Musibah Transportasi

Musibah Transportasi
Oleh: M Riza Pahlevi

Baru saja terjadi kecelekaan kereta api, dua kereta api bertabrakan. Atau tepatnya satu kereta menyeruduk dari belakang kereta yang tengah berhenti di Stasiun Petarukan, Kabupaten Pemalang. Puluhan korban tewas dan lainnya pun terluka, informasi terakhir ada 36 korban tewas yang dirujuk di RS dr Ashari Pemalang.
Peristiswa ini juga mengingatkan kejadian serupa di Stasiun Ketanggungan, Kabupaten Brebes beberapa tahun lalu. Saat itu, puluhan korban juga tewas terjepit gerbong kereta yang terbuat dari baja. Begitu juga dengan peristiswa yang sama, yang juga menelan puluhan korban di tempat yang berbeda.
Itu kecelakaan kereta, salah satu sarana transportasi rakyat yang dianggap paling aman. Namun tetap saja terjadi kecelakaan, yang diakibatkan masalah teknis, human error maupun bencana. Semuanya bisa terjadi dan tak terduga, kapan saja, di mana saja dan bisa menimpa siapa saja. Siapa yang mau disalahkan?
Begitu juga dengan saran transportasi yang lain, baik di darat maupun udara dan laut. Semua perisitiswa tragis itu bisa saja terjadi. Kecekaan di darat, boleh jadi yang paling banyak terjadi, bahkan hampir setiap hari. Khususnya kecelakaan lalu lintas di jalan raya, yang jika dihitung total jumlah korbannya tak kalah dengan peristiswa tragis ini.
Kecelakaan di udara, juga sering terjadi, bahkan sekali terjadi, bisa saja ratusan penumpangnya jadi korban. Dalam beberapa peristiswa, koban dan bangkai pesawatnya kadang tidak ditemukan. Bisa hancur berkeping-keping atau tenggelam di laut.
Sarana transportasi laut pun tak lepas dari musibah. Ada tenggelam karena kelebihan muatan, ada yang tenggelam karena topan atau abdai, ada yang tenggelam karena ombak dan gelombang, bahkan karena perompakan. Semuanya bisa terjadi. Dan korbannya pun tidak kalah banyak dengan peristiswa kecelakaan transportasi didarat dan di udara.
Faktor-faktor seperti masalah teknis, human error maupun bencana, bisa menajdi penyebab itu semua. menjadi perbincangan dan pemberitaan pasca kejadian, dan semuanya dikaji oleh lembaga yang berkompenten.
Pasca kejadian ini, sejumlah pihak mulai mencari kesalahan. Kalau yang salah ini, yang harus bertanggung jawab itu, ini harus mundur, itu harus dicopot. Begitu sejumlah berita maupun komentar atas peristiswa tersebut.
Tentu, tidak salah juga mereka yang berkomentar seperti itu, tapi yang paling utama bagaimana upaya tercepat dalam mengatasi musibah tersebut. Bagaimana korban cepat tertangani, khususnya yang terluka, baik yang parah maupun luka ringan. Mereka yang tewas segera didentifikasi dan pihak keluarga dihubungi secepatnya. Dan upaya itu semua harus ada yang bertanggung jawab, entah itu PT KAI atau pun pemerintah secara umum. Yang jelas, segera selesaikan hal-hal yang mendesak itu.
Kemudian yang selanjutnya adalah secepatnya memulihkan sarana transportasi tersebut. Agar tidak mengganggu sarana transportasi secara keselurahan, yang justru bisa berakibat fatal dalam sistem perekonomian masyarakat.
Setiap suatu peristiswa, pasti ada hikmahnya. Begitu kata orang yang lain. Bagaimana mencari solusi yang tepat, agar perisitiswa yang pahit itu bisa diminimalisir, untuk tidak mengatakan menghilangkannya. Karena bagaimana pun, peristiwa musibah transportasi pasti akan terjadi, baik di darat, udara maupun di laut.
Bagaimana menciptakan manajemen yang sempurna, bagaimana menyiapkan sarana transportasi yang memadai, serta menyiapkan SDM yang handal. Itu bisa menajdi salah satu solusi yang harus diberikan secepatnya. Efeknya yang lain, mungkin bisa mencopot atau mengganti pejabat yang bertanggung jawab. Itu pun dikaji secara cermat, apa karena kesalahnnya atau karena yang lain. Begitu pula seorang pejabat yang salah, hendaknya secara legawa mau mengundurkan diri, sebagai bentik evaluasi atas kinerja dirinya. Semoga, tak banyak lagi korban akibat musibah trasportasi. (*)

Komentar

Postingan Populer