Membaca Judul
Membaca judul adalah langkah awal untuk mengetahui isi sebuah tulisan, berita maupun sebuah buku. Dengan membaca judul, kita jadi tertarik atau tidak untuk membacanya hingga selesai. Karena kadang-kadang dengan membaca judulnya saja, kita sudah tahu isinya. Namun dengan membaca judul saja, terkadang kita menjadi terkecoh dengan berita tersebut, apalagi jika berita itu terkait dengan isu-isu yang aktual.
Membaca judul ini memang harus hati-hati, karena maksud tujuan dari judul itu berbeda-beda. Apalagi jika judul berita itu berasal dari link berita yang bukan mainstream, artinya link berita yang tidak dikenal. Jika kita membaca judul dari media-media mainstream, seperti Suara Merdeka, Radar Tegal, Jawa Pos, Kompas, Media Indonesia, Republika dan lainnya, mungkin sudah tahu isi dan maksudnya. Namun jika membaca judul dari media yang tidak dikenal, apalagi jika judulnya provokatif, harus benar-benar dibaca sampai tuntas. Apakah antara judul dan isinya nyambung atu tidak.
Di era media online sekarang ini, kecenderungan redaksi dalam membuat judul memang berbeda dengan media cetak jaman dulu. Media online sekarang ini cenderung hanya mencari jumlah klik atau pembaca sebanyak-banyaknya. Sedangkan media cetak, karena sudan mempunyai pelanggan tetap, mereka tidak banyak melakukan maneuver judul sebuah berita. Membuat judul dengan bahasa standar, namun bagaimana menarik pembaca. Itu tantangan media cetak dulu, dan juga sekarang.
Bagi media online atau blog-blog pribadi, termasuk youtube, yang dicari adalah viewer atau pembaca. Karena di dalamnya kadang ada google adsense, yang menghasilkan uang bagi pengunggahnya. Mereka tidak peduli terhadap isi dan makna di balik berita tersebut termasuk dampaknya, yang penting banyak diklik pengguna internet, itu saja.
Kalau tulisan ini hanya sekedar memberi tahu saja, supaya paham dengan judul-judul yang dibuat oleh media massa, penerbit buku maupun artikel, termasuk judul-judul video di youtube. Kalau penulis sendiri, di blog pribadi ini tidak ada google adsense-nya, jadi tidak ada kepentingan untuk mendapatkan keuntungan.
Membaca judul berita ini lebih mudah, apalagi disertai dengan adanya subjudul. Sebab sudah menjadi pakem dalam penulisan berita harus menggunakan rumus 5W + 1H, dan judul berita itu sudah menjawab rumus tersebut. Dengan membuat judul yang menarik, maka pembaca menjadi penasaran untuk menyelesaikan bacaan tadi, bukan hanya sekedar judul saja. Biasanya terkait dengan isu yang sedang aktual, atau berita-beritayang sensitive seperti kasus SARA.
Berbeda lagi jika membaca buku, biasanya setelah membaca judul, dilanjutkan membaca daftar isinya. Sehingga semakin mudah untuk mengatahui kecara keseluruhan isi buku tersebut. Dalam buku ilmiah popular, judul dibuat semenarik mungkin untuk menarik pembaca. Sedangkan buku-buku hasil penelitian akademis, biasanya panjang dan tidak menarik. Ini menajdi tantangan bagi para akademisi, agar dalam membuat tulisan atau buku, membuat judul yang menarik dan simple serta mudah dipahami oleh pembaca.
Begitulah tulisan singkat ini, yang cukup dibaca judulnya sudah paham. Itu bagi mereka yang literasinya sudah cukup, bagi yang tidak suka literasi, yang judul saja kadang tidak dibaca, cuma dilihat saja. Lho beda, antara membaca dan melihat. Membaca judul menjadi tertarik atau tidak, kalau melihat hanya sekedar tahu ada tulisan yang judulnya membaca judul. (*)
Yang terjadi sekarang, baru membaca judul, seolah sudah tahu segalanya.
BalasHapus