Catatan Perjalanan Bersama Furqon Tour
Sebuah perjalanan pasti meninggalkan catatan tersendiri bagi setiap orang. Ada yang sekedar menjadi cerita, ada yang hanya menjadi kenangan, ada pula yang menjadi kumpulan foto-foto. Ada yang lucu, ada pula yang membuat berdebar-debar. Bagaimana pun caranya, perjalanan itu pasti menyisakan kenangan yang tak mungkin terlupakan begitu saja.
Dan ini adalah cerita bersama Furqon Tour, biro perjalanan wisata, haji dan umroh. Di bawah bimbingan langsung Direktur Furqon Tour KH Taufik Faizin, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Darul Furqon, Danawarih Tegal.
Perjalanan ini bukan sekedar wisata biasa, tapi perjalanan religi yang penuh dengan cerita Ketuhanan dan Kenabian. Meski perjalanan religi, tapi selalu beriringan dengan cerita-cerita kemanusiaan dan sisi-sisinya. Apalagi ini adalah perjalanan yang cukup jauh dan memasuki negeri orang, yang tidak pernah dijamah sebelumnya, Arab Saudi dengan dua kota sucinya, Makkah dan madinah. Beruntung didampingi langsung oleh pengasuhnya, yang sudah bolak-balik melakukan perjalanan wisata religi ini.
Arab, diidentifikasi sebagai negara dengan suhu udara yang sangat panas. Dan memang panas, suhunya bahkan mencapai 51°© pada siang hari. Namun bukan Arab Saudi jika tidak mampu mengatasi panasnya udara tersebut, termasuk di Makkah dan Madinah. Di beberapa lokasi strategis, seperti Masjid Nabawi, di dalam ruangan semuanya sejuk karena full AC. Sementara di halaman, ada kipas angin yang disertai air (blower), sehingga udara panas sedikit teratasi dengan udara air tersebut. Begitu juga dengan daerah-daerah strategis lain, juga difasilitasi kipas angin berisi air tersebut. Sehingga para peziarah merasa nyaman dan betah.
Ketersediaan air di penginapan atau hotel juga lebih dari cukup. Bahkan, Arab yang dikenal dengan daerah yang tandus, kini banyak dijumpai tanaman yang rindang. Seperti di pedestrian jalan dan lokasi-lokasi yang banyak dikunjungi para peziarah. Bahkan Padang Arafah, tempat wukuf bagi yang melaksanakan ibadah haji, juga sudah rimbun. Tentunya dengan teknologi tertentu agar tanaman itu bisa tumbuh di tempat yang tandus tersebut.
Soal makanan, ini sangat penting, karena untuk bisa menikmati perjalanan, maka makanan harus enak. Bagi sebagian orang, ketika disuguhi makanan yang bukan makanan sehari-hari, bisa bermasalah. Tentu saja makanan harian di Arab berbeda dengan di Indonesia. Meski sama-sama terbuat dari nasi, namun bumbu dan penyajiannya jelas berbeda, hingga rasanya juga berbeda. Meski ada yang bisa menikmati, namun banyak yang tidak bisa menikmati masakan Arab. Sebut saja nasi kebuli, nasi briyani, roti Arab, atau yang pizza Arab, serta sejumlah makanan lainnya. Tidak semua orang bisa menikmati makanan tersebut.
Tapi jangan kuatir, di Arab ini sudah banyak makanan Indonesia, bukan hanya di restoran tempat menginap saja, di beberapa rest area di Arab Saudi juga ada restoran khusus Indonesia. Sehingga bagi warga Indonesia yang sulit mencerna makanan selain makanan Indonesia, sudah teratasi. Ada sayur asem, tempe goreng, sambel terasi, dan makanan Indonesia laiinya, termasuk bubur ayam. Dan ternyata koki dan pelayannya orang Indonesia juga.
Kemudian bagi mereka yang hobi berbelanja, bukan hanya emak-emak saja, bapak-bapaknya, juga dengan mudah mendapatkan barang yang dibutuhkan. Alat pembayarannya pun tidak harus Riyal, tapi Rupiah pun bisa. Para penjualnya juga sudah bisa bahasa Indonesia. Mungkin karena kebanyakan yang hobi belanja orang Indonesia, mereka mau tak mau belajar bahasa Indonesia. Berbagai macam oleh-oleh itu bisa didapatkan di kios-kios yang ada di dalam mall maupun PKL yang tak lepas dari kejaran Satpol PP-nya Arab Saudi.
Pemerintah Arab Saudi juga bertindak cepat dengan menggunakan bahasa Indonesia untuk petunjuk di beberapa fasilitas umum, seperti toilet, tempat-tempat ibadah, dan fasilitas umum lainnya menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia ini wajar, karena sebagian besar yang melakukan perjalanan haji dan umroh berasal dari Indonesia. Mulai dari bandara, di pintu imigrasi, juga sudah ada yang berbahasa Indonesia, hinga para pedagang, selain menawarkan dagangannya dengan bahasa Indonesia, juga menerima pembayaran dengan rupiah. Jadi kalau berwisata ke Arab Saudi seperti berkunjung ke saudara tua, yang lama tak dikunjungi. (*)
Komentar
Posting Komentar