Tahun Baru, Semangat Baru

Oleh: M Riza Pahlevi

Tahun baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Budaya yang mempunyai kalender tahunan semuanya mempunyai perayaan tahun baru. Hari tahun baru di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Januari, karena Indonesia mengadopsi kalender Gregorian atau Masehi, sama seperti mayoritas negara-negara di dunia.
Tahun 2010 segera berakhir dan berganti menjadi 2011. Ada banyak harapan dan asa di tahun baru ini. Sementara tahun 2010 yang berlalu, menyisakan sejumlah hal yang bisa menjadi catatan dan bahan evaluasi untuk tahun berikutnya. Selama satu tahun, banyak kejadian yang dilalui maupun banyak angan-angan yang belum kesampaian. Sehingga selalu diharapkan dapat terpenuhi di tahun berkiutnya.
Datangnya tahun baru selama ini identik dengan bunyi terompet dan pesta semalam suntuk. Sebuah tradisi yang sudah mendunia, bukan hanya di Indonesia saja. Bahkan masyarakat Indonesia hanya mengikuti tradisi yang sudah mendunia tersebut. Peringatan itu biasanya diwarnai dengan penampilan musik maupun hiburan lainnya di atas sebuh panggung. Juga ada sekelompok pemuda yang melakukan konvoi kendaraan maupun arak-arakan.
Tahun baru ini, atau di Indonesia dikenal sebagai tahun baru Masehi, memang lebih semarak dibandingkan dengan tahun baru Hijriyah atau tahun baru Islam. Selain sudah mendunia, pergantian tahun baru Masehi ini dirayakan masyarakat tanpa memandang agama. Karena memang Indonesia secara resmi menggunakan kalender Masehi dalam perhitungan tahunnya. Sehingga mau tak mau, saat pergantian tahun selalu diperingati, apalagi dalam kelender nasional tahun baru ini dijadikan hari libur nasional atau tanggal merah.
Sementara dalam peringatan tahun baru Hijriyah, lebih banyak diperingati dengan pengajian keagamaan. Sedangkan perayaannya lebih banyak menampilkan kesenian dan kebudayaan yang berbau Islam. Tahun baru Hijriyah ini, oleh pemerintah juga dijadikan hari libur nasional, sebagai penghormatan kepada umat Islam. Begitu juga dengan tahun baru Imlek, tahun abru bagi umat Konghucu, yang sudah dijadikan hari libur nasional.
Pergantian tahun ini sebenarnya bukan hanya sekedar bunyi terompet atau pun pesta semalam suntuk. Tetapi lebih dari itu, ada semangat baru untuk hari esok yang akan datang. Sehingga ada harapan dan semangat baru agar tahun berkiutnya itu lebih baik dari tahun sebelumnya, meskipun dalam prakteknya tidak selalu begitu. Dengan demikian, semangat tahun baru itu sebenarnya bisa muncul setiap peringatan tahun baru, baik tahun baru Masehi, tahun baru Hijriyah maupun tahun baru Imlek.
Dari asa dan semangat itulah, sudah sepantasnya peringatan tahun baru itu mampu memberi makna. Bukan hanya evaluasi diri saja, tapi juga bagi lingkungan masyarakat, termasuk pemerintahan. Bagi diri sendiri, mungkin menjadi kaca yang memperlihatkan seluruh tubuh. Apakah dalam satu tahun belakangan ini sudah menjadi pribadi yang baik, untuk diri sendiri maupun bagi masyarakat. Selanjutnya bagaimana tahun depan, apakah bisa lebih baik dari tahun sebelumnya atau bagaimana. Dalam ajaran Islam, hari esok harus lebih baik dari sekarang. Jika hari ini lebih buruk dari hari sebelumnya, maka termasuk orang-orang yang merugi.
Bagaimana dengan pemerintahan, tentunya juga sama dengan pribadi. Di mana dalam pergantian tahun ini, juga menjadi bahan evaluasi. Di mana pemerintah pada tahun-tahun depan harus bisa memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Jika tidak, maka masyarakat bisa menilai bahwa pemerintahan saat ini telah gagal. Paling tidak, dalam satu periode kepemimpinan dapat dinilai apakah seorang pemimpin, baik presiden, gubernur, bupati atau walikota telah berhasil atau tidak. Masyarakatlah yang menilai, apakah layak diteruskan atau cukup satu periode saja. Masyarakat bisa memilih pengganti pemimpinnya, dari hasil evaluasi selama satu periode kepemimpinannya.
Dalam pemerintahan, yang memang bertugas melayani publik, menjadi semangat baru dengan adanya pergantian tahun. Apalagi pada saat pergantian tahun, juga digedok Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD). Pada saat pembahasan dan penggedogan situlah seharusnya muncul semangat baru untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang terbaik. Anggaran yang berpihak kepada rakyat dan demi kesejahteraan rakyat. Sehingga memasuki tahun baru, memiliki semangat baru untuk hari esok yang lebih baik. (*)

Komentar

Postingan Populer