Arah Gerakan Politik Mahasiswa Kini


Setiap masa atau periode pemerintahan selalu memunculkan gerakan mahasiswa. Mulai dari pemerintahan Soekarno, Soeharto, Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Soesilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo. Isu dan target serta strategi yang dibawa pun berbeda-beda. Ada yang berhasil sesuai target, ada juga yang gagal. Ada yang berhasil mempengaruhi opini masyarakat, ada yang sama sekali gagal mempengaruhi opini masyarakat.
Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi aksi gerakan mahasiswa pun berbeda-beda. Mulai dari langkah dialogis, hingga langkah-langkah yang melanggaran undang-undang dan HAM. Namun hingga kini, gerakan mahasiswa masih dibutuhkan masyarakat sebagai agent of change, agen perubahan. Sebagian besar masyarakat masih percaya dengan gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa.
Apa pun isu tujuan dan target gerakan mahasiswa tersebut merupakan gerakan politik mahasiswa. Gerakan politik ini merupakan wujud eksistensi mereka terhadap sistem kemasyarakatan dan kenegaraan. Tanpa ada gerakan politik mahasiswa, negara menjadi dingin. Gerakan politik mahasiswa tidak bisa diartikan sebagai gerakan politik praktis. Namun apakah demikian arah gerakan politik mahasiswa kini?
Pertanyaan ini perlu dianalisis lebih mendalam. Mengingat gerakan mahasiswa yang sekarang muncul tidak berada dalam satu barisan, tidak berada dalam satu isu dan target dari gerakan tersebut. Berbeda dengan gerakan-gerakan mahasiswa tahun 1998 dan sebelumnya. Arah dari gerakan politik itu hampir serupa, meski dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Pemberitaan dari gerakan politik mahasiswa pun tidak semassif seperti sekarang.
Sebelum kemerdekaan, gerakan politik mahasiswa dilakukan untuk memperjuangkan kemerdekaan. Ada yang turun dengan kekuatan bersenjata, ada pula yang turun dengan kekuatan diplomasi. Sedangkan awal-awal kemerdekaan, gerakan mahasiswa dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan. Ada yang turun dengan kekuatan bersenjata, ada pula yang turun dengan gerakan politik praktis. Ada yang pro pemerintah, ada yang tidak setuju dengan cara-cara pemerintah dalam mempertahankan kemerdekaan.
Akhir pemerintahan Soekarno, gerakan politik mahasiswa tertuju pada upaya penyelamatan negara dari gerakan politik yang dilakukan Partai Komunis Indonesia. Gerakan tersebut mendukung pemerintah untuk membubarkan partai tersebut. Gerakan mahasiswa sesudah Orde Lama tumbang berubah. Yakni bagaimana menyelamatkan demokrasi yang dibangun, serta sikap kritis mahasiswa terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
Jika selama Orde Baru gerakan mahasiswa dianggap sebagai musuh negara, maka langkah-langkah yang dilakukan pemerintah pun dengan cara diberangus sampai habis. Karena dianggap sebagai musuh negara, maka yang menghadapi pun bukan polisi, tetapi tentara yang siap perang. Yang terjadi kemudian adalah pemberangusan terhadap gerakan politik mahasiswa. Mulai dari penculikan, penghilangan secara paksa, hingga pidana subversif disangkan kepada para aktivis mahasiswa.
Setelah 32 tahun berkuasa, Soeharto yang otoriter tersebut akhirnya tumbang juga oleh gerakan politik mahasiswa. Gerakan politik mahasiswa ini mulai bergerak mulai tahun 1990-an, meski dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Namun gerakan itu mulai nampak nyata tahun 1996 dan semakin membesar pada 1997 dan 1998. Gerakan ini juga mampu membangun opini kepada seluruh rakyat. Sehingga mereka pun turut serta dalam gerakan yang dikenal dengan gerakan reformasi.
Meski pemerintah sudah berupaya untuk memenuhi tuntutan mahasiswa, namun mahasiswa tetap tidak percaya. Tuntutan pun mengerucut kepada upaya pelengseran Soeharto sebagai Presiden. Yang akhirnya Soeharto pun menyerah pada 21 Mei 1998, dengan menyatakan pengunduran diri sebagai Presiden dan digantikan oleh Wakilnya, BJ Habibie. Meski demikian rezim Habibie tetap mendapat penolakan dari mahasiswa. Sejumlah aksi mahasiswa terus berlangsung selama Habibie berkuasa. Salah satu yang dikritisi adalah lepasnya Timor Timur dengan digelarnya referendum oleh Habibie.
Namun demikian, Rezim Habibie membuka keran demokrasi dengan menggelar Pemilu pada tahun 1999. Gerakan mahasiswa tidak berhenti meski telah terpilih Presiden baru, yakni KH Abdurrahman Wahid alis Gus Dur dan Wakilnya Megawati. Selama periode kepemimpinan Gus Dur, aksi mahasiswa lebih banyak bersifat politik praktis. Di mana kepentingan politik elite lebih banyak bermain melalui gerakan mahasiswa. Hingga akhirnya Gus Dur dijatuhkan oleh elemen-elemen Orde Baru yang masih ingin berkuasa. Megawati pun naik menggantikan Gus Dur.
Pemilu 2004 yang merupakan pemilihan presiden secara langsung, menjadikan SBY-Kalla sebagai presiden dan wakilnya. Aksi-aksi dan gerakan politik mahasiswa tidak sekeras masa Gus Dur. Gerakan politik mahasiswa membawa isu-isu sporadis, yang tidak massif di seluruh kota besar. Pada massa itu sudah mulai muncul gerakan-gerakan mahasiswa yang mengusung khilafah, yang sebenarnya sudah muncul saat reformasi. Mereka bergerak di kampus-kampus dengan gerakan rohisnya, termasuk gerakan Hizbut Tahrir Indonesia.
Pada rezim SBY ini, gerakan mahasiswa yang mengusung khilafah ini semakin membesar dan cenderung dibiarkan. Bahkan beberapa organisasi intra kampus dikuasai aktivis mahasiswa pengusung khilafah. Sebagian dari mereka ada yang bergabung ke partai-partai politik yang berbasis Islam. Namun ada juga yang bergerak melalui organisasi-organisasi yang tergabung dengan gerakan teroris internasional. Dari data yang ada, sebagian besar teroris yang berhasil ditangkap, mereka adalah protolan mahasiswa yang mengusung gerakan khilafah. Sementara kelompok mahasiswa lainnya relatif tidak banyak bergerak.
Selanjutnya pada pemerintahan Jokowi, gerakan mahasiswa cenderung terbagi dalam dua kelompok besar. Yakni kelompok mahasiswa pengusung khilafah dengan embel-embel syariat Islam dan kelompok mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Cipayung, yakni PMII, HMI, GMNI, PMKRI, dan lainnya yang masih mempertahankan NKRI. Mahasiswa kelompok pengusung khilafah selalu membawa isu khilafah sebagai solusi atas berbagai persoalan bangsa. Bahkan untuk mengatasi kebakaran hutan yang ada di Indonesia pun, mereka membawa isu khilafah Islam sebagai solusi mengatasi kebakaran.
Kini, di periode kedua Jokowi nampaknya kelompok mahasiswa pengusung khilafah ini mulai dibatasi gerakannya. Setelah sebelumnya ormas HTI dibubarkan terlebih dahulu, meski elemen-elemmnya tetap jalan, kini sudah mulai dilakukan gerakan deradikalisasi oleh pemerintah. Sementara gerakan mahasiswa kelompok kedua, yakni pengusung NKRI semakin berat perjuangannya. Selain harus bersikap kritis, dengan beban sebagai agent of change, mereka juga didera dengan kaderisasi yang semakin berat. Di satu sisi muncul gerakan mahasiswa hedonis, yang cenderung tidak peduli terhadap kondisi bangsa.
Menangkal gerakan mahasiswa hedon ini menjadi PR semua elemen bangsa yang ini Indonesia ini maju. Sementara menangkal gerakan mahasiswa pengusung khilafah, juga bukan perkara mudah. Karena yang mereka usung adalah jubah agama, yang begitu mudah menjadi daya tarik mahasiswa baru yang ingin belajar mendalami agama. Sudah saatnya gerakan mahasiswa pengusung NKRI dengan bhineka tunggal ika-nya bergerak lebih cepat dan efektif untuk merekrut kader-kader masa depan bangsa. (*)

Diterbitkan Radar Tegal Edisi Desember 2019

Komentar

Postingan Populer