Mengejar Impian

Ribuan siswa-siswi SMA, SMK dan MA Sabtu (26/5) gegap-gempita menerima pengumuman hasil UN. Hanya sebagian kecil saja yang kecewa, karena dinyatakan tidak lulus. Mereka yang dinyatakan lulus, ada yang langsung sujud syukur, ada pula yang langsung berjingkrak-jingkrak kegirangan. Selain itu, ada juga yang mengekspresikan kegembiraannya dengan corat-coret baru dan dilanjutkan konvoi sepeda motor.
Himbauan Dinas Pendidikan untuk tidak melakukan aksi corat-coret baju dan konvoi, banyak yang tidak menggubrisnya. Meski aparat keamanan sendiri sudah mengantisipasi, yakni dengan menerjunkan sejumlah petugas ke sejumlah sekolah. Namun aksi anak-anak bandel itu tetap saja berlangsung, meski secara sembunyi-sembunyi. Aksi itu tidak dilakukan di jalan protokol kota, tetapi sudah bergeser ke sejumlah jalan desa, hanya sekedar untuk melampiarkan kegembiraannya.
Euforia siswa-siswi SMA, SMK dan MA ini memang wajar. Betapa tidak, setelah tiga tahun belajar, nasib mereka hanya ditentukan melalui hasil Ujian Nasional (UN). Meskipun selama tiga tahun dinilai berhasil dan baik, namun jika salah satu mata pelajaran UN ada yang tidak lulus, maka akan sia-sia saja. Itulah pernak-pernik pasca kelulusan, yang memang ditunggu-tunggu.
Namun pasca kelulusan ini, ada pertanyaan besar di depan mata mereka. Setelah lulus, hendak kemana? Melanjutkan ke perguruan tinggi, tentu itu pilihan bagi mereka yang orang tuanya secara materi mampu. Bagi mereka yang masuk kategori kurang mampu, tentu akan pikir-pikir untuk kuliah. Mereka bisa kuliah jika ada orang tua asuh atau pun beasiswa dari pemerintah atau pun lembaga yang peduli. Itu pun harus disertai dengan syarat mereka benar-benar berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Bagaimana dengan mereka yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi? Selain ada yang langsung bekerja, ada juga yang menjadi pengangguran. Di antara pengangguran itu, sebagian malah dikawinkan oleh orang tuanya, khusus yang putri. Bagi sebagian orang tua, mungkin dengan mengawinkan anaknya, maka tanggung jawab dia sebagai orang tua mungkin berkurang. Karena anaknya sudah ada yang bertanggung jawab, yakni suaminya.
Ketiga pilihan ini, melanjutkan ke perguruan tinggi, bekerja atau menganggur, adalah pilihan yang tidak bisa ditolak pasca kelulusan. Namun itu semua harus dijalani setiap lulusan SMA, SMK dan MA. Dari situ, nantinya akan menentukan masa depan yang bersangkutan. Apakah akan menjadi seorang yang sukses atau tidak. Kalau bicara masalah pengangguran, tidak hanya lulusan SMA, SMK dan MA saja, yang sudah lulus sarjana kemudian menganggur juga sangat banyak. Tentu hal ini menjadi keprihatinan semua elemen, khususnya pemerintah.
Bagi yang berpikir kritis dan kreatif, maka pasca kelulusan adalah pengimplementasian dari impiannya dulu ketika masih duduk di bangku sekolah. Mengejar impian, untuk menentukan masa depan mereka sendiri. Tentunya, yang memiliki impian yang tinggi, salah satunya dilalui dengan berkualih terlebih dahulu. Atau bagi mereka, yang begitu lulus SMK langsung bekerja, maka itulah impiannya. Dan itu bisa dilanjut dengan impian berikutnya, bekerja sambil kuliah.
Impian untuk mewujudkan cita-citanya, memang banyak ragam dan langkahnya. Setiap orang memiliki ciri dan langkah masing-masing untuk menuju impiannya tersebut. Karenanya, meski hanya impian, impikanlah setinggi langit, sehingga paling tidak ada upaya dan usaha untuk meraihnya. Entah nantinya jadi apa, yang penting sekarang ini harus memiliki impian yang tinggi. Impian untuk dikejar sepanjang hidupnya. (*)

Komentar

Postingan Populer