Kerja, Kerja, Kerja

Kerja, kerja, kerja. Itu kalimat yang selalu ditekan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan. Kalimat itu selalu ditekankan kepada seluruh manajemen BUMN yang ada, bukan hanya yang sudah maju, tetapi juga kepada BUMN yang kembang kempis. Semangat kerja yang didengungkan Dahlan Iskan ini begitu menggema, sehingga mereka yang tidak mau kerja, harus mundur sebelum diundurkan.
Kerja, menjadi kata yang aktif, yang berati terus-menerus untuk berusaha. Tidak ada istilah malas, apalagi takut untuk gagal. Kerja, berarti harus kerja, bukan untuk yang lain. Bekerja sesuai dengan bidang dan kemampuannya. Siapa yang punya keahlian, dan mampu memenuhi harapan dan target, itulah yang bekerja. Sementara mereka yang hanya duduk menunggu laporan, sebetulnya tidak pernah bekerja.
Dahlan Iskan, memang orang yang tak pernah berhenti kerja. Pasca operasi ganti hati yang dilakukan di China pun, dia tetap bekerja. Bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Salah satunya adalah menulis pengalaman yang dilalui pasca operasi ganti hatinya tersebut. Kini, setelah sekian tahun pasca operasi, justru Dahlan Iskan semakin giat bekerja. Mulai dari Direktur PLN, hingga sekarang diangkat menjadi menteri BUMN. Bahkan dengan prestasinya tersebut, Dahlan Iskan banyak disebut oleh para penganggumnya untuk maju menjadi calon presiden.
Kerja Dahlan Iskan, memang bukan kerjaan yang biasa. Namun sering kali, kerja yang dilakukan Dahlan Iskan ini menuai komentar negatif. Meski ribuan kali mendapat komentar positif. Wajar, di tengah sistuasi politik seperti sekarang ini, kalau ada orang yang trennya positif, pasti akan dianggap sebagai orang yang sedang melakukan pencitraan. Berulang kali, Dahlan Iskan menyatakan tidak mau bicara soal calon presiden. Baginya saat ini yang terpenting adalah kerja, kerja dan kerja.
Semangat kerja Dahlan Iskan ini, selalu terekspose, tidak karena dia juga pemilik jawa Pos Group, tetapi karena memang kinerja dia ini banyak dilihat oleh wartawan yang biasa meliput di kantor kementeriannya. Bukan one man show, atau pencitraan, tetapi kerja yang sebenarnya bekerja.
Kerja Dahlan Iskan, seharusnya menjadi penyemangat bagi setiap generasi muda yang ada. Apa yang bisa dilakukan, apa yang bisa dikerjakan, ayo kerja. Walau hanya bisa mencangkul, ayo kerja. Walau hanya bisa bertani, ayo kerja. kerja, kerja, dan kerja. Jangan menyerah sebelum pekerjaan itu dilakukan. Kalau tidak bisa mengikuti etos kerja tadi, maka jangan bekerja. Tidur saja. Gampang.
Kerja, kerja, kerja. Kalimat itu tidak hanya digunakan di kalangan BUMN saja. Tetapi juga bisa diterapkan di semua instansi, baik pemerintah maupun swasta. Apa yang menjadi tugas dan kewajibannya, sudah semestinya dikerjakan dengan baik. Bukan menunggu perintah atasan atau pun setelah pekerjaan itu banyak menumpuk. Satu pekerjaan yang ada, segera kerjakan. Itulah kerja.
Begitu pula bagi mereka yang bergerak di bidang swasta, apa yang ingin dikembangkan saat ini, kerjakan. Setelah kerja, lanjutkan dengan kerja lagi. Selanjutnya, kerja lagi. Jangan memikirkan kemungkinan gagal atau tidak berhasil. Pikirkan keberhasilan yang ada di depan mata. Kalau sudah berpikiran positif, maka hasilnya pun akan positif.
Prinsip kerja Dahlan Iskan, sebenarnya sudah ada dalam ajaran Islam. Di mana Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga kaum itu sendiri yang mengubahnya. Dalam kalimat yang singkat, ajaran itu dimanifestasikan dengan kerja, kerja, kerja. Dengan bekerja, maka keadaan akan berubah. Perubahan itu bukan datang dari langit, tetapi dari hasil kerja sendiri. Itu prinsipnya.
Kerja, kerja, kerja, bukan berati manusia itu harus seperti mesin. Kerja tanpa henti, hanya materi yang dicari, tidak seperti itu yang dimaksudkan Dahlan Iskan. Kerja, kerja dan kerja, juga ada kerja ibadah. Ibadah kepada Tuhan yang telah memberikan akal dan kesehatan hingga bisa bekerja. Kerja selain untuk diri sendiri, dan keluarga, juga kerja untuk Tuhan. Ada juga kerja untuk kesejehteraan bersama, berbagi dengan sesama. (*)

Komentar

Postingan Populer