Lupa Ingatan
Oleh: M Riza Pahlevi
Akhir-akhir ini kita sering membaca atau mendengar berita ada orang yang suka lupa ingatan. Lupa ingatan itu biasanya terjadi pada saat sidang atau pun penyidikan kasus-kasus korupsi. Tentu hal ini sering menjadi tanda tanya, benar-benar lupa ingatan atau sengaja melupakan atau pura-pura lupa.
Seperti misalnya, ketika ditanya apakah yang bersangkutan memberikan uang miliaran rupiah, kepada siapa saja. Ada saja yang menjawab dia lupa, kapan di mana dan kepada siapa, termasuk jumlah persisnya berapa. Sungguh aneh, uang miliaran rupiah bisa lupa atau dilupakan begitu saja. Ataukah memang yang bersangkutan berlebihan uang, hingga pemberian milian rupiah pun tidak diingat.
Bagi kita orang kecil, memberikan uang seribu atau dua ribu rupiah, mungkin mudah dilupakan. Saking seringnya atau juga karena itu adalah pemberian yang ikhlas, hingga kita tidak ingat siapa saja, kapan dan di mana kita memberikan uang tersebut. Tapi kalau sudah jutaan, pasti kita ingat, kepada siapa uang itu diberikan, kapan dan waktunya juga bisa diingat. Saya sendiri tidak akan lupa, ketika misalnya diberi uang Rp 1 miliar oleh seseorang. Tidak akan lupa selama-lamanya, karena jika itu terjadi, mungkin pemberian yang terbesar. Jadi tidak akan dilupakan begitu saja.
Atau mungkin, mereka yang suka lupa itu memang orang sangat ikhlas dalam beramal. Sehingga ketika memberikan uang sampai miliaran itu tidak ingat alias lupa. Sungguh luar biasa. Tapi, apa iya ada orang yang seperti itu di Indonesia? Atau memang ada sesuatu yang negatif dari pemberian itu, sehingga ketika ditanya pura-pura lupa. Biasanya orang yang lupa ingatan dalam hal uang itu, tersandung dalam kasus korupsi. Seperti kasus suap dan sebagainya, yang pada akhirnya merugikan negara.
Kok bisa seperti itu yah... kenapa? Mungkin begitu orang banyak yang bergumam. Sampai-sampai ada yang lupa jalan pulang ke rumah, bahkan negaranya sendiri tidak tahu. Sementara keluarganya sendiri, juga tidak tahu atau memang tidak mau tahu, atau pura-pura tidak tahu. Aneh kan?
Penyakit lupa ingatan ini, selain menjangkiti pelaku korupsi, juga menjangkiti banyak orang yang duduk di bangku legislatif maupun eksekutif. Bahkan ketika diingatkan pun, mereka masih banyak yang bengong atau tidak mendengarkan sama sekali. Atau bahkan ada yang menutup kupingnya rapat-rapat, agar tidak diingatkan dengan janji-janjinya dulu. Sampai-sampai konstituennya pun marah dan berjanji tidak akan memilihnya lagi. Lho, kan?
Makanya, bagi bagi anggota legislatif maupun pejabat eksekutif, saat berkampanye jangan sampai memberikan janji. Karena janji itu pasti akan ditagih, kan ada pepatah, janji adalah hutang. Siapa yang hutang, mestinya membayar hutangnya. Jangan sampai kasus yang berujung kematian terjadi di lingkungan eksekuti dan legislatif, seperti yang menimpa seorang sekjen partai, yang tewas dianiaya debt kolektor.
Kalau sudah lupa ingatan memang sulit untuk memaksanya sadar, apalagi mengakui perbuatannya tersebut dengan terus terang. Beragam cara dan gaya mereka lakukan, agar penyakit lupa ingatannya itu dipercayai. Sehingga tidak lagi ditagih hutang dan janjinya.
Nah, yang lupa ingatan ada juga yang lain. Biasanya sih sang suami, tentunya suami yang nakal. Dulu pas pacaran, taaruf begitu kata ukhti dan akhi, berjanji dengan segala kata-kata romantisnya. Merayu dengan hal-hal indah di depan mata. Namun setelah menikah, jadi lupa ingatan. Tidak ada lagi kata mesra, tidak ada lagi kata sayang. Semuanya jadi lupa, lupa segalanya seperti sebelum menikah.
Mudah-mudahan kita jangan sampai lupa ingatan. Meskipun sebagai manusia wajar, karena manusia itu tempatnya lupa dan salah. Tetapi jangan sampai lupa ingatan itu menjadikan semuanya lupa. Kalau lupanya hanya sebentar, bisa disembuhkan. Kalau sudah lupa semuanya, termasuk siapa dirinya, lupa ingatan itu sangat parah, bisa gila. Tentunya kita tidak ingon disebut orang gila, akibat terlalu banyak lupa ingatan.
Makanya, berhati-hatilah dengan lupa ingatan, jangan sampai kita terlalu banyak lupa atau melupakan dengan sengaja. Khususnya bagi kita yang punya banyak hutang dan janji, jangan anggap enteng hutang dan janji itu. Selain ditagih di dunia ini, jika tidak dibayarkan akan ditagih di akhirat. Mereka yang suka lupa ingatan, akan dipaksa untuk mengingat apa yang telah diperbuatnya. Seluruh anggota abdan menajdi saksi dan semua barang di lingkungannya juga akan bersaksi. Jadi, jangan lupa! (*)
Akhir-akhir ini kita sering membaca atau mendengar berita ada orang yang suka lupa ingatan. Lupa ingatan itu biasanya terjadi pada saat sidang atau pun penyidikan kasus-kasus korupsi. Tentu hal ini sering menjadi tanda tanya, benar-benar lupa ingatan atau sengaja melupakan atau pura-pura lupa.
Seperti misalnya, ketika ditanya apakah yang bersangkutan memberikan uang miliaran rupiah, kepada siapa saja. Ada saja yang menjawab dia lupa, kapan di mana dan kepada siapa, termasuk jumlah persisnya berapa. Sungguh aneh, uang miliaran rupiah bisa lupa atau dilupakan begitu saja. Ataukah memang yang bersangkutan berlebihan uang, hingga pemberian milian rupiah pun tidak diingat.
Bagi kita orang kecil, memberikan uang seribu atau dua ribu rupiah, mungkin mudah dilupakan. Saking seringnya atau juga karena itu adalah pemberian yang ikhlas, hingga kita tidak ingat siapa saja, kapan dan di mana kita memberikan uang tersebut. Tapi kalau sudah jutaan, pasti kita ingat, kepada siapa uang itu diberikan, kapan dan waktunya juga bisa diingat. Saya sendiri tidak akan lupa, ketika misalnya diberi uang Rp 1 miliar oleh seseorang. Tidak akan lupa selama-lamanya, karena jika itu terjadi, mungkin pemberian yang terbesar. Jadi tidak akan dilupakan begitu saja.
Atau mungkin, mereka yang suka lupa itu memang orang sangat ikhlas dalam beramal. Sehingga ketika memberikan uang sampai miliaran itu tidak ingat alias lupa. Sungguh luar biasa. Tapi, apa iya ada orang yang seperti itu di Indonesia? Atau memang ada sesuatu yang negatif dari pemberian itu, sehingga ketika ditanya pura-pura lupa. Biasanya orang yang lupa ingatan dalam hal uang itu, tersandung dalam kasus korupsi. Seperti kasus suap dan sebagainya, yang pada akhirnya merugikan negara.
Kok bisa seperti itu yah... kenapa? Mungkin begitu orang banyak yang bergumam. Sampai-sampai ada yang lupa jalan pulang ke rumah, bahkan negaranya sendiri tidak tahu. Sementara keluarganya sendiri, juga tidak tahu atau memang tidak mau tahu, atau pura-pura tidak tahu. Aneh kan?
Penyakit lupa ingatan ini, selain menjangkiti pelaku korupsi, juga menjangkiti banyak orang yang duduk di bangku legislatif maupun eksekutif. Bahkan ketika diingatkan pun, mereka masih banyak yang bengong atau tidak mendengarkan sama sekali. Atau bahkan ada yang menutup kupingnya rapat-rapat, agar tidak diingatkan dengan janji-janjinya dulu. Sampai-sampai konstituennya pun marah dan berjanji tidak akan memilihnya lagi. Lho, kan?
Makanya, bagi bagi anggota legislatif maupun pejabat eksekutif, saat berkampanye jangan sampai memberikan janji. Karena janji itu pasti akan ditagih, kan ada pepatah, janji adalah hutang. Siapa yang hutang, mestinya membayar hutangnya. Jangan sampai kasus yang berujung kematian terjadi di lingkungan eksekuti dan legislatif, seperti yang menimpa seorang sekjen partai, yang tewas dianiaya debt kolektor.
Kalau sudah lupa ingatan memang sulit untuk memaksanya sadar, apalagi mengakui perbuatannya tersebut dengan terus terang. Beragam cara dan gaya mereka lakukan, agar penyakit lupa ingatannya itu dipercayai. Sehingga tidak lagi ditagih hutang dan janjinya.
Nah, yang lupa ingatan ada juga yang lain. Biasanya sih sang suami, tentunya suami yang nakal. Dulu pas pacaran, taaruf begitu kata ukhti dan akhi, berjanji dengan segala kata-kata romantisnya. Merayu dengan hal-hal indah di depan mata. Namun setelah menikah, jadi lupa ingatan. Tidak ada lagi kata mesra, tidak ada lagi kata sayang. Semuanya jadi lupa, lupa segalanya seperti sebelum menikah.
Mudah-mudahan kita jangan sampai lupa ingatan. Meskipun sebagai manusia wajar, karena manusia itu tempatnya lupa dan salah. Tetapi jangan sampai lupa ingatan itu menjadikan semuanya lupa. Kalau lupanya hanya sebentar, bisa disembuhkan. Kalau sudah lupa semuanya, termasuk siapa dirinya, lupa ingatan itu sangat parah, bisa gila. Tentunya kita tidak ingon disebut orang gila, akibat terlalu banyak lupa ingatan.
Makanya, berhati-hatilah dengan lupa ingatan, jangan sampai kita terlalu banyak lupa atau melupakan dengan sengaja. Khususnya bagi kita yang punya banyak hutang dan janji, jangan anggap enteng hutang dan janji itu. Selain ditagih di dunia ini, jika tidak dibayarkan akan ditagih di akhirat. Mereka yang suka lupa ingatan, akan dipaksa untuk mengingat apa yang telah diperbuatnya. Seluruh anggota abdan menajdi saksi dan semua barang di lingkungannya juga akan bersaksi. Jadi, jangan lupa! (*)
Komentar
Posting Komentar