Waspada Teroris

Oleh: M Riza Pahlevi

Kemarin kita digegerkan dengan berita penangkapan dugaan pelaku teror di kompleks pasar malam PG Pangkah oleh Tim Densus 88 Mabes Polri. Kekagetan kita tentu beralasan, karena dugaan pelaku teror sekarang sudah ada di sekitar kita. Kita patut waspada, siapa tahu di antara saudara, teman atau tetangga kita, terkait dengan kasus-kasus teror yang sering melanda masyarakat.
Sejumlah teror, yang bisa berujung dengan banyak korban jiwa, akhir-akhirnya memang kembali marak. Teror bom buku, yang sempat melukai seorang anggota polisi, kemudian bom bunuh diri di Masjid Mapolres Cirebon Kota, juga menyebabkan korban dari aparat kepolisian setempat. Sejumlah pelaku berhasil ditangkap dan diinterogasi. Sementara sebelumnya, otak teroris yang paling dicari Amerika, Osama Bin Laden dikabarkan tewas di Pakistan.
Kematian Osama ini disambut dunia dengan beragam reaksi. meski ada juga yang menyangsikan kematiannya, seperti beberapa tahun lalu, yang jugsa semapat dikabarkan bahwa Osama telah tewas di Afganistan. Sekarang pun ada yang menyambutnya dengan baik, ada yang mengutuknya, ada pula yang meminta agar semakin waspda. Karena bisa saja para pengikut dan simpatisan Osama akan semakin terobsesi untuk melakukan teror.
Fenomena dan fakta-fakta ini menunjukkan bahwa kemungkinan aksi terorisme masih bisa terjadi, kapan saja dan di mana saja. Mereka yang menjadi simpatisan atau pun pengikut-pengikut pelaku teror, tidak akan surut ketika pemimpin maupun jaringannya digembosi. Mereka bisa saja semakin kalap dan membabi buta, dengan melakukan aksi teror di masyarakat. Korban bisa timbul dan menimpa siapa saja. Bahkan mereka yang tidak tahu-menahu dengan mereka pun bisa menjadi korban aksi teror tersebut. Atau bahkan diri kita, sahabat kita, teman atau pun keluarga kita menjadi korban para pelaku teror tersebut.
Di Indonesia saja, sejumlah pemimpin teroris, ternyata memiliki banyak pengikut. Karena mereka selalu melakukan perekrutan dan kaderisasi, untuk menjalankan aksi dan tujuan mereka. Mereka bahkan rela mati, demi melakukan aksi terornya. Dengan dalih semangat mati syahid atau hidup mulia, yang salah kaprah tersebut, banyak pelaku aksi teror yang mempercayainya dengan mentah-mentah.
Belum lagi aksi cuci otak, yang diduga didalangi para pengikut Negara Islam Indonesia (NII). Sejumlah mahasiswa korban cuci otak gerakan NII ini dikabarkan hilang. Sebelum hilang, mereka sebagian meminta uang kepada orang tuanya dengan jumlah yang cukup besar, namun tidak dijelaskan untuk apa. Sementara orang tua khawatir akan keberadaan mereka, yang hingga kini tidak jelas.
Fenomena ini harus membuat kita waspada. Aparat keamanan pun tak jenuh-jenuhnya menyampaikan himbauan tersebut. Bahkan mereka juga telah meminta kepada masyarakat, kepada kita semua yang antir teror, untuk melaporkan segala tindak tanduk orang di sekitar kita yang mencurigakan. Khususnya tamu-tamu yang tidak dikenal, dan melakukan kegiatan yang tertutup. orang-orang di sekitar kita, yang kita kenal pun juga patut diwaspadai. Karena mereka juga bisa menjadi korban dari para penganut aliran radikalisme.
Bukan suudhon, tapi waspada. Itulah yang harus kita lakukan sekarang ini. Waspada kemungkinan para teroris itu menyusup di lingkungan kita. Waspada, kemungkinan para penipu yang berusaha mencuci otak generasi muda dengan gerakan NII. Mereka adalah para teroris, yang setiap saat berada di tengah-tengah kita. Namun kita juga berharap, para petugas keamanan lebih waspada. Setiap laporan, sekecil apa pun untuk secepatnya ditindaklanjuti.
Mungkin capai dan kesel ketika harus menindaklanjuti semua laporan masyarakat, tetapi itu adalah salah satu kewajiban. Kewajiban untuk melindungi dan mengayomi masyarakat. Kecapaian dan kekesalan itu, merupakan bagian dari pengabdian kepada negara dan masyarakat, untuk bebas dari segala macam aksi teroris. Bukan malah membuat masyarakat kesel dan capai melihat ulah oknum aparat yang bertindak sewenang-wenang. Tetap waspada, karena dengan waspadai dan hati-hati, kita telah berupaya memerangi terorisme. (*)

Komentar

Postingan Populer