Pandai Bersyukur

Oleh: M Riza Pahlevi

Bersyukur bukanlah tindakan yang berat dilakukan. Karena ungkapan syukur itu sangat mudah, paling tidak dengan mengucapkan puji syukur, Alhamdulillah. Namun kenyataannya, ungkapan syukur itu kadang terasa berat dilakukan. Syukur itu diucapkan ketika memperoleh kenikmatan, rezeki, maupun lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, ucapan syukur atau terima kasih sudah mulai langka. Anak-anak kecil, anak-anak sekolah rupanya agak sulit untuk mengucapkan kalimat tersebut. Atau mungkin tidak pernah diajarkan oleh guru-gurunya. Padahal ucapan terima kasih itu merupakan salah satu perilaku yang sangat mulia. Bahkan banyak yang tidak tahu betapa pentingnya ucapan syukur dan rasa terima kasih tersebut.
Anak didik yang baru diberi pelajaran, semestinya mengucapkan terima kasih kepada gurunya. Ketika sedang bepergian menggunakan angkot atau tukang becak, ucapan terima kasih perlu disampaikan, tidak hanya pemberian imbalan atas jasanya saja. Begitu juga ketika makan di rumah makan, ucapan terima kasih dan syukur perlu disampaikan saat itu.
Bagi Tuhan, ucapan terima kasih dari hambanya mungkin tidak perlu. Tuhan juga mungkin tidak butuh pujian atas apa yang telah diberikan kepada semua makhluk-Nya. Tuhan juga tidak akan memutus apa yang telah diberikan kepada makhluk-Nya, meskipun makhluk itu tidak pernah bersyukur. Namun ungkapan syukur itu harus tetap diucapkan seorang hamba, sebagai bentuk tingkatan keimanannya.
KH Abdul Aziz Asikin dari Mandiraja, Pemalang, memberikan tausiyah yang sangat sederhana atas ungkapan rasa syukur tersebut. Hanya dengan mengucap syukur Alhmadulillah, tidaklah berat dilakukan, cukup diucapkan setiap saat. Tidak perlu waktu khusus, namun dilakukan terus menerus. Menurutnya, setiap detik kehidupan di dunia ini adalah nikmat Allah yang tak terkira.
Tindak-tanduk manusia setiap detiknya ini selalu diawasi oleh malaikat, yang tidak pernah terlambat untuk mencatat perilaku manusia tersebut. Sehingga sebagai makhluk Tuhan, hendaknya tetap bersyukur atas kehidupan yang diperolehnya saat itu. Apa pun yang diperoleh, apa pun yang diterima, selalu dengan mengucap syukur. Karena tindak-tanduknya diawasi malaikat, karenanya jangan sampai seorang makhluk itu ngresula atau berpikiran buruk atas apa yang diperolehnya saat itu. Karena akan selalu dicatat oleh para malaikat itu.
Beliau mencontohkan kisah seorang Wali Allah, yang karena kecintaannya terhadap Allah, dipastikan dia akan masuk surga. Suatu saat dia bermimpi di hari hisab, dia yang sangat cinta kepada Allah, dengan melakukan segala perintah dan menjauhi larangannya, semestinya masuk surga. Akan tetapi ketika dihisab, ternyata wali itu tidak masuk ahli surga. Justru dimasukkan kelompokkan ahli neraka.
Sang Wali itu pun protes, kenapa dia dimasukkan dalam kelompok ahli neraka. Malaikat menjawab, bahwa kecintaan Wali tersebut ternyata berkurang. Kecintaannya kepada Tuhan telah terbagi terhadap kecintaannya atas anaknya. Diketahui Sang Wali itu sudah puluhan tahun tidak memiliki anak, namun setelah 20 tahun, baru dikaruniai anak. Sehingga kecintaannya terhadap Tuhan pun terbagi dengan kecintaannya terhadap anak.
Sang Wali pun sadar, bahwa kecintaan terhadap Tuhan tidak boleh dibagi dengan yang lain. Karenanya, jika anak yang didambakan selama puluhan tahun menjadi penghalang kecintaannya terhadap Tuhan, dia ikhlas anaknya diambil kembali.
Saat Sang Wali terbangun dari mimpinya, ternyata diberi tahu bahwa anaknya yang telah didambakan selama puluhan tahun jatuh dari lantai dua dan meninggal. Sang Wali pun mengucapkan syukur Alhamdulillah.
Bagi kita orang awam, tingkah Sang Wali itu mungkin tak masuk akal. Masa anaknya meninggal malah mengucap syukur Alhamdulillah, bukannya bersedih. Sang Wali mungkin sedih, namun uangkapan rasa syukur itu menajdi pegangan dia sehari-hari, bahwa apa yang diberikan, apa yang didapat adalah pemberian Tuhan.
Makna dari kisah ini, intinya adalah bahwa kita harus pandai bersyukur dalam keadaan apa pun. Ketiak kita ditimpa bencana, kita harus tetap bersyukur. Apalagi jika diberi kenikamatan, ungkapan syukur itu perlu diwujudkan. Tidak hanya dalam ucapan syukur Alhamdulillah saja, tapi juga dengan tindakan dan tingkah laku yang mengaplikasikan rasa syukur itu. Alhamdulillah. (*)

Komentar

Postingan Populer