Sumpah Pemuda

Oleh: M Riza Pahlevi

Setiap tanggal 28 Oktober selalu diperingai sebagai Hari Sumpah Pemuda. Ya, karena pada tanggal 28 Oktober 1928 atau 82 tahun lalu, sejumlah elemen pemuda dari berbagai wilayah dan suku melakukan sumpah. Sumpah ini bukan sembarang sumpah, apalagi sumpah serapah. Namun sumpah pemuda untuk menjadi satu, satu Indonesia.
Dengan sumpah tersebut, cita-cita untuk menuju Indonesia merdeka pun bisa diwujudkan. Indonesia berhasil merdeka dari tangan penjajah pada 17 Agustus 1945. Tanpa sumpah itu, kecil kemungkinan Indonesia bisa merdeka, yang sekarang kita nikmati bersama ini. Tanpa sumpah itu, tak mungkin ada Indonesia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, dari Sabang sampai Merauke.
Kini, setelah 82 tahun, apakah sumpah itu masih dipegang oleh para pemuda Indonesia? Apakah semangat sumpah pemuda itu masih menyala di dada para pemuda? Atau pertanyaan ekstrimnya, apakah pemuda Indonesia tahu dan mengerti arti sumpah pemuda 1928 itu?
Atau barang kali hanya akan ada ucapan, bahwa itu hanya sumpah para pemuda saat itu. Yang tentunya itu hanya berlaku bagi mereka sendiri, tanpa mengikat pemuda-pemuda sekarang. Toh, mereka para pemuda saat itu sekarang sudah tua-tua, tidak muda lagi.
Tak perlu dijawab memang, kalau pemuda sekarang ini misalnya sudah tidak lagi memiliki semangat sumpah pemuda. Tak pelru melihat isi dada para pemuda itu, apakah masih ada nyala semangat sumpah pemuda. Atau bahkan pemuda sekarang ini tidak tahu dan tidak mengerti arti sumpah pemuda yang telah usang dan hanya menjadi catatan sejarah di buku-buku sekolah saja.
Lihat saja tingkah polah remaja sekarang, lihat saja tampang pemuda masa kini. Simak saja percakapan mereka, lihat isi tas mereka dan dompetnya. Semuanya bisa diketahui, kalau semangat sumpah pemuda yang telah dikumandangkan itu tak lagi berbekas.
Untuk sekedar hapal saja, mungkin hanya satu dua saja yang bisa. Sementara yang memahami maknanya, mungkin satu diantara seribu muda-mudi yang ada. Apalagi menjalankan makna yang dikandung maksud dari sumpah pemuda tersebut.
Mungkin tidak perlu dihapal, atau tidak perlu dipajang petikan sumpah pemuda tersebut. Tapi yang penting adalah semangat sumpah itu sendiri, bahwa ketika seseorang bersumpah, maka sumpah itu harus benar-benar dijalankan. Bukan hanya sekedar diucapkan, apalagi hanya sekedar untuk tipu-tipu. Karena sumpah adalah pengikatan janji, antara hati dan jati diri, antara niat dan tabiat, antara aku dan perilaku.
Kini setelah 82 tahun berlalu, kiranya tidak perlu lagi kita bersumpah seperti para pemuda zaman dulu. Namun bersumpah untuk mewujudkan makna dari sumpah yang telah dilakukan para pemuda saat ini.
Bersumpah untuk tetap menjaga tanah air Indonesia, bersumpah untuk tetap menjadi bangsa yang satu bangsa Indonesia dan bersumpah menjunjung bahasa bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Tak salah juga, jika ucapan sumpah para pemuda saat itu kita baca dan dengarkan kembali. Sampai sejauh mana ruh sumpah itu merasuki raga dan pikir kita. Mari bersumpah!
SOEMPAH PEMOEDA
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA (*)

Komentar

Postingan Populer