Aksi Koboy Bersenjata

Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dihindarkan, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Dengan teknologi itu, segala peristiswa di belahan dunia mana pun akan dengan cepat dilihat secara langsung. Bukan hanya jurnalis saja yang bisa menyiarkan suatu peristiswa dalam bentuk berita melalui media yang ada, masyarakat awam pun bisa turut memberikan informasi dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Baik melalui foto maupun video, yang setiap saat bisa di-up load media jejaring sosial.
Seperti aksi koboy seorang aparat keamanan, yang terjadi di Palmerah Jakarta. Dengan congkak dan sombongnya, menodongkan senjata api yang dimilikinya kepada warga hanya gara-gara masalah sepele, serempetan mobil dan motor. Aksi koboy aparat keamanan ini menjadi pembicaraan menarik setelah seseorang meng-up load video tersebut ke you tube. Ratusan ribu orang yang yang penasaran dengan aksi koboy aparat keamanan itu pun melihat langsung video tersebut.
Banyak komentar sinis terhadap aksi koboy tersebut. betapa tidak, hanya karena masalah sepele saja, seorang oknum berpangkat kapten itu menodongkan senjata kepada warga sipil. Alih-alih untuk menakuti warga, oknum tersebut membela diri. Namun pembelaan yang disampaikan itu seakan untuk penyelematan dirinya setelah aksinya itu dilihat ratusan ribu orang yang melihat di youtube dan juga jejaring sosial yang beredar.
Banyak yang mempertanyakan, bukankah aparat negara dibiayai rakyat untuk mengamankan negara dan warganya. Senjata yang dibiayai dari rakyat itu tentu bukan untuk menakut-nakuti atau bahkan membunuh warganya sendiri. Sehingga tidak heran, komentar pun muncul terkait dengan aksi koboy oknum aparat tersebut. Banyak yang menyesalkan aksi koboy itu, karena aksi itu tidak pantas ditunjukkan seorang aparat negara. Aparat bukan preman, yang setiap ada masalah diselesaikan dengan cara kekerasan.
Tentu saja, aksi oknum parat itu tidak bisa dibenarkan. Apalagi jika kasus yang dialaminya masalah sepele, serempetan kendaraan di jalan raya yang padat. Bukannya saling memahami kondisi yang ada, tetapi malah saling emosi dan melakukan aksi koboy dengan menenteng pistol layaknya koboy di padang pasir. Indonesia adalah negara hukum, ketika ada persoalan yang harus diselesaikan, maka diselesaikan secara hukum. Bukan dengan aksi kekerasan yang dipertontonkan di depan masyarakat.
Kalau sudah begini, hanya permintaan maaf dan mengaku khilaf saja oknum tersebut beralasan. Ketika masyarakat sudah mencemooh dan mencerca aksi koboy itu, barulah dia sadar, bahwa karirnya terancam. Beragam cara dilakukan untuk membuat alasan pembenar, bukannya sadar dan minta maaf atas kesalahannya tersebut.
Saat ini, dengan kemajuan teknologi yang ada, apa pun yang dilakukan seorang pejabat, aparat negara, pasti akan dengan mudah dipantau. Apa pun yang tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang aparat negara, pejabat negara maupun publik figur, pasti akan mendapat perhatian luas masyarakat. Apalagi ini menyangkut aksi seorang aparat negara yang kelewatan dan berlebihan, dengan aksi layaknya seorang koboy.
Sebelumnya, seorang pejabat publik, anggota DPR yang dengan sengaja merekam hubungan intimnya dengan kamera hand phone, juga menjadi pembicaraan hangat. Diduga videu mesum tersebut dilakukan anggoat DPR dengan seorang pria. Meski telah dibantah, namun banyak yang percaya itu adalah anggota DPR. Tentu saja, BK DPR pun harus melakukan penyelidikan atas kasus tersebut.
Banyaknya fenomena tersebut, menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, saat ini sangat vital. Perilaku-perilaku yang tidak sepatutnya dilakukan di depan umum, apalagi itu perilaku pribadi yang sangat rahasia, sangat tidak layak direkam dengan teknologi itu. Begitu pula dengan perilaku para pejabat di mana pun, pasti akan dipantau secara langsung oleh masyarakat dengan memanfaatkan teknologi tersebut. Teknologi, ternyata juga menjadi alat pemantau yang efektif. (*)

Komentar

Postingan Populer