Bangkit, Mandiri dan Sejahtera?
(Refleksi Hari Jadi Kabupaten Brebes ke 337)
18 Januari 2015
Kabupaten Brebes memasuki usia yang ke 337. Usia yang cukup tua, jika
dibandingkan dengan hari jadinya Amerika Serikat, yang baru sekitar 238 tahun.
Tentu kalau melihat usia, mestinya Kabupaten Brebes lebih maju dari Amerika
Serikat, lebih maju dalam segala hal. Namun di sini kita tidak akan
membandingkan kemajuan dan keberhasilan yang telah diraih Amerika Serikat saat
ini. Tetapi kita akan melihat, sampai sejauh mana upaya pemerintah Kabupaten
Brebes dalam membangun daerahnya.
Peringatan Hari Jadi
Kabupaten Brebes ke 337 ini, Pemkab mengambil tema “Bangkit bersama menuju
Kabupaten Brebes yang mandiri dan sejahtera”. Tema ini tentu sangat menarik
jika dilihat semangat yang ditunjukkan para pengambil kebijakan di daerah yang
terkenal dengan telur asin dan bawang merahnya ini. Namun tidak berarti apa-apa
bagi masyarakat awam, apalagi bagi yang apatis terhadap Brebes.
Membaca tema yang ada
terekam semangat yang nyata, yang dimiliki para pembuat kebijakan di Kabupaten
Brebes. Baik dari unsur eksekutif maupun unsur legislatif, serta stake holder
yang ada. Namun semangat saja, sepertinya tidak cukup. Harus ada aksi yang
nyata, yang menunjukkan semangat tersebut. Yakni bagaimana menjalankan visi dan
misi bupati dan wakil bupati dengan konsekuen dan bertanggung jawab.
Bukan hanya sekedar
dukungan pada saat Pilkada saja. Tetapi justru yang lebih nyata adalah dukungan
berupa kerja nyata selama mereka berdua menjabat sebagai bupati dan wakil
bupati. Apalagi hanya sekedar asal bupati dan wakil bupati senang, jilat sana
dan jilat sini dan tingkah polah lainnya yang justru menghambat dan menurunkan
citra bupati dan wakil bupati. Tentu bukan seperti itu yang diharapkan oleh
mereka berdua.
Di hari jadinya yang ke
337 ini, tentu semuanya harus introspeksi diri, termasuk masyarakat Kabupaten
Brebes keseluruhan. Introspeksi, jika selama ini ternyata daerah kelahirannya
ternyata masih terpuruk. Makanya tidak salah, jika Pemkab mengajak semua elemen
untuk bangkit. Bangkit dari keterpurukan. Terpuruk dari apa saja? Tak perlu
melihat ke belakang lagi, jika kita sudah bertekad untuk bangkit. Kalau yang
dilihat keterpurukannya, tidak akan pernah selesai untuk dibahas. Semuanya akan
saling menyalahkan dan saling maido,
akhirnya bertengkar sendiri-sendiri dan tidak akan pernah bisa bangkit.
Untuk bangkit dalam
membangun daerah ini, semangat sudah ada, tinggal perencanaan dan aksi yang
matang untuk memajukan Brebes. Masing-masing harus menyingkirkan egonya, sudah
saatnya singsingkan lengan baju bersama-sama, bekerja bahu-membahu. Seperti
slogan mantan Presiden SBY dulu, bersama kita bisa. Dengan semangat yang ada
itu, Kabupaten Brebes tentu mampu mewujudkan cita-citanya, menjadi daerah yang
mandiri dan sejahtera.
Kalau mau diartikan,
menuju Kabupaten Brebes yang mandiri, bisa menimbulkan beberapa pertanyaan.
Mandiri dalam pengertian apa, seperti apa? Apakah dalam pengertian sehari-hari,
seperti yang dipahami masyarakat, yakni berdiri di atas kaki sendiri, tidak
bergantung kepada orang lain. Kalau bagi orang pribadi, tujuan untuk mandiri
sangat baik. Bahkan semua orang mungkin ingin belajar mandiri. Namun kalau yang
dicita-citakan oleh Pemkab yakni Kabupaten Brebes yang mandiri, apakah sama
seperti itu? Ataukah ada maksud lain di balik makna mandiri tersebut.
Kalau yang dimaksud
mandiri adalah pengertian yang dipahami masyarakat keseharian, akan menimbulkan
pertanyaan yang lebih tajam lagi. Mampukah Brebes benar-benar mandiri? Mandiri
dari segi anggaran, mandiri dari segi ide, mandiri dari segala-galanya. Dari
segi anggaran saja, berapa PAD yang diraih Kabupaten Brebes setiap tahunnya?
Berapa anggaran yang digunakan setiap tahunnya untuk membiayai APBD Brebes?
Kapan Brebes mampu untuk membiayai sendiri anggarannya? Mari kita berpikir
realistis. Jangan asal menjawab bisa, tapi tanpa aksi dan planning yang nyata.
Bukan pesimis, tetapi mari berpikir realistis.
Justru yang paling
penting adalah kemandirian masyarakatnya. Di mana Pemkab mendorong kepada
masyarakatnya, memberikan stimulus kepada warganya, agar bisa mandiri di segala
bidang. Mandiri secara ekonomi, mandiri secara politik dan mandiri sikapnya.
Dorongan kemandirian ini perlu dilakukan terus, kontinyu, dan menyeluruh, serta
tepat sasaran. Dengan dorongan semacam ini, maka suatu saat nanti pasti akan
muncul generasi-generasi penerus yang handal, entrepreneur-entrepreneur yang
mapan dan calon-calon pemimpin yang bertanggung jawab.
Selanjutnya, dari segi
ide, sudahkah Pemkab Brebes mempunyai ide sendiri, yang sudah direalisasikan
dan berhasil dijalankan? Apakah haram jika Pemkab mencotek atau meniru program
dari daerah lain untuk diterapkan di Kabupaten Brebes? Apresiasi yang sangat
besar, jika sudah berhasil dijalankan. Dan tentu saja, program dan kebijakan
yang baik itu patut ditularkan ke daerah lain. Dan tentu menjadi kebanggan Brebes
jika program dan kebjakan itu dicontoh oleh daerah lain.
Kita berharap, Pemkab
Brebes dengan visi dan misi yang dijalankan bupati dan wakil bupati tersebut
bisa dijalankan oleh seluruh SKPD yang ada. Sehingga apa yang menjadi cita-cita
selanjutnya, yakni sejahtera benar-benar bisa diwujudkan. Tentu yang sejahtera
bukan hanya para pejabatnya, tetapi juga rakyatnya.
Sejahtera yang dimaksud
bukan hanya sekedar slogan saja, tetapi benar-benar direalisasikan melalui
program dan kebijakan yang pro rakyat. Apa yang saja yang sudah dilaksanakan,
tinggal diteruskan dan dilaksanakan dengan konsekuen. Dan apa yang belum menjadi
kebijakan, buatlah kebijakan dan program-program yang mampu menyejahterakan
rakyatnya.
Sebagai contoh saja,
apa yang bisa dilakukan Pemkab bersama masyarakat untuk para petani bawang
merah dan peternak serta perajin telur asin. Mampukan Pemkab membangkitkan
mereka sebagai rakyat yang memiliki kedaulatan? Mampukan Pemkab membuat mereka
bangga sebagai petani bawang merah, sebagai peternak itik dan perajin telur
asin? Mampukah Pemkab memuat mereka bangga menjadi warga Kabupaten Brebes?
Bupati dan wakil bupati, dibantu SPKD dan didukung DPRD, seharusnya mampu
menjawab pertanyaan ini.
Untuk menjadi mandiri,
pertanyaan serupa juga perlu disampaikan kepada Pemkab. Mampukan para petani
bawang merah menjadi mandiri? Tidak terjebak pada sistem ijon dan rentenir, yang
selama ini selalu menghantui sebagian besar petani bawang merah. Untuk membeli
obat-obatan dan pupuk saja, mereka harus menungu hingga panen, itu pun jika
panennya baik dan harganya baik. Jika tidak, maka hanya air mata yang mereka
seka.
Sudahkan Pemkab
mempunyai ide, agar mereka merasa bangga sebagai petani bawang merah, sebagai
peternak itik, sebagai perajin telur asin? Jawaban yang ingin didapat bukan
hanya sekedar sudah ada studi banding, sudah dilakukan pembinaan dan lainnya,
yang tak berpengaruh terhadap keberadaan mereka. Namun mereka tetap layak
mendapat apresiasi dan penghormatan sebagai penopang utama ekonomi Kabupaten
Brebes.
Sekali lagi, dalam
rangka hari jadi Kabupaten Brebes yang ke 337 ini, bukan hanya slogan saja,
tetapi lebih pada aksi dan planning yang nyata untuk membangun Brebes. Agar
tema yang dibuat Pemkab itu, tidak hanya menempel di spanduk-spanduk saja. Tapi
benar-benar direalisasikan oleh Pemkab beserta stake holder yang ada. Semoga
Kabupaten Brebes benar-benar bangkit, mandiri dan sejahtera. (*)
*Dimuat di Radar Tegal edisi Brebes pada Sabtu, 17 Januari 2015
Luar biasa,,, mudah-mudahan para petinggi pemkab Brebes baik eksekutif maupun legislatif membaca,,, merenung dan merealisasikan apa yang telah di janjikan semasa nyalon. Kalau tetap Brebes seperti ini,,, mudah-mudahan Allah memberikan hidayah pada mereka.... Amin.
BalasHapusTangan Terkepal Maju Kemuka...