Terima Kasih Ibu

Oleh: M Riza Pahlevi

Ibu, emak, mama, mami, bunda, mboke, umi, mimi, mom, dan lainnya adalah panggilan seorang anak kepada yang telah melahirkannya. Bukan hanya melahirkan, tapi juga mengasuh dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Tanpa ibu, seorang anak mungkin tak akan tumbuh menjadi manusia sempurna. Bukannya menyepelekan keberadaan seorang ayah atau bapak, tapi memang faktanya peran ibu sangat dominan.
Karenanya tak heran, jika Rasul Muhammad pernah menyatakan ibu menempati posisi yang sangat mulia. Beliau mengucapkan bahwa yang ahrus dihormati di dunia ini adalah ibumu, ibumu, ibumu, baru kemudian ayahmu. Itu menunjukkan bahwa kedudukan seorang ibu sangat penting. Karenanya seorang anak memang harus menaruh hormat kepada ibunya.
Selain itu juga ada ungkapan surga berada di bawah telapak kaki ibu. Pernyataan ini memiliki makna yang sangat luar biasa, bahwa memang ibu tidak mungkin menuntun anak-anak ke jalan yang tidak baik atau neraka. Seorang ibu pasti akan menuntun anak-anaknya ke jalan surga, ke jalan kebaikan dengan jejak-jejak langkahnya yang bisa dilihat. Meski sang ibu itu telah meninggalkan dunia, namun jejak langkahnya yang terlihat itu akan memberikan jalan yang terbaik kepada anak-anaknya.
Dalam kehidupan sehari-hari, seorang ibu memang memiliki posisi yang sangat luar biasa. Seorang anak, yang telah lepas atau mandiri dan membentuk keluarga sendiri, ketika datang ke keluarganya, pasti yang pertama dicari adalah ibu, baru ayahnya. Ini tidak bisa dipungkiri, karena memang seorang anak memiliki ikatan emosional yang lebih tinggi dengan ibunya.
Karenanya tak heran, jika ada seorang anak yang tak berbakti kepada orang tuanya, khususnya ibu akan mendapat predikat anak durhaka. Predikat ini sepertinya sangat berat hukumannya, selain di dunia dia akan dikenal tidak baik oleh masyarakat, juga tentunya akan mendapat balasan dari Tuhan. Predikat ini mungkin akan sangat menyakitkan, dan membuat seorang anak tidak akan pernah tidur nyenyak. Apalagi jika predikat ini sengaja dilakukan.
Sungguh hal yang tidak diinginkan seorang ibu, yang anaknya dicap sebagai anak durhaka. Seorang ibu, meski bagaimana pun tidak ingin anaknya dicap sebagai anak durhaka. Meskipun sang anak telah melakkan perbuatan dan tingkah laku yang menyakitkan serta menciderai martabat keluarga, khususnya sang ibu. Sang ibu pasti akan segera memaafkan, ketika sang anak sadar dan tobat untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan dia dicap sebagai anak durhaka. Tobat dari anak durhaka, emnjadi anak yang saleh dan salehah.
Sungguh mulia hati sang ibu, meski sang anak telah berulang kali menyakiti dan membuat susah. Namun tetap saja sayang terhadap anak-anaknya. Bukan hanya sekedar darah daging, tapi juga belahan jiwa. Lihat saja sang ibu, ketika mengasuh anak-anaknya yang masih kecil. Betapa repot dan susahnya, ketika asik-asiknya digendong, tiba-tiba ngompol, buang air besar, Tapi ibu tak pernah marah. Dengan sabar dan kasih sayang, ibu tetap membersihkannya.
Coba lihat ketika sang anak mulai aktif, berbuat yang membahayakan dan ketika diingatkan tak mendengar, sang ibu terus memantau dan menjaganya dengan penuh perhatian. Ibu tak pernah bosan untuk mengajarkan kebaikan, tak pernah putus asa agar anaknya bisa menjadi yang terbaik. Itu semua tetap dilakukan, hingga sang anak beranjak dewasa, dan bahkan mungkin sama-sama dewasa. Rasa cinta dan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya itu itu tak akan pudar seiring berjalannya waktu.
Banyak contoh dan perbuatan ibu yang tak mungkin dilupakan dan selalu menjadi harapan seorang anak. Banyak hal yang tak mungkin dilepaskan begitu saja saat-saat kebersamaan bersama seorang ibu. Keberhasilan seorang anak, tak pernah lepas dari kebersihasilan seorang ibu. Melalui doa-doanya, melalui usaha dan kerja kerasnya, dan tentunya melalu semangat dan motivasi yang ada dan terus diberikannya. Ucapan terima kasih, ucapan syukur dan penghargaan kepada sang ibu, pasti akan selalu keluar dari sang anak, atas apa yang telah diberikan sang ibu.
Karenanya tak heran, jika ada peringatan Hari Ibu, sebagai ucapan terima kasih dan penghargaan kepada kaum ibu. Sementara Hari Bapak atau Hari Ayah tak ada dalam kalender hari besar di Indonesia maupun di dunia. Mungkin sebagian bapak dan ayah merasa tak adil, tak adanya peringatan Hari Ayah atau Hari Bapak tersebut. Namun bagi kaum bapak, tak perlu iri atau risih ketika merayakan Hari Ibu, paling tidak dengan tetap menghormati kaum ibu. Apalagi sang ibu, yang telah melahirkan. Begitu pula dengan istri, yang menjadi ibu atas anak-anaknya. Mereka adalah makhluk yang telah diberi keistimewaan oleh Tuhan, dan termasuk toleransi-toleransi yang tak diberikan kepada kaum Adam. Jadi, Selamat Hari Ibu. (*)

Komentar

Postingan Populer