Antara Mobdin dan Sekolah Rusak
Oleh: M Riza Pahlevi
Pemerintah Kabupaten Brebes diberitakan tahun ini kembali menganggarkan dana miliaran rupiah untuk pengadaan mobil dinas (mobdin) yang baru. Dari dari Bagian Umum Setda, tahun 2011 disediakan Rp 1,7 miliar untuk pengadaan 10 unit mobdin baru. Sementara di sisi lain, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, ada sekitar 500 ruang kelas Sekolah Dasar yang kondisinya rusak parah.
Lantas apa hubungannya antara mobdin baru dengan sekolah rusak? Apakah gara-gara mobdin baru, lantas sekolah jadi rusak. Atau justru gara-gara sekolah rusak, maka perlu diadakan mobdin baru. Logika seperti itu nampaknya tidak nyambung. Atau memang tidak ada hubungannya sama sekali, karena memang tidak nyambung atau bagaimana?
Di satu sisi, pejabat pemerintah memang membutuhkan sarana mobilitas untuk turun ke lapangan, mengecek kondisi yang ada. Sehingga nantinya akan muncul kebijakan yang dibutuhkan masyarakat. Tanpa sarana mobilitas yang memadai, pejabat pemerintah tidak mungkin akan tahu kondisi yang terjadi sesungguhnya. Bahwa prinsip asal bapak senang, sekarang ini tidak berlaku lagi kan, sehingga sang bapak pun harus turun ke lapangan untuk mengecek langsung. Bukankah begitu?
Salah satu contohnya mungkin kondisi ratusan ruang kelas sekolah yang rusak. Lantaran kurangnya mobilitas pejabat yang terkait, termasuk pejabat wakil rakyat di DPRD, sehingga tidak tahu ada sekolah yang rusak. Bahkan sama sekali tidak dilirik, yang terbukti tidak dianggarkan sama sekali untuk mengatasi sekolah-sekolah yang rusak tersebut. Anggarannya nol rupiah, begitu penjelasan dari pejabat di Dinas Pendidikan.
Karenanya untuk mengetahui kondisi di lapangan yang sesungguhnya, Pemkab pun memberikan fasilitas yang baru, yang lebih mobil hingga mampu menembus medan yang berat. Seperti di pelosok-pelosok pedesaan yang sulit dijangkau, di pucuk-pucuk gunung yang sulit untuk dilalui dengan kendaraan. Yah, dengan mobil dinas baru, para pejabat akan melihat langsung kondisi yang terjadi di lokasi-lokasi yang sulit tersebut. Sehingga nantinya diharapkan akan memunculkan kebijakan yang dibutuhkan masyarakat yang dikunjunginya tersebut.
Kesimpulan sementara, hubungan antara pengadaan mobil dinas yang baru dengan sekolah yang rusak sangat positif. Di mana pejabat yang memiliki mobil baru, pasti akan turun ke lapangan untuk mengetahui kondisi secara langsung. Tanpa mobil baru, kan tidak mungkin bisa diketahui. Seperti ungkapan asal bapak senang, sekarang ini kan sudah tidak berlaku lagi.
Tapi kesimpulan sementara ini pasti banyak yang protes. Mestinya pertanyaan yang diajukan bukan apa hubungan antara mobdin baru dengan sekolah rusak. Tetapi mungkin pertanyaan yang tepat adalah, penting mana pengadaan mobdin baru dengan rehab sekolah yang rusak? Bagi yang menjawab penting mobidn, pasti akan memberikan alasan seperti yang disebutkan di atas.
Namun bagi yang mengatakan penting perbaikan sekolah rusak, pasti akan menjawab dengan sejumlah alasan. Antara lain, bahwa mobdin baru bukan kebutuhan mendesak pejabat, toh mereka selama ini sudah memiliki mobdin yang masih layak. Hanya saja mungkin kurang baru atau kurang mewah, masa seorang pejabat eselon II cukup dengan Avanza atau Xenia saja. Selain itu, tanpa turun langsung ke lapangan pun, para pejabat pasti tahu data yang ada di lapangan seperti apa. Karena masing-masing SKPD pasti memiliki tenaga teknis yang bertugas hingga sampai ke pelosok yang dimaksud. Selain itu, pengelola sekolah maupun masyarakat juga pasti akan melaporkan melalui dinas yang terkait.
Sebenarnya, tidak perlu diperdebatkan hubungan atau pun pentingnya pengadaan mobdin baru maupun rehabilitasi sekolah yang rusak tersebut. Toh, semuanya dibiayai dari negara dan semuanya dibutuhkan serta saling menunjang. Jadi ngapain menghubung-hubungkan masalah itu. Toh itu sudah diatur dalam perencanaan pembangunan yang digelar secara rutin setiap tahun, baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten. Jadi, pemerintah sudah tahu betul, mana yang prioritas dan mana yang tidak. Mobdin adalah prioritas utama dan sekolah rusak bukan prioritas utama saat ini. Mungkin akan diprioritaskan tahun depan, dengan perencanaan yang lebih matang. Tahun depan, entah tahun depan kapan! (*)
Pemerintah Kabupaten Brebes diberitakan tahun ini kembali menganggarkan dana miliaran rupiah untuk pengadaan mobil dinas (mobdin) yang baru. Dari dari Bagian Umum Setda, tahun 2011 disediakan Rp 1,7 miliar untuk pengadaan 10 unit mobdin baru. Sementara di sisi lain, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, ada sekitar 500 ruang kelas Sekolah Dasar yang kondisinya rusak parah.
Lantas apa hubungannya antara mobdin baru dengan sekolah rusak? Apakah gara-gara mobdin baru, lantas sekolah jadi rusak. Atau justru gara-gara sekolah rusak, maka perlu diadakan mobdin baru. Logika seperti itu nampaknya tidak nyambung. Atau memang tidak ada hubungannya sama sekali, karena memang tidak nyambung atau bagaimana?
Di satu sisi, pejabat pemerintah memang membutuhkan sarana mobilitas untuk turun ke lapangan, mengecek kondisi yang ada. Sehingga nantinya akan muncul kebijakan yang dibutuhkan masyarakat. Tanpa sarana mobilitas yang memadai, pejabat pemerintah tidak mungkin akan tahu kondisi yang terjadi sesungguhnya. Bahwa prinsip asal bapak senang, sekarang ini tidak berlaku lagi kan, sehingga sang bapak pun harus turun ke lapangan untuk mengecek langsung. Bukankah begitu?
Salah satu contohnya mungkin kondisi ratusan ruang kelas sekolah yang rusak. Lantaran kurangnya mobilitas pejabat yang terkait, termasuk pejabat wakil rakyat di DPRD, sehingga tidak tahu ada sekolah yang rusak. Bahkan sama sekali tidak dilirik, yang terbukti tidak dianggarkan sama sekali untuk mengatasi sekolah-sekolah yang rusak tersebut. Anggarannya nol rupiah, begitu penjelasan dari pejabat di Dinas Pendidikan.
Karenanya untuk mengetahui kondisi di lapangan yang sesungguhnya, Pemkab pun memberikan fasilitas yang baru, yang lebih mobil hingga mampu menembus medan yang berat. Seperti di pelosok-pelosok pedesaan yang sulit dijangkau, di pucuk-pucuk gunung yang sulit untuk dilalui dengan kendaraan. Yah, dengan mobil dinas baru, para pejabat akan melihat langsung kondisi yang terjadi di lokasi-lokasi yang sulit tersebut. Sehingga nantinya diharapkan akan memunculkan kebijakan yang dibutuhkan masyarakat yang dikunjunginya tersebut.
Kesimpulan sementara, hubungan antara pengadaan mobil dinas yang baru dengan sekolah yang rusak sangat positif. Di mana pejabat yang memiliki mobil baru, pasti akan turun ke lapangan untuk mengetahui kondisi secara langsung. Tanpa mobil baru, kan tidak mungkin bisa diketahui. Seperti ungkapan asal bapak senang, sekarang ini kan sudah tidak berlaku lagi.
Tapi kesimpulan sementara ini pasti banyak yang protes. Mestinya pertanyaan yang diajukan bukan apa hubungan antara mobdin baru dengan sekolah rusak. Tetapi mungkin pertanyaan yang tepat adalah, penting mana pengadaan mobdin baru dengan rehab sekolah yang rusak? Bagi yang menjawab penting mobidn, pasti akan memberikan alasan seperti yang disebutkan di atas.
Namun bagi yang mengatakan penting perbaikan sekolah rusak, pasti akan menjawab dengan sejumlah alasan. Antara lain, bahwa mobdin baru bukan kebutuhan mendesak pejabat, toh mereka selama ini sudah memiliki mobdin yang masih layak. Hanya saja mungkin kurang baru atau kurang mewah, masa seorang pejabat eselon II cukup dengan Avanza atau Xenia saja. Selain itu, tanpa turun langsung ke lapangan pun, para pejabat pasti tahu data yang ada di lapangan seperti apa. Karena masing-masing SKPD pasti memiliki tenaga teknis yang bertugas hingga sampai ke pelosok yang dimaksud. Selain itu, pengelola sekolah maupun masyarakat juga pasti akan melaporkan melalui dinas yang terkait.
Sebenarnya, tidak perlu diperdebatkan hubungan atau pun pentingnya pengadaan mobdin baru maupun rehabilitasi sekolah yang rusak tersebut. Toh, semuanya dibiayai dari negara dan semuanya dibutuhkan serta saling menunjang. Jadi ngapain menghubung-hubungkan masalah itu. Toh itu sudah diatur dalam perencanaan pembangunan yang digelar secara rutin setiap tahun, baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten. Jadi, pemerintah sudah tahu betul, mana yang prioritas dan mana yang tidak. Mobdin adalah prioritas utama dan sekolah rusak bukan prioritas utama saat ini. Mungkin akan diprioritaskan tahun depan, dengan perencanaan yang lebih matang. Tahun depan, entah tahun depan kapan! (*)
Komentar
Posting Komentar