Strategi Politik
Dunia politik tidak lepas dari siasat atau strategi. Di mana seseorang atau lembaga politik yang sedang memiliki agenda politik, pasti menggunakan strategi politik agar tujuannya tercapai. Strategi politik inilah yang nantinya akan menentukan seseorang atau lembaga politik itu bisa mencapai tujuannya atau tidak. Namun sebuah strategi politik yang sama, belum tentu bisa menghasilkan kemenangan jika diterapkan di daerah lain.
Dalam beberapa kasus, strategi politik itu menggunakan metode menghalalkan segala cara. Apa saja dilakukan, agar tujuannya tercapai. Bila perlu mengorban orang lain, atau bahkan masyarakat yang dikorbankan untuk memenangi kursi kekuasaan. Karena memang tujuan utama dari politik adalah kekuasaan. Siapa pun yang masuk ke dunia politik, tidak lain tujuannya adalah kekuasaan.
Namun tidak semua strategi politik yang dilakukan itu menggunakan metode menghalalkan segala cara tersebut. Karena dalam politik, juga ada etikanya. Ini yang membatasi seorang politisi untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Meski saat ini, sepertinya etika politik cenderung disepelekan, bahkan diacuhkan. Akibatnya banyak perilaku politisi yang menggunakan metode menghalalkan segala cara.
Dalam sistem politik demokrasi, strategi politik yang cantik dan santun, biasanya akan meraih kemenangan dan meraih kekuasaan. Di situ, seseorang politisi akan dinilai kehebatannya, dan diakui sebagai seorang politisi tulen. Bahkan dari kelihaiannya membuat strategi politik, dia bisa menghasilkan seni berpolitik.
Sementara seorang politisi yang menggunakan metode menghalalkan segala cara, cenderung akan melahirkan kekuasaan yang otoriter. Di mana dia akan melakukan langkah-langkah politik untuk merebut kekuasaan, seperti kudeta misalnya. Hal itu bisa saja terjadi, jika langkah yang dia lakukan sudah mentok dan tidak mungkin dia memenangkan pertandingan politik yang dijalankan. Seperti dalam kasus di Myanmar, yang sampai sekarang dikuasai junta militer. Serta di negara-negara lain yang diwarnai dengan kudeta.
Di Indonesia, strategi politik yang digunakan Partai Komunis Indonesia (PKI) juga menggunakan metode menghalalkan segala cara tersebut. Meski akhirnya bisa digagalkan, dengan segala cara juga. Zaman Orde Baru juga, Soeharto juga berupaya menggunakan segala cara, agar kepemimpinannya bisa langgeng. Meski akhirnya harus turun pada 1998, dengan gerakan reformasi yang disokong mahasiswa.
Tanpa strategi politik, sepertinya seorang politisi pasti akan gagal meraih cita-citanya. Meski dia seorang yang jujur, adil dan mendapat dukungan dari banyak orang, namun jika tidak melakukan langkah-langkah politik yang strategis, dia bisa kehilangan kekuasaan yang diraihnya. Dalam beberapa peristiwa, seseorang melakukan langkah mundur sebagai strategi politik. Dengan strategi tersebut, dia berharap akan memperoleh popularitas dan pada akhirnya akan merebut simpati masyarakat.
Strategi politik ini, setiap saat bisa berubah, sesuai dengan keadaan politik yang terjadi setiap saat. Saat ini mungkin bisa terlihat mesra bergandengan, namun siapa tahu di baliknya ada strategi politik yang dimainkan. Sehingga strategi politik yang dimainkan tidak terlihat, tiba-tiba saja berbalik arah dan menyerang rekan seperjalanannya. Itulah politik.
Dalam hal ini, seorang politisi bisa dilihat kemampuannya dalam berpolitik. Apakah dia seorang politisi yang ulung atau politisi anyaran. Seorang politisi yang ulung, dalam membuat strategi politik tidak akan diketahui ornag lain, sebelum dia melakukan langkah-langkah politik. Seorang politisi anyaran, biasanya gerakan politiknya mudah dibaca.
Strategi politik, memang tidak bisa dipelajari melalui buku-buku politik. Tetapi dilakukan secara otodidak, praktek langsung dalam politik praktis yang diikutinya. Pengalaman politik menjadi sangat penting dalam penyusunan sebuah strategi politik, untuk memenangkan suatu pertarungan politik. Satu-satunya untuk melihat, apakah seseorang melakukan strategi politik, adalah selalu mewaspadai atau mempertanyakan langkah politik lawan-lawannya. Bahwa dalam politik tidak ada kawan abadi adalah benar. Yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Itu prinsip dasar strategi dan ilmu politik. (*)
Dalam beberapa kasus, strategi politik itu menggunakan metode menghalalkan segala cara. Apa saja dilakukan, agar tujuannya tercapai. Bila perlu mengorban orang lain, atau bahkan masyarakat yang dikorbankan untuk memenangi kursi kekuasaan. Karena memang tujuan utama dari politik adalah kekuasaan. Siapa pun yang masuk ke dunia politik, tidak lain tujuannya adalah kekuasaan.
Namun tidak semua strategi politik yang dilakukan itu menggunakan metode menghalalkan segala cara tersebut. Karena dalam politik, juga ada etikanya. Ini yang membatasi seorang politisi untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Meski saat ini, sepertinya etika politik cenderung disepelekan, bahkan diacuhkan. Akibatnya banyak perilaku politisi yang menggunakan metode menghalalkan segala cara.
Dalam sistem politik demokrasi, strategi politik yang cantik dan santun, biasanya akan meraih kemenangan dan meraih kekuasaan. Di situ, seseorang politisi akan dinilai kehebatannya, dan diakui sebagai seorang politisi tulen. Bahkan dari kelihaiannya membuat strategi politik, dia bisa menghasilkan seni berpolitik.
Sementara seorang politisi yang menggunakan metode menghalalkan segala cara, cenderung akan melahirkan kekuasaan yang otoriter. Di mana dia akan melakukan langkah-langkah politik untuk merebut kekuasaan, seperti kudeta misalnya. Hal itu bisa saja terjadi, jika langkah yang dia lakukan sudah mentok dan tidak mungkin dia memenangkan pertandingan politik yang dijalankan. Seperti dalam kasus di Myanmar, yang sampai sekarang dikuasai junta militer. Serta di negara-negara lain yang diwarnai dengan kudeta.
Di Indonesia, strategi politik yang digunakan Partai Komunis Indonesia (PKI) juga menggunakan metode menghalalkan segala cara tersebut. Meski akhirnya bisa digagalkan, dengan segala cara juga. Zaman Orde Baru juga, Soeharto juga berupaya menggunakan segala cara, agar kepemimpinannya bisa langgeng. Meski akhirnya harus turun pada 1998, dengan gerakan reformasi yang disokong mahasiswa.
Tanpa strategi politik, sepertinya seorang politisi pasti akan gagal meraih cita-citanya. Meski dia seorang yang jujur, adil dan mendapat dukungan dari banyak orang, namun jika tidak melakukan langkah-langkah politik yang strategis, dia bisa kehilangan kekuasaan yang diraihnya. Dalam beberapa peristiwa, seseorang melakukan langkah mundur sebagai strategi politik. Dengan strategi tersebut, dia berharap akan memperoleh popularitas dan pada akhirnya akan merebut simpati masyarakat.
Strategi politik ini, setiap saat bisa berubah, sesuai dengan keadaan politik yang terjadi setiap saat. Saat ini mungkin bisa terlihat mesra bergandengan, namun siapa tahu di baliknya ada strategi politik yang dimainkan. Sehingga strategi politik yang dimainkan tidak terlihat, tiba-tiba saja berbalik arah dan menyerang rekan seperjalanannya. Itulah politik.
Dalam hal ini, seorang politisi bisa dilihat kemampuannya dalam berpolitik. Apakah dia seorang politisi yang ulung atau politisi anyaran. Seorang politisi yang ulung, dalam membuat strategi politik tidak akan diketahui ornag lain, sebelum dia melakukan langkah-langkah politik. Seorang politisi anyaran, biasanya gerakan politiknya mudah dibaca.
Strategi politik, memang tidak bisa dipelajari melalui buku-buku politik. Tetapi dilakukan secara otodidak, praktek langsung dalam politik praktis yang diikutinya. Pengalaman politik menjadi sangat penting dalam penyusunan sebuah strategi politik, untuk memenangkan suatu pertarungan politik. Satu-satunya untuk melihat, apakah seseorang melakukan strategi politik, adalah selalu mewaspadai atau mempertanyakan langkah politik lawan-lawannya. Bahwa dalam politik tidak ada kawan abadi adalah benar. Yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Itu prinsip dasar strategi dan ilmu politik. (*)
Komentar
Posting Komentar