Lenggaong di Lingkaran Kekuasaan

 

Salah satu naluri manusia adalah ingin berkuasa dalam kelompoknya. Ini tidak lepas dari predikat manusia sebagai makhluk politik, zoon politicon. Di mana dalam setiap kelompok masyarakat, siapa yang kuat, dia yang akan muncul sebagai pemimpin. Baik kuat secara fisik, ekonomi, maupun politik. Namun mereka yang berkuasa, juga otomatis akan menguasai kekuatan ekonomi.

Ketika seseorang memasuki lingkaran kekuasaan, maka  praktek-praktek untuk mempertahankan kekuasaan itu akan dilakukan, termasuk perilaku korupsi. Perilaku korupsi ini, salah satunya untuk mempertahankan kekuasaan. Mereka-mereka yang mempunya kekuasaanlah yang mungkin melakukan korupsi. Apakah dengan demikian rakyat biasa tidak bisa korupsi? Bagaimana dengan perilaku-perilaku sebagian masyarakat yang suka meminta jatah, memalak, hingga menggarong rakyat lainnya, yang dikatakan Anton Lucas sebagai lenggaong?

Bagaimana posisi lenggaong, yang masuk dalam lingkaran kekuasaan, seperti diceritakan Anton Lucas dalam bukunya Peristiwa Tiga Daerah? Apa yang dikatakan Anton Lucas, pada buku Peristiwa Tiga Daerah tersebut, keberadaan lenggaong memang tidak bisa dipisahkan dari peristiwa tersebut. Bahkan tokoh-tokoh di peristiwa itu dikatakan sebagian merupakan lenggaong.

Mereka ikut serta dalam peristiwa melengserkan para elite politik lokal, yang dianggapnya korup dan selanjutnya digantikan oleh mereka yang dianggap pro dengan rakyat. Bahkan ada sebagian dari lenggaong itu yang kemudian menjadi penguasa di daerahnya. Daerah yang dikuasai lenggaong, dipastikan wilayahnya aman dari amukan lenggaong. Sudah pasti, karena lenggaongnya sudah menjadi penguasa wilayah tersebut.

Dalam Peristiwa Tiga Daerah itu, banyak penguasa daerah, mulai dari Bupati, Wedana, Camat hingga Kepala Desa yang didombreng dan diturunkan, bahkan ada sebagian yang dibunuh. Mereka digantikan oleh orang-orang yang dianggap mampu dan bukan bagian dari penjajah Belanda. Mereka yang diangkat sebagai penguasa daerah itu, ada yang kemudian diakui pemerintah pusat, ada pula yang kemudian diganti di tengah jalan.

Bagaimana dengan saat ini, apakah keberadaan para lenggaong itu masih ada? Mungkinkah ada di antara mereka yang duduk di lingkaran kekuasaan? Apakah perilaku lenggaong ini juga sama dengan lenggaong masa lalu, pada saat revolusi sosial di awal kemerdekaan? Apakah keberadaan para lenggaong ini, yang ketika menjadi penguasa, berperilaku korup?

Lenggaong dalam pengertian masyarakat sekarang ini merupakan kelompok yang membuat resah masyarakat, termasuk penguasa setempat. Betapa tidak, jika suatu daerah terdapat lenggaong, yang tidak bisa ditumpas penguasa, maka rakyatlah yang menjadi korban. Mereka merampok rakyat, mereka membuat onar lingkungan masyarakat, hingga penguasa setempat pun dibuat kalang kabut dengan keberadaan lenggaong tersebut. Di situ penguasa mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk menertibkan wilayahnya.

Lenggaong yang pasti, entah dulu atau sekarang, pasti sifatnya merusak, baik masyarakat maupun pemerintahan. Jika sekarang ada penguasa daerah berperilaku korup, mungkin dia bagian dari lenggaong yang berkuasa tadi. Karena lenggaong yang berkuasa, bisa saja perilaku lenggaong itu tetap ada. Bahkan mungkin lebih kejam lagi, karena uang negara yang dia rampok dan tidak ada yang berani memberantasnya.

Perilaku penguasa yang korupsi itulah yang disebut lenggaong masa kini. Dalam beberapa kasus, selain penguasa itu yang menjadi lenggaong, juga ada pemimpin yang memberikan lenggaong kesempatan untuk hidup di daerahnya dengan baik. Artinya para lenggaong itu dibiarkan membegal rakyatnya, atau membegal uang negara dengan cara-cara yang disetujui para penguasa tersebut.

Ketika para lenggaong itu dibiarkan merajalela, maka dipastikan sendi kehidupan di daerah tersebut akan rusak. Penguasa yang dekat dengan para lenggaong, sama saja dengan memberikan daerahnya untuk dikuasai para lenggaong.

Berbeda dengan jaman dulu, lenggaong berpenampilan menyeramkan, dengan memegang senjata yang selalu terhunus. Sekarang ini, penampilan lenggaong lebih rapi, bahkan mirip pejabat penguasa. Rakyat bisa tidak bisa mengenali mana lenggaong, mana pejabat yang sebenarnya. Karena penampilan mereka sama persis. Bahkan para lenggaong itu kadang berteriak untuk membereskan lenggaong yang berusaha mengganggu masyarakat dan penguasa.

Namun sebagai rakyat yang peduli dengan ketemtraman wilayah, harus berani melawan para lenggaong tersebut. Baik yang membegal uang rakyat maupun membegal uang negara. Caranya cukup sederhana, yakni dengan bergerak bersama. Dibantu dengan aparat penegak hukum, agar para lenggaong yang sudah terbukti untuk ditangkap. Setelah ditangkap, mereka diminta untuk bertobat. (*)

Komentar

Postingan Populer