juga dibagi dalam lima macam soal yang berbeda. Hasil UN ini juga bukan satu-satu-satunya penentu kelulusan siswa, meski batas minimal nilai UN adalah 4. Jadi dalam pelaksanaan UN kali ini, siswa tidak perlu kuatir dengan tampang pengawas yang galak, yang selalu memelototi setiap gerak-gerik siswa. Atau takut ketahuan jika ada contekan, baik yang diberikan teman atau dari oknum guru.
Hal-hal itu sepertinya sudah diminimalisir atau dicegah. Meski tidak ada TPI, yang bertampang sangar tersebut. Karena masing-masing siswa, menerima soal yang berbeda satu sama lainnya. Jadi, kalau siswa contek-contekan, dipastikan jawabannya salah. Karena antara satu soal dengan soal lainnya berbeda, baik jenis soal dan jawabannya. Oknum guru yang mencoba membantu memberikan jawaban pun cukup kesulitan, karena dia harus mengerjakan lima jenis soal sekaligus. Selain membutuhkan waktu yang lama, juga kesulitan untuk memberikan jawaban kepada siswa-siswinya.
Logikanya memang begitu, sulit untuk melakukan kecurangan dalam pelaksanaan UN kali ini. Namun bagi oknum yang nakal, meski sudah diantisipasi seperti itu, kalau ada niat bisa saja dilakukan. Tentunya dengan beragam cara, beragam medote dan mungkin juga sandi-sandi tertentu. Bahkan bisa saja bekerja sama dengan oknum pengawas, supaya tidak terlalu ketat dalam menjalankan tugasnya itu. Pokoknya, kalau niat jelek itu dilakukan, semuanya bisa diatur. Kata sebuah iklan di televisi, yang penting “Wani Pira?” Ini bukan menuduh, cuma suudhon saja. Suudhon kan boleh-boleh saja, asalkan tidak menuduh pihak-pihak tertentu.
Bagi siswa-siswi sendiri, tentunya sudah mempersiapkan diri sejak awal. Tanpa diminta pun, mestinya seorang siswa itu belajar, karena memang itu kewajibannya. Entah ada ujian atau tidak, seorang siswa wajib belajar. Selain mempersiapkan pelajaran yang akan dihadapi besok, bisanya juga ada pekerjaan rumah (PR).
Dalam menghadapi ujian sendiri, seorang siswa juga mestinya tidak perlu tegang. Karena soal-soal yang ada dalam ujian, pasti pernah disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas oleh sang guru. Tidak mungkin soal-soal yang diberikan itu tidak pernah diajarkan di kelas. Kalau pun itu terjadi, mungkin sang guru agak sedikit lalai atau lupa mengajarkan materi itu. Toh itu pun sudah diantisipasinya, yakni dengan mengadakan les pada sore harinya. Baik dengan penambahan materi di kelas-kelas sebelumnya, atau pun pengayaan soal-soal yang bervariasi.
Seorang guru pun mestinya siap dengan pelaksanaan Ujian Nasional maupun ujian lainnya. Karena dari hasil ujian tersebut, juga menjadi tolok ukur keberhasilan dirinya dalam menyampaikan materi selama selama ini. Apakah materi yang disampaikan itu dapat diterima dengan baik atau tidak oleh siswa-siswinya. Ketika dia yakin, bahwa siswa-siswinya mampu menangkap pelajaran dengan baik, maka saat menghadapi ujian pun akan bersikap santai. Karena dia telah bertugas dengan semaksimal mungkin dan dia yakin siswa-siswinya pasti akan lulus. Adalah wajar, dalam satu kelas ada satu atau dua siswa yang agak tertinggal dalam mengikuti pelajaran. Begitu pula, ketika mengikuti ujian, wajar ada yang tidak lulus. Adalah kebanggan tersendiri siswa-siswinya bisa lulus semua mengikuti ujian nasional. Apalagi jika itu dikerjakan berdasarkan kemampuan sendiri, tanpa ada kecurangan sedikit pun.
Selain itu, seorang guru juga mestinya memberikan kepercayaan diri yang tinggi kepada siswa-siswinya, khususnya saat akan menghadapi ujian, termasuk ujian nasional. Bahwa apa yang telah disampaikan, tidak akan berbeda jauh dengan soal-soal yang akan dihadapi saat ujian. Kepercayaan diri, bahwa guru telah menyampaikan semua materi yang ada dan siswanya juga percaya diri, bahwa dia bisa menjawab semua soal itu. Jadi, guru dan siswa yang menghadapi ujian nasional, yakin bisa! (*)
Komentar
Posting Komentar